Twenty Two

6.4K 293 3
                                    

Happy reading..

____

Sinar matahari pun berhasil menelusup dibalik tirai-tirai horden yang menjulang tinggi di kamar mereka. Tidak lupa cahaya itu menerpa kulit wajah sepasang pria dan wanita yang sedang tidur meringkuk di atas ranjang.

Sang wanita yang begitu nyaman tidur dipelukan sang pria. Entah disadari atau tidak oleh mereka. Hawa panas sinar matahari yang menggerogoti wajah sang wanita hingga membuatnya terbangun dari tidur.

Nampak wanita itu belum sadar bahwa ia sangat dekat sekali bahkan tubuh mereka saling menempel. Setelah dirasa nyawa mulai terkumpul, wanita itu pun buru-buru menjauhkan dirinya dari pelukan seorang Lucas.

"Hah, aku sudah gila," ucap si wanita sambil menepuk-nepuk kulit pipinya. Wanita itu sepertinya sedang berusaha keras untuk menghilangkan sisa pikiran tadi malam dengan pria di sampingnya.

Kegiatan mereka tadi malam masih tergambar jelas di dalam kepala si wanita seperti mainan yang berputar-putar.

Tangan wanita itu tidak tinggal diam begitu saja, dengan sedikit mengepalkan tangannya untuk membentuk sebuah bugem. Kemudian, wanita itu meninju lengan sang pria yang masih tetap tertidur.

Mata pria itu pun menyipit silau karena diterpa cahaya matahari. Dengan gerakan cepat, sang pria langsung memakai celana yang jatuh di bawah ranjang lalu pergi ke kamar mandi dengan bertelanjang dada pastinya. Sang wanita justru mengheran dengan tingkah si pria yang cuek padanya.

Tangan si wanita tidak hentinya memegangi selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Tiba-tiba telinga wanita itu mendengar sebuah keributan yang arahnya dari lantai satu. Wanita itu pun langsung mengintip di balkon kamar.

DORRR!!!

Satu peluru menyasar tepat di samping kaca tempat Ella mengintip. Sontak jantung Ella berasa ingin lepas dari tempatnya. Serpihan kaca begitu berserakan di lantai balkon. Membuat Ella tidak mempu bergerak pergi. Mulut Ella seolah kelu dan tak mampu berucap lagi.

DOR DOR DOR DOR

Suara tembakan itu terus berlangsung dramatis dan lagi-lagi Ella dilanda ketakutan saat dua pria bertopeng yang mengenakan pakaian serba hitam memasuki kamarnya. Ella yang menyadari itu langsung berlari untuk mencari perlindungan, bahkan kakinya yang sudah mengalirkan darah pun ia tak pedulikan. Tujuan utama Ella yaitu kamar mandi karena di sana ada Lucas yang bisa melindungi.

Namun, dua orang itu lebih dulu menangkap pergelangan tangan Ella hingga selimut yang menutupi tubuhnya hampir lepas.

"Kau siapa? Jangan sentuh aku, sialan." Ella terus berusaha untuk melepas diri dari cekalan pria itu. Bayangkan saja dua lawan satu.

Pria itu tidak menjawab dan langsung membius Ella dengan obat bius yang dibawa kedua pria itu. Ella benar-benar lemah dan tak mampu melawan. Salah satu pria itu pun membopong tubuh Ella yang sudah tidak sadarkan diri dan membawanya pergi menjauhi rumah Lucas.

Lalu bagaimana nasib Lucas? Tentu saja dia mengernyit bingung saat melihat kamarnya yang begitu berantakan. Lucas yang menyadari sesuatu gila terjadi pun langsung turun ke lantai satu, meskipun dia hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Mata pria itu pun sontak membola sempurna saat melihat anak buahnya yang terkapar ditempat.

"Bajingan," lirihnya dengan penuh emosi yang menggebu-gebu.

Lucas baru saja kecolongan, pastinya kecolongan Ella karena sedari tadi tidak ia lihat. Lucas menduga bahwa ada mafia lain yang sengaja menyerang rumahnya. Terlihat dari anak buah Lucas yang banyak meninggal.

Tidak lama setelah itu, salah satu maid menghampiri Lucas yang duduk di kursi.

"P-permisi tuan, tadi orang-orang itu membawa nyonya Ella," ucapnya dengan nada takut. "Mereka semua menggunakan pakaian serba hitam dan mengenakan topeng wajah tuan." Lanjutnya.

"Hm, pergilah," balas Lucas dengan wajah datarnya.

Pria itu terus mengotak-atik layar komputernya. Terlihat sekali raut wajah serius dan emosi terpampang jelas di sana.

"SIALAN!!"

BRAKKK!

Teriakan emosi Lucas dibarengi dengan komputer yang dia banting di lantai. Dia baru saja melacak mafia-mafia itu, tapi tidak ada satu pun yang ia ketahui jejaknya. Karena di komputernya, jejak terakhir yang di tinggalkan mafia itu ada di depan rumahnya. Selanjutnya Lucas tidak menemukan apapun.

Mata Lucas pun melirik mayat anak buahnya yang tergeletak di mana-mana.

'Anak buah yang satu ini tidak bisa diandalkan.' Batin Lucas berbicara.

Bayangkan saja, Lucas yang memiliki ratusan hingga ribuan anak buah dan memiliki tingkatan masing-masing. Kenapa Lucas malah memilih anak buah yang baru saja bergabung dengannya yang sudah pasti belum terlatih. Itu bodohnya Lucas.

Anak buah tingkat tingginya malah banyak berjaga di rumahnya yang pertama. Bahkan Lucas memiliki anggota khusus untuk bagian serang-menyerang. Oke jangan terlalu bertele-tele. Kembali lagi dengan Lucas yang berusaha menghubungi anak buahnya yang lain.

"Cepat kemari Hans." Perintah Lucas kepada orang yang di seberang telepon.

"Baik tuan," jawab orang yang bernama Hans. Hans adalah salah satu anak buah elitnya sekaligus orang kepercayaan Lucas.

Tidak lama setelah itu, mobil dari anak buah Lucas yang lain pun berdatangan untuk membereskan kekacauan yang terjadi. Pria yang bernama Hans pun menghampiri Lucas yang sedang berdiri di depan teras rumahnya dengan para anak buah yang selamat dari tembakan maut sang mafia.

"Apa yang sudah terjadi tuan?" Tanya Hans, tapi Lucas tidak menjawab. "Apa mafia lain baru saja menyerang?" Lanjutnya dan diangguki oleh Lucas.

"Aku ingin kau untuk melacak semua kelompok mafia yang tersebar di Amerika." Perintah Lucas pada Hans.

Dari sekian banyaknya kelompok mafia di Amerika, tetap kelompok Lucas lah yang memiliki pertahanan terkuat dan mafia terlicik. Saingan dari kelompok Lucas yaitu hanya mafia Sisilian, kelompok mafia penghuni negara Italia. Terdengar mengerikan bukan?

******

A Mafia Da Costa [TAMAT] Where stories live. Discover now