🌸

13.1K 663 29
                                    

"Sunghoon, bunda ingin punya cucu."

Sekali lagi pria berusia 25 tahun itu harus mendengar ibunya menyinggung tentang cucu. Dalam kata lain, wanita paruh baya itu menginginkan dia segera menikah.

Ini bukan sekali dua kali Sunghoon mendengarnya, setiap kali dia pulang ke rumah dan ikut makan bersama, ibunya akan selalu membicarakan topik yang sangat dihindarinya tersebut.

"Usianya masih cukup muda, Sooyoung. Kalau memang Sunghoon maunya melajang dulu, biarkan saja. Toh laki-laki jaman sekarang kebanyakan baru menikah usia 30 ke atas."

Wanita itu mendengus tak suka. "Kelamaan. Aku tidak mau menunggu beruban dulu untuk punya cucu. Semakin muda dia bukannya semakin bagus? Jadi dia bisa memberi kita cucu lebih dari satu."

Sunghoon masih tenang menyantap hidangan makan malamnya. Masakan ibunya selalu yang terbaik, sayang sekali dia hanya punya waktu 3 bulan sekali untuk pulang ke rumah, itupun tidak sampai 24 jam.

"Begini saja, kalau kau memang tidak mau mencari sendiri, biar bunda carikan pasangan yang cocok untukmu. Relasi bunda banyak, pasti salah satu dari anak gadis mereka akan sangat cocok untukmu."

"Terserah bunda saja," kata Sunghoon tanpa beban.

Wanita itu tersenyum senang. "Jadi, kau maunya gadis yang bagaimana? Seksi? Cute? Elegan? Berpendidikan? Atau semuanya?"

"Bagaimana kalau seorang laki-laki yang bisa melahirkan?"

"Hah?" Ibunya menatap Sunghoon bingung. Dia mengira anaknya bercanda, tapi Sunghoon menatapnya dengan serius.

"Bunda keberatan?" tanya Sunghoon yang langsung dibalas dengan gelengan oleh wanita itu.

"Bunda tidak keberatan dengan itu sih. Tapi ... itu akan jadi opsi terakhir. Sebelum itu, kau harus mempertimbangkan beberapa gadis pilihan bunda. Kalau memang mereka kurang cocok untukmu, okelah, aku tak masalah kau menikah dengan seorang pria."

Sunghoon mengangguk kecil.

"Kalau begitu, carikan aku seseorang yang bisa menjadi asistenku di kantor maupun di rumah. Aku ingin dia bekerja di kantorku sebagai sekretaris pribadiku. Sedangkan di rumah, aku ingin dia yang mengambil alih semua pekerjaan rumah. Bunda tau sendiri kan, aku tidak suka memiliki pembantu yang tinggal bahkan menyentuh semua barang-barangku. Berikan aku orang yang bisa segalanya."

Ibunya hanya bisa bengong mendengar penjelasan panjang lebar dari putra satu-satunya itu. Hanya satu yang ada di pikirannya.

"Kau sebenarnya sedang mencari istri atau mencari karyawan sih?"

Sunghoon mengendikkan bahu. "Aku hanya tidak ingin memperistri orang yang pemalas, manja dan hanya bisa bersolek saja. Orang seperti itu hanya akan menjadi parasit."

Nyonya Park menghela napas. "Baiklah kalau itu maumu. Semoga saja ada orang seperti itu di bumi yang sempit ini, huft. Meski sulit bunda tidak akan menyerah mencarikan orang itu, demi bunda dapat cucu!"

Tuan Park hanya menggeleng pelan. Istrinya memang sudah hampir 2 tahun mendesak anaknya untuk segera menikah. Mengingat teman-teman sepantaran istrinya sudah semuanya menggendong cucu, jelas wanita itu iri.

Sunghoon kembali ke Seoul sejam setelah makan malam itu. Daegu-Seoul tidak dekat, akan tetapi dia tetap nekat pulang malam-malam karena esok hari dia ada rapat penting dengan para pemegang saham perusahaan. Pekerjaan nomor 1, dia tidak mau membuang waktu berharganya untuk bersenang-senang karena baginya waktu adalah uang.

Mulai esok hari jugalah dia harus meladeni gadis-gadis yang diperkenalkan oleh ibunya. Mereka memang berparas ayu dan masuk kualifikasi sebagai sekretaris di kantornya, akan tetapi sayang sekali mereka semuanya tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. Ada satu orang, tapi Sunghoon tak suka dengannya karena selalu mengganggunya saat jam kerja.

Total 9 gadis telah dia tolak. Ibunya pun menyerah, sehingga mau tak mau ia memperkenalkan Sunghoon dengan seorang laki-laki.

Nyonya Park menjadwalkan pertemuan mereka di suatu restoran mewah. Sunghoon datang tepat waktu, tapi ternyata dia keduluan oleh pria tersebut.

"Park Sunghoon?" tanya pria itu dengan sopan.

"Ya, kau Sim Jaeyun?"

Pria itu tersenyum sambil mengangguk. "Ya, saya Sim Jaeyun. Ah, silahkan duduk, Tuan."

Begitu mereka duduk, pelayan datang untuk menanyakan menu yang mereka inginkan. Sunghoon segera saja menyebutkan steak dan wine favoritnya. Sedangkan Jaeyun yang membaca buku menu dengan bingung dan muka pucat, lantas ikut-ikutan menjawab steak.

"Jadi—"

"Mulai besok, kau bekerja di perusahaanku."

"Aku juga ingin melihat kemampuanmu dalam mengurus rumah. Aku akan menikahimu kalau kau bisa menjadi keduanya sekaligus," sambung Sunghoon sembari menatap serius pria di hadapannya.

Jaeyun menelan ludah. Pelan, dia mengangguk. "Baik, Tuan."

"Datang pagi pukul 7, jangan sampai telat."

Hanya itu percakapan mereka. Setelahnya Sunghoon diam dan sibuk dengan iPad nya, membaca file-file di email yang belum sempat dia lakukan saat di kantor. Tentu saja mengabaikan pria manis yang sejak tadi diam-diam menatapnya penuh kagum.

Setelah makanan mereka habis, Sunghoon langsung pergi. Dia sama sekali tidak berbasa-basi mengantar Jaeyun pulang. Mereka sama-sama laki-laki, masa iya laki-laki takut pulang malam sendirian, begitulah pikirnya.

Jaeyun pun tak ambil pusing. Dia pulang dengan bus, menuju flat kecilnya yang mungkin bakal membuat orang-orang mengernyit heran bagaimana caranya dia bisa makan di restoran mewah ketika kehidupannya saja sangat kesusahan.

Ya, Jaeyun bukan dari kalangan atas seperti pilihan ibu Sunghoon sebelum-sebelumnya. Dia hanya seorang pria yang terlampau biasa dengan kehidupan sederhana, mencari makan dengan bekerja sebagai pramusaji di restoran kecil.

Lantas bagaimana Park Sooyoung bisa menemukannya?

Well, ceritanya cukup panjang. Tapi singkatnya, Jaeyun telah menolong Sooyoung dari pencopet. Wanita itu hampir kehilangan nyawa dan seluruh hartanya dengan 3 pencopet yang menghadang menggunakan senjata tajam. Beruntung Jaeyun datang dan menolongnya dari situasi tersebut. Dan hasilnya lengan Jaeyun terkena pisau, maka Sooyoung membalas budi dengan memperkenalkannya pada Sunghoon.

Jaeyun sudah tau sedikit tentang Sunghoon dari Sooyoung. Dia sendiri menyetujui untuk menikahi Sunghoon bila memang dirinya masuk kualifikasi pria itu. Terlebih dia tau Sunghoon berasal dari keluarga kaya, setidaknya hidup sebatang kara yang penuh penderitaan selama bertahun-tahun bisa sedikit terobati dengan menjadi istri pengusaha sukses.

Yah meskipun sebagai gantinya dia harus bekerja rodi seumur hidup untuk Sunghoon.

Tbc

Baru sadar anjir kalo ini udh aku draft sejak oktober 2021 😭 berarti 2 tahun lalu dong busett

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Baru sadar anjir kalo ini udh aku draft sejak oktober 2021 😭 berarti 2 tahun lalu dong busett

He is my wifeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz