151 - Edmond Dantès.

673 112 10
                                    

Fei Du dengan cepat memanggil sebuah taksi di luar. Dengan earbud di satu telinga, ia tersenyum pada sopir dan memberi tahu alamat tujuannya.

Sopir itu memandangnya beberapa kali di kaca spion dan secara tidak sengaja bersitatap dengan Fei Du. Ia membeku, lalu menunjukkan senyum yang agak menjilat. "Semua orang yang tinggal di sana adalah orang kaya. Aku hanya bisa berhenti di luar. Aku tidak bisa masuk."

Berhenti sejenak dari menggulir ponselnya, Fei Du mengangguk padanya. "Oke."

Akhir tahun telah tiba, dan sebagian besar penduduk Kota Yan, seperti burung yang bermigrasi, telah terbang; jalanan langsung kosong, membuat bisnis taksi semakin sulit. Sopir itu mungkin sudah mengemudi tanpa penumpang cukup lama; ia tidak menyadari bahwa penumpangnya tidak mau mengobrol. Ia terus berusaha memancing percakapan. "Apa kau tinggal di sana, atau apa kau mengunjungi teman atau keluarga?"

Pada saat yang sama, sebuah permintaan instruksi terdengar melalui earbud Fei Du: "Presiden Fei, ada sebuah mobil yang mengikutimu. Kami mengejar, dan sepertinya mereka menyadarinya. Mereka mencoba mengecoh kami."

"Ikuti yang paling dekat," Fei Du menginstruksikan dengan ringan. Kemudian ia melihat ke kaca spion di bagian depan taksi.

Sopir itu bersitatap dengannya lagi dan entah mengapa merasakan hawa dingin merayap ke punggungnya, seperti seekor katak yang ditatap ular berbisa.

Fei Du menatapnya, memberikan senyum yang dibuat-buat, dan dengan sopan berkata, "Maaf, aku tidak begitu mendengar, apa yang tadi kau katakan?"

Sopir itu tidak berani berbicara banyak lagi. Ia tetap diam seperti jangkrik di musim dingin di sepanjang jalan, secara berkala memandang ke cermin, dengan cepat dan mantap membawa Fei Du ke dekat rumah lamanya. Ia menekan tombol pada argometer. "Kita sudah sampai. Apa kau ingin struknya?"

Fei Du duduk tanpa bergerak.

Sopir itu menoleh dan menatapnya. Mungkin, pemanas mobilnya dinyalakan terlalu tinggi; ada sedikit peluh di sudut dahinya. Berkeringat, ia tersenyum pada Fei Du. "Tuan, aku hanya bisa sampai di sini. Perumahan tempat kau tinggal ini tidak mengizinkan mobil luar masuk secara asal."

"Perumahan tempat aku tinggal? Apa aku mengatakan bahwa aku tinggal di sini?" Kaki Fei Du menyilang dan sikunya menyandar di pintu mobil dalam posisi yang sangat santai, tetapi ada cahaya berbahaya yang merembes dari matanya. "Apa kau membaca ramalan orang melalui wajahnya, Tuan?"

Mata sopir itu berkedip, dan ia memaksakan diri untuk menambahkan, "Dilihat dari caramu berpakaian, kau sepertinya termasuk golongan orang ...."

Fei Du tertawa tanpa suara, matanya tampak memperhatikan sekeliling. Sopir itu tanpa sadar mengikuti garis pandangnya dan melihat sebuah SUV kecil melaju dari arah lain, melambat dan semakin lambat, dan kemudian berhenti di pinggir jalan. Semua otot di tubuhnya menegang dengan kaku, dan satu tangan tanpa sadar menuju ke pinggangnya.

"Aku selalu berpikir bahwa mereka akan menjadi orang pertama yang datang menemuiku," kata Fei Du tanpa tergesa-gesa. "Aku tidak menyangka mereka lebih sabar dari yang aku bayangkan, dan jauh lebih berhati-hati. Sampai akhir, mereka hanya berani mengambil jalan memutar, tidak berani bertemu langsung denganku sebelum Wei Zhanhong ditemukan, dan niat burukku terhadap mereka sayangnya terungkap. Sekarang, di tengah perjuangan, aku berpikir mereka tidak akan menyukai yang lebih baik daripada mengubur diri jauh di bawah tanah dan tidak keluar. Sekarang, mustahil untuk membuat mereka menghubungiku secara sukarela ... tapi aku benar-benar tidak menyangka bahwa kalian akan menjadi yang pertama muncul di depanku."

Fei Du menyandarkan kepala di tangannya yang panjang dan ramping, mengetuk pelipisnya dari waktu ke waktu; sebuah frekuensi yang memicu pernapasan gugup si sopir — setiap kali ia menarik napas berat, Fei Du akan mengetuk sisi dahinya sekali, seolah mengejar napasnya dengan tempo yang kuat, sehingga si sopir langsung merasa semakin panik dan kehabisan udara.

[end] Silent ReadingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang