🌸🌸

5.5K 519 30
                                    

Perjalanan Seoul — Daegu memakan waktu hampir 5 jam akibat terkendala macet. Sunghoon dan Jaeyun yang sama-sama duduk di belakang, tertidur selama perjalanan dan tidak sadar kalau kepala mereka saling bersandar satu sama lain. Kepala Jaeyun di atas bahu Sunghoon, sedangkan kepala Sunghoon di atas kepala Jaeyun.

Setengah perjalanan, Sunghoon terbangun karena suara perutnya. Dia lapar, tadi dia hanya makan siang sedikit. Dan saat bangunlah dia baru sadar posisi mereka berdua.

"Pantas bahuku berat sekali," gumamnya dengan tetap membiarkan Jaeyun meminjam bahunya.

"Ahjussi, bisakah kau melipir ke tempat makan? Apa saja, drive thru juga tidak masalah," katanya pada sang supir.

"Tempat makan masih sangat jauh dari posisi kita, Tuan. Tapi dua ratus meter lagi ada minimarket, kita bisa mampir ke sana kalau Tuan tidak keberatan makan ramyeon."

"Ya itu juga tidak masalah."

"Baik, Tuan."

Sunghoon mengelus perut ratanya yang masih bergemuruh sambil menunggu mobil tiba di minimarket. Dia sedikit menyesal kenapa tadi tidak menghabiskan bekal yang dibuatkan Jaeyun. Padahal daripada ramyeon, masakan Jaeyun jauh lebih mengenyangkan. Tapi mau bagaimana lagi, karena emosi dia sampai tidak berselera buat makan.

"Sudah sampai, Tuan."

"Jaeyun-a, yaa, bangun dulu."

Ditepuk-tepuk lengannya dengan tidak sabaran jelas membuat Jaeyun terganggu. Dia perlahan membuka matanya, lalu mengubah posisinya. "Sudah sampai?"

"Belum. Aku lapar mau makan."

Jaeyun melihat keluar jendela, berusaha mengenali tempat berhentinya mereka. Dan matanya langsung segar saat mendapati mereka berada di depan minimarket.

"Aku ikut."

"Hm, kaja."

Keduanya keluar dari mobil dan langsung memasuki minimarket. Sunghoon segera menuju tempat makanan, sedangkan Jaeyun menuju kulkas minuman. Mereka bertemu saat akan membayar di kasir.

"Biar aku yang bayar," kata Sunghoon sembari mengeluarkan kartu hitam dari dompetnya.

Sang kasir yang melihat itu langsung membuat gestur menolak dengan halus. "Maaf Tuan, tapi kami saat ini hanya bisa menerima pembayaran tunai."

Sunghoon mengerutkan dahinya. "Di zaman modern seperti ini masih bayar tunai?"

Pemuda kasir itu dengan tawa canggung tanpak menggaruk pelipisnya. "Maksudnya mesin kartu kami sedang error, jadi untuk saat ini hanya bisa tunai."

"Ck, merepotkan sekali. Aku sedang tidak pegang tunai, dimana ATM terdekat?"

"Biar saya saja. Berapa totalnya?" Jaeyun menimpali sambil mengeluarkan dompetnya dari saku hoodie.

"Totalnya 12.000 won."

Jaeyun pun mengeluarkan uang lembaran total 12 ribu won dan langsung menyerahkannya pada kasir. Begitu selesai, keduanya pun keluar dan duduk di meja kursi yang disediakan di depan minimarket.

"Minimarket memang semurah itu?" heran Sunghoon sambil membuka kimbab segitiga  yang dia beli juga.

"Ne. Biasanya mereka juga tidak menerima pembayaran kartu kredit, terutama black card," jawab Jaeyun sebelum meneguk air mineral dingin yang dibelinya. Sejak tadi dia memang kehausan dan gengsi untuk bilang pada Sunghoon, makanya dia minta ikut turun untuk beli minum setelah tau mereka melipir ke minimarket.

"Ribet sekali," keluh Sunghoon dengan mulut penuh. Dia terus sibuk mengunyah, bahkan belum cukup hanya kimbab dia juga mulai memakan ramyunnya. Tampaknya ramyun pun tak cukup, makanya dia juga membeli sosis siap makan.

He is my wifeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz