🌼🌼🌼🌼

5.5K 530 55
                                    

Gara-gara Sunghoon, rencana ketemuan Jaeyun dan Riki batal. Seharian besoknya Jaeyun mendiami Sunghoon karena kesal. Sunghoon sendiri tak ambil pusing, justru dia melalui hari dengan mood yang baik karena kemarin sudah mendapat 'jatah' lagi sejak 2 bulan berlalu selepas mereka tau Jaeyun hamil.

Mendekati jam pulang kantor, Sunghoon pun beranjak dari kursinya menghampiri meja Jaeyun. Ia berpura-pura seolah tertarik dengan bolpoin di meja Jaeyun. Diam-diam tersenyum saat mendapati lirikan sinis suami kecilnya itu.

"Ekhem, sepertinya malam ini paling enak kalau makan ichiran."

Jaeyun masih malas menanggapi. Dia sudah terlanjur kesal karena rencananya bersama Riki kemarin batal gara-gara Sunghoon.

Sunghoon sendiri sadar betul dengan sikap Jaeyun hari ini. Maka dari itu dia sudah membuat rencana sendiri untuk Jaeyun. Tangannya terangkat untuk mengacak gemas rambut sang suami.

"Bersihkan mejamu, Jaeyun. Pulanglah duluan."

Jaeyun menatap Sunghoon bingung. "Kenapa?"

"Aku akan tinggal lebih lama di kantor hari ini. Kau pulang duluan saja. Sudah ada yang menjemputmu di depan."

Alis Jaeyun memusat di tengah. Masih berusaha mencerna ucapan Sunghoon yang terdengar seperti melantur buatnya. Kemudian dia berdecak dan kembali menatap layar komputer.

"Kau sepertinya mabuk, Sajangnim. Omonganmu melantur sekali."

"Aku sedang tidak melantur, Jaeyun. Sana, cepat beberes. Dia sudah menunggu sejak tadi di depan."

Sunghoon bahkan sampai harus mendahului Jaeyun memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Dia juga menarik lengan Jaeyun untuk bangkit dari kursi, memberikan tas itu, lalu mendorong Jaeyun untuk keluar dari ruangannya.

"Hati-hati di jalan," katanya sambil mengacak rambut Jaeyun sebelum menutup pintu ruangannya, dan menguncinya.

Jaeyun benar-benar tak mengerti dengan sikap Sunghoon saat ini. Dia tidak bisa meminta penjelasan karena pintu sudah terkunci, menandakan bahwa dirinya tidak boleh kembali.

Tapi ya sudahlah, kebetulan dia bisa pulang lebih awal, dirinya juga sudah sumpek seruangan dengan orang yang didiaminya seharian.

Jaeyun pun turun ke lantai 1 menggunakan lift. Dia membungkuk sopan saat mendapati beberapa karyawan di dalam lift. Para karyawan itu juga balas membungkuk dengan gestur lebih sopan. Perlakuan mereka pada Jaeyun kini lebih segan setelah Sunghoon dengan resmi mengumumkan pernikahan mereka.

"Park Biseonim, tumben pulang tidak bersama Park Sajangnim?" sapa seorang karyawan wanita yang terlihat beberapa tahun lebih tua darinya. Tertulis jabatan manager di kalung tanda pengenalnya.

Jaeyun memaksakan senyumnya sebelum menjawab. "Sajangnim masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi dia memintaku pulang duluan."

"Ah begitu. Ngomong-ngomong, kudengar Biseonim sedang hamil sekarang. Sudah berapa bulan?"

Jaeyun refleks mengusap perutnya yang terasa lebih kencang akhir-akhir ini. "Kurasa sudah 19 minggu lebih dua hari."

"Wah, sepertinya kau sudah bisa lihat jenis kelaminnya, Biseonim."

Jaeyun menoleh dengan mata berbinar. "Benarkah?"

"Ne. Kau bisa mengajak sajangnim untuk check up ke dokter kandungan bersama. Ah, aku duluan ya Biseonim. Semoga kau dan janinmu sehat selalu ya, sampai jumpa."

Jaeyun balas membungkuk pada manajer itu. Wanita itu pun turun di lantai 5.

Lift kembali bergerak turun menuju lantai 1. Hanya berdua bersama seorang karyawan laki-laki yang sejak tadi hanya diam tenang. Jaeyun dengan sengaja melirik kalung tanda pengenalnya. Kim Sunoo, Intern.

He is my wifeWhere stories live. Discover now