🌸🌸🌸²

5.4K 530 34
                                    

Tiga bulan sejak hari pernikahan. Jaeyun sudah menjalani rutinitasnya di rumah Sunghoon sebagai seorang 'istri'. Dirinya sendiri saja agak sangsi menyebut statusnya sebagai suami karena kewajibannya bahkan bukan menafkahi.

Pagi-pagi Jaeyun sudah bangun untuk memasak dan beberes rumah. Kemudian menyiapkan bajunya dan Sunghoon yang akan dipakai untuk pergi bekerja. Setelahnya statusnya berubah menjadi sekretaris CEO di perusahaan, lebih tepatnya sekretaris dari suaminya sendiri. Sorenya sepulang bekerja dia memasak lagi, beres-beres lagi, terkadang melayani sang suami. Dia telah melakukan rutinitas itu selama hampir 3 bulan semenjak kepulangan mereka dari hotel.

Hari ini hari minggu. Jika biasanya Jaeyun akan bangun agak siang karena toh mereka libur, khusus hari ini tidak. Dia bahkan bangun lebih pagi karena siangnya keduanya akan melakukan perjalanan dinas pertama bersama ke Tokyo.

Jaeyun dengan hati-hati melepaskan dirinya dari dekapan Sunghoon. Keadaan mereka yang sama-sama telanjang sudah cukup menjadi jawaban bahwa semalam keduanya telah melakukan seks. Tubuh Jaeyun rasanya lengket dan nyeri di bagian pinggul, bahkan bau sperma dan saliva masih tercium di seprai dan selimut.

Jaeyun telah belajar menyebutnya seks alih-alih bercinta, karena yah, Sunghoon melakukannya atas dasar memenuhi nafsu biologis, bukan karena mencintainya.

Setelah berhasil melepaskan diri tanpa mengganggu tidur sang suami, Jaeyun duduk sejenak selama beberapa menit dengan memandang satu-satunya keluarga yang ia miliki tersebut.

Pria yang sedikit membosankan, namun dicintainya dengan sangat banyak. Membuatnya agak takut, namun di satu sisi juga menyenangkan. Ini adalah pertama kalinya dia jatuh cinta, dan perasaan itu berlabuh pada seorang pria bernama Park Sunghoon.

Jaeyun mendaratkan kecupan sayang di bibir prianya sebelum dia beranjak ke kamar mandi Sunghoon untuk berendam sejenak.

Pukul 7, Jaeyun keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathrobe. Ia sudah mulai terbiasa seperti itu sejak menikah. Melirik sejenak Sunghoon yang masih terlelap, Jaeyun pun berjalan dengan perlahan-lahan keluar dari kamar, menuju ruangan kerja Sunghoon dimana pakaiannya berada.

Sunghoon sudah tidak masalah lagi berbagi kamar dan kamar mandi bersama Jaeyun. Tapi untuk tempat menaruh pakaian, Sunghoon rasa space nya sudah penuh sehingga ia membeli lemari custom untuk Jaeyun dan ditempatkan di kamar tamu yang kini telah disulap menjadi ruang kerja mereka.

Yap, mereka. Kamar tamu memang cukup luas, meski tidak seluas kamar Sunghoon. Akan terasa kosong bila hanya diisi meja dan peralatan kerja Sunghoon. Sehingga ia meminta Jaeyun untuk mendekorasi space kosong dengan sesuka hati. Dan hasilnya, ruang kerja itu selain ada meja kerja Sunghoon, juga ada lemari baju Jaeyun, sebuah sofa yang bisa diubah menjadi kasur, serta beberapa rak buku tinggi. Impian Jaeyun memang ingin memiliki ruang bacanya sendiri.

Di ruangan itulah Jaeyun mengganti pakaiannya. Karena masih pagi, dia hanya mengenakan kaos putih berlengan pendek serta celana pendek hitam selutut. Dirinya juga mematut diri di cermin untuk menyisiri rambut, memakai pelembab di wajah, dan body lotion ke lengan dan kakinya. Ah ya, dia juga menempatkan meja rias untuknya di ujung ruangan yang terkadang juga dipakai oleh Sunghoon.

Setelah merasa penampilannya sudah cukup menarik, Jaeyun pun keluar ruangan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Simple saja, toh siang nanti mereka berangkat, jadi Jaeyun hanya akan membuat bibimbap untuk mereka berdua.

Butuh setengah jam hingga hidangan sarapan tersaji di meja makan. Jaeyun bergegas membuat vanilla latte untuk sang suami yang masih belum ada tanda-tanda akan bangun.

Usai menyiapkan sarapan. Ia pun bergegas menuju kamar mereka berniat membangunkan sang suami. Kepalanya menggeleng pelan mendapati pria 25 tahun itu masih bergelung malas di balik selimut.

He is my wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang