🌸²

6K 534 51
                                    

"Bunda."

"Sunghoonie, tumben kau menelepon bunda. Ada apa, hm?"

"Aku sudah membuat keputusan."

"Oh ya? Soal apa itu? Menikah? Jadi bagaimana? Kau akan menikahi Jaeyun?"

"Hm. Aku akan menikahinya."

"AKHIRNYAAAA SEBENTAR LAGI AKU AKAN PUNYA CUCU. Oke, jadi kau maunya menikah kapan?"

"Satu minggu lagi."

"Alright, bunda akan persiapkan semua acaranya."

"Hm."

"Ngomong-ngomong dimana calonmu sekarang?"

"Baru saja pulang dari rumahku."

"Yah ... Kenapa kau tidak suruh dia tinggal di rumahmu saja?"

"Dia akan tinggal di sini setelah menikah."

"Baiklah kalau begitu. Sudah malam, segera tidur. Bunda akan persiapkan semuanya mulai besok."

"Selamat malam, Bunda."

"Selamat malam, putraku."

Sunghoon menaruh ponselnya kembali di atas meja bar. Sedangkan dia kembali menyesap wine nya. Hanya sendirian, di dapur rumahnya yang hening.

"Menikah ya?"

Sunghoon tersenyum kecil membayangkan dia dan Jaeyun akan berdiri di altar, lalu mereka pun tinggal seatap hingga seterusnya.

Di matanya, Jaeyun memang masuk kualifikasi yang dia inginkan. Pekerjaannya memuaskan meski pria itu tidak pernah mengenyam pendidikan sebagai sekretaris. Masakannya juga sesuai dengan selera Sunghoon. Cara dia mengerjakan pekerjaan rumah juga rapi.

Selain itu, Jaeyun juga orangnya ramah, penurut, dan selalu berhasil membuat suasana menjadi baik saat pertemuan dengan klien.

Dan satu lagi. Jaeyun cantik dan manis.

Masih Sunghoon ingat dengan baik saat Jaeyun membetulkan kerah jasnya, memasangkan dasi di lehernya, bahkan menyiapkan pakaiannya. Pria yang setahun lebih muda darinya itu sangat perhatian pada hal-hal kecil.

Sunghoon yakin Jaeyun bisa menjadi pasangan sekaligus orangtua yang baik bagi anaknya nanti.

🌺🌺🌺

"Kita akan menikah seminggu lagi," kata Sunghoon pagi itu, saat mereka berada di dalam lift menuju kantor Sunghoon.

Jaeyun sontak terkejut. Secepat itukah?

"Tapi sebelumnya aku harus bilang sesuatu padamu."

Jaeyun mempertajam pendengarannya, menunggu Sunghoon selesai bicara.

"Kita memang akan sah secara hukum sebagai pasangan hidup nantinya. Tapi jangan pernah ada yang namanya cinta di antara kita, mengerti? Kau tetap menjadi sekretaris dan asisten rumah tanggaku. Aku tidak mau hubungan yang terlalu mengikat. Dan aku tidak akan menyentuhmu, kecuali dengan tujuan untuk mempunyai anak saja."

Jaeyun yang tadinya sempat bahagia karena akan menikah, sekarang menjadi lesu kembali. "Baik, Tuan."

"Dan karena kau juga akan menjadi pasangan sahku, maka kau harus bertindak sewajarnya saat di depan orang lain. Baik itu orangtuaku, karyawan dan relasi bisnisku. Jangan pernah membuatku malu, mengerti?"

Jaeyun mengangguk lagi. "Baik, Tuan."

"Kau mungkin merasa tidak adil dengan peraturanku ini. Maka dari itu sebagai gantinya, aku akan memberimu sejumlah aset, saham dan uang. Kau bisa gunakan semua itu untuk membeli apapun yang kau suka."

He is my wifeWhere stories live. Discover now