🌼🌼🌼🌼🌼²

2.2K 401 55
                                    

Operasi Jaeyun telah dijadwalkan. Mau tak mau janin dalam perutnya harus lahir dalam keadaan prematur karena Jaeyun sudah merasakan kontraksi berulang.

Sayangnya saat kontraksi itu datang—yang benar-benar membuat Jaeyun panik setengah mati, Sunghoon kebetulan sedang tidak di rumah. Suaminya sedang perjalanan dinas ke Jeju yang sudah pasti tidak akan bisa langsung datang ketika Jaeyun mengalami kontraksi.

Syukurlah pada saat itu Sunoo datang ke rumah. Sebenarnya Sunghoon yang memerintah Sunoo datang ke rumahnya dengan maksud supaya Jaeyun ada yang menemani. Daripada meminta Riki—yang notabene rivalnya– Sunghoon rasa Sunoo lebih bisa dipercaya untuk menjaga Jaeyunnya.

Dan benar saja, hari dimana Sunghoon dinas di Jeju, di hari itu jualah Jaeyun merasakan gelombang cinta dari calon buah hati mereka. Sunoo yang sama-sama paniknya, dengan refleks langsung menghubungi Riki, dan berakhir membawa Jaeyun ke rumah sakit dengan taksi.

"Sunoo! Akhh sakit!" pekik Jaeyun sambil meremas tangan Sunoo dengan erat. Entah sudah keberapa kalinya Jaeyun mengalami kontraksi malam ini. Meski sudah mengalaminya berkali-kali, tapi setiap kali merasakannya Jaeyun pasti akan terkejut dan setelah itu berteriak seolah sedang meregang nyawa. Benar-benar sakit sekali.

"Hyung tarik napas, lalu hembuskan dari mulut ya," kata Sunoo berusaha tenang, meniru cara suster tadi menenangkan Jaeyun.

"Hiks, sakit Sunoo.."

Yang lebih muda hanya mengelus-elus tangan Jaeyun. Mereka belum bisa masuk ruang operasi karena sedang menunggu dokter tiba. Sementara Riki yang ikut mengantar mereka, sedang mengurus administrasi di depan. Sunghoon dan orangtuanya juga sudah dihubungi semua, namun karena mereka sama-sama tidak sedang di Seoul, jadi butuh waktu untuk tiba.

Tak lama, Riki datang bersama seorang suster yang mengabarkan kalau Jaeyun sudah bisa masuk ruang operasi. Pegangan Jaeyun pada tangan Sunoo mengerat. Ia benar-benar takut. Ini pertama kalinya dia menjalani operasi dan Sunghoon tidak ada saat sedang dibutuhkan.

"Sunoo ikut," seru Jaeyun saat suster meminta Sunoo dan Riki untuk menunggu diluar.

"Anda suaminya?" tanya suster lain pada Sunoo, yang langsung dijawabnya dengan gelengan.

"Bukan, saya temannya. Suaminya sedang perjalanan kemari."

"Baiklah, satu orang boleh masuk menemani pasien."

Dengan begitu Jaeyun masuk ke ruang operasi bersama Sunoo dan para suster, meninggalkan Riki sendirian di depan ruang operasi.

Proses operasi persalinan berlangsung selama hampir sejam. Di luar ruang operasi, Riki menyambut kedatangan orang tua Sunghoon yang terlihat panik. Keduanya datang ke Seoul melalui penerbangan domestik begitu mendengar kabar operasi Jaeyun dari Sunghoon. Ketiganya menunggu dengan harap-harap cemas hingga operasi usai.

Bahkan hingga Jaeyun dipindah ke ruang perawatan, Sunghoon masih belum juga tiba dari Jeju.

Jaeyun dan bayinya mendapat ruang perawatan VIP berdasarkan permintaan mertuanya. Saat ini ia tengah berbaring di brankar dengan memakai pakaian rumah sakit, dimana kancing atasannya terbuka di bagian dada tempat si bayi tidur.

Jungwon kecil tidak ditempatkan di NICU sebab kondisinya normal sehingga ia bisa langsung melakukan kontak kulit dengan Jaeyun. Bayi dengan berat 2,9kg itu tampak nyaman dalam pelukan ibunya, membuat orang-orang di sekeliling mereka tak hentinya tersenyum.

"Alisnya mirip sekali dengan Sunghoon," ujar Bunda saat menyadari bahwa alis Jungwon terlihat tebal, sama persis dengan milik anaknya.

"Kalian sudah menyiapkan namanya?" tanya ayah Sunghoon yang langsung diangguki Jaeyun.

He is my wifeWhere stories live. Discover now