🌼

6.6K 601 21
                                    

Pukul 7 pagi, Sunghoon sudah sampai di gedung perusahaannya. Matanya langsung menatap lurus pada Jaeyun yang sudah berdiri di depan lobi dengan pakaian kerja yang tampak kebesaran untuknya. Dengan tenang pria itu berjalan menghampiri pria yang lebih kecil.

"Ayo masuk," katanya langsung melengos ke dalam, yang segera diikuti Jaeyun dengan sedikit kesusahan.

Mereka pun masuk ke dalam lift VIP. Sunghoon memencet tombol lantai ke 8. Pintu lift menutup dengan hanya mereka berdua di dalamnya.

"Mulai hari ini, kau yang akan menjadi sekretaris pribadiku di kantor. Tiga hari. Aku memberimu waktu 3 hari untuk membuktikan kalau kau memang pantas menjadi pendamping hidupku. Kau akan diajari semuanya hari ini, jadi perhatikan baik-baik. Mengerti?"

Jaeyun mengangguk. "Saya mengerti, Tuan."

"Pulang kantor, kau ikut aku pulang ke rumahku. Sama, 3 hari. Aku ingin melihat kinerjamu sebagai asisten rumah tangga."

"Baik, Tuan."

Setelahnya keheningan menyelimuti mereka. Sunghoon hanya diam dengan tenang menatap lurus pada pintu lift. Sedangkan Jaeyun yang berdiri di belakangnya, diam-diam memperhatikan tubuh tegap Sunghoon yang lebih tinggi darinya. Jaeyun berusaha menahan diri untuk tidak bertindak gegabah, mengingat kerah bagian belakang jas Sunghoon tidak terlipat dengan rapi.

Mungkin Sunghoon datang buru-buru, pikirnya.

Ah tidak, bunda Park bilang kalau Sunghoon orangnya sangat tepat waktu. Dia tidak mungkin akan bangun terlambat di hari kerja.

"Sedang apa di situ?"

Lamunannya buyar saat Sunghoon menegurnya dari luar lift. Oh, Jaeyun tidak sadar kalau mereka sudah sampai. Membungkuk mencicitkan maaf, Jaeyun pun segera berlari kecil keluar dari lift mengikuti kaki jenjang Sunghoon pergi.

Mereka pun sampai di ruangan CEO. Sunghoon langsung duduk di kursi kerjanya, sedangkan Jaeyun berhenti di sebelah meja sang calon suami.

Sunghoon pun menelepon seseorang dari telepon kabel di meja kerjanya.

"Mark, datang ke kantorku sekarang. Aku akan memberimu tugas penting."

Setelah menutup teleponnya, Sunghoon menyalakan laptop sambil menoleh pada Jaeyun.

"Mark akan mengajarimu semuanya hari ini. Dengarkan dia baik-baik, mengerti? Jangan sampai kau melewatkan satu hal pun. Nanti siang kembalilah ke sini, temani aku makan siang."

Jaeyun mengangguk mengerti. "Baik, Tuan."

Setelah itu Sunghoon tenggelam dalam pekerjaannya. Mengabaikan Jaeyun yang masih berdiri di sebelah mejanya, curi-curi pandang pada Sunghoon.

Mark belum juga datang. Dan Sunghoon sedikit risih diperhatikan seperti itu oleh Jaeyun. Akhirnya diapun menoleh.

"Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu?"

Jaeyun tersentak. Refleks dia menggeleng.

"Duduklah di sana. Kau membuatku risih."

"Emm... Maaf Tuan, tapi, bolehkah saya membetulkan kerah pakaian Tuan?"

Sunghoon mengernyit. Tapi karena dia tak mau membuang waktu lebih lama lagi, akhirnya dia mengangguk.

Segera Jaeyun mendekatinya dan melipat kerah belakang Sunghoon dengan rapi.

"Permisi—oh maaf mengganggu aktivitas kalian."

Jaeyun langsung beranjak menjauh. Sunghoon berdehem mencairkan suasana, dan meminta Mark untuk menghadapnya.

Sang CEO berbicara panjang lebar yang intinya meminta Mark mengajari Jaeyun semuanya tentang menjadi sekretarisnya. Setelah itu Jaeyun pun dibawa pergi Mark ke ruangan lain.

Hari berjalan cukup panjang untuk mereka berdua. Sunghoon seperti biasa disibukkan dengan berkas-berkas yang seolah tiada habisnya. Sedangkan Jaeyun mempelajari semuanya dengan cepat dari Mark.

Tak terasa hari menjelang siang. Jaeyun yang sudah selesai dengan belajarnya, kembali ke ruangan Sunghoon dengan membawa serta tas kertas berisi dua kotak makan siang serta dua gelas kopi yang dititipkan kurir padanya.

Tok tok tok.

"Masuk."

Jaeyun pun mendorong pintu CEO, lalu menutupnya rapat dari dalam. Dia mendapati Sunghoon sudah berpindah ke sofa meskipun laptopnya juga dibawa serta.

"Makan siang, Tuan," katanya sembari duduk di sebelah Sunghoon dan mengeluarkan makan siang mereka ke atas meja.

"Kau sudah mempelajari semuanya dari Mark?"

"Sudah, Tuan."

"Bagus. Setelah ini kau bekerja di meja itu, dan ikut aku meeting sore nanti."

"Baik, Tuan."

Setelahnya Sunghoon menutup laptopnya. Menerima sepasang sumpit dari Jaeyun untuk kemudian mereka mulai makan bersama.

Jaeyun tau berbicara saat makan sangatlah tidak sopan. Oleh karena itu dia makan dengan tenang. Di sebelahnya Sunghoon pun begitu.

Selesai makan, Jaeyun segera membersihkan bekas makan mereka berdua dan beranjak untuk membuang sampah di luar. Begitu kembali, dia sudah melihat Sunghoon berkutat kembali di meja kerja.

Jaeyun menghela napas. Tampaknya rutinitas seperti ini akan terus ia lakukan di sisa hidupnya. Tak masalah, setidaknya sekarang dia akan selalu bersama Sunghoon, tidak sendirian lagi seperti sebelum-sebelumnya.

Sore harinya sepulang kerja, Jaeyun ikut Sunghoon pulang dan mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tidak banyak sebenarnya, Sunghoon benar-benar menjaga kebersihan rumah dengan baik. Dia hanya perlu memasak untuk menyediakan makan malam bagi mereka berdua.

Sunghoon datang ke meja makan sehabis mandi. Dia masih memakai handuk di lehernya, rambut basah terlihat baru selesai keramas. Dengan celana kain panjang dan kaos oblong putih, dia duduk di kursi yang biasa dia tempati. Aroma kaldu dari sup ayam buatan Jaeyun masuk ke indera penciumannya, begitu lezat dan menggoda perutnya.

"Maaf, saya hanya bisa membuat ini, bahannya terbatas," kata Jaeyun sembari memberikan nasi dan semangkuk sup ayam pada Sunghoon.

"Tidak masalah. Setidaknya aku bisa makan masakan rumahan lagi, bukan makanan restoran."

Jaeyun tersenyum simpul. "Kupikir Tuan memasak sendiri, mengingat bahan makanan di kulkas cukup banyak."

Sunghoon menggeleng. "Aku tidak begitu bisa memasak."

Pria Park mencoba sesendok kaldu ayam. Wajahnya sumringah saat merasakan rasanya yang begitu nikmat, persis masakan ibunya. Setelah itu dia makan dengan lahap. Tak peduli dengan Jaeyun yang menatapnya penuh arti. Senyuman pria Sim itu bahkan tidak dia tau.

Syukurlah kau menyukainya, Sunghoon.

Tbc

He is my wifeWhere stories live. Discover now