🌼³

5.5K 502 36
                                    

Jaeyun kembali ke kamar setelah urusan bebersih beres. Ia sudah tidak menangis lagi, tapi matanya masih bengkak. Ditutupnya pintu pelan-pelan saat melihat Sunghoon sudah tiduran di atas kasur.

Sunghoon yang tengah menonton video dengan memakai earphone hanya meliriknya sekilas. Jaeyun sendiri tampak sedang mendekat, dan terlihat bingung harus tidur di mana. Tidak mungkin kan dia tidur sekasur dengan Sunghoon?

Maka Jaeyun pun berinisiatif mengambil satu bantal di sebelah Sunghoon, bersiap untuk tidur di lantai.

"Mau kemana?"

Jaeyun menoleh kaget. Lantas dia menunjuk lantai. "Tidur di bawah."

Sunghoon berdecak. Dia yang sudah posisi tiduran akhirnya harus duduk. "Kenapa di bawah? Di bawah kotor, aku tidak punya kasur lantai. Tidurlah di sini, tempatnya masih luas."

Jaeyun mendadak salting sendiri saat Sunghoon menepuk-nepuk sisi kosong kasur di sebelahnya. Dia seperti dibuat sulit berkata-kata jadinya dia hanya menurut dan mulai naik ke kasur Sunghoon.

Jaeyun bisa merasakan jantungnya yang berdetak hebat. Mereka tidur di ranjang yang sama, berbagi selimut yang sama. Jaeyun bahkan sampai tidur di ujung, membelakangi Sunghoon. Tiap kali Sunghoon bergerak, Jaeyun akan refleks menahan napas. Sampai Jaeyun tidak sadar kalau dia sudah ketiduran.

Tau-tau dia kebangun saat sesuatu meremas pantatnya. Jaeyun membuka mata perlahan. Menyesuaikan cahaya remang yang masuk ke matanya, sampai dia menyadari kalau dirinya berada di dalam dekapan Sunghoon.

Jaeyun langsung menahan napas ketika tiba-tiba Sunghoon menariknya makin dekat. Napas yang lebih tua terdengar sangat jelas, agak bikin geli karena embusan napasnya menyapu bagian belakang telinganya. Jaeyun benar-benar tidak berani bergerak seinci pun, takut Sunghoon terbangun.

Tapi jujur, meskipun bikin takut, dekapan Sunghoon ini hangat sekali untuknya. Apalagi Sunghoon tidur pakai pendingin ruangan. Badannya yang tidak tertutupi selimut tetap terasa hangat berkat kedua tangan kekar Sunghoon yang melingkari tubuhnya.

Dari jarak sedekat ini pun Jaeyun bisa mengamati wajah Sunghoon dengan jelas. Sepasang alis tebal, bulu mata yang lentik, tahi lalat yang menyebar di beberapa titik wajahnya, kulit putih mulus, bahkan bekas cukuran tidak rapi di dagunya. Sungguh tampan sekali orang ini. Jaeyun sampai tak bisa menahan senyumnya karena si tampan inilah yang akan menjadi calon suaminya.

Tiba-tiba Sunghoon bergerak tak nyaman seperti akan bangun. Jaeyun pun segera memejamkan mata, berpura-pura tidur supaya Sunghoon tidak kaget.

"Huh?"

Jaeyun bisa merasakan jantungnya yang berdegup cepat. Tubuhnya tetap diam ketika Sunghoon bergerak melepaskan diri. Entah mengapa Jaeyun merasa sedikit sedih ketika Sunghoon tidak lagi mendekapnya.

"Aku pasti sudah gila," gumam pria itu sembari turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi.

Jaeyun membuka mata perlahan saat tidak ada lagi suara Sunghoon di kamar itu. Ia menghela napas. Kehangatan itu hilang dan tubuhnya kembali kedinginan. Jaeyun seperti ditampar realita, benar juga, Sunghoon menikahinya bukan karena cinta. Melainkan hanya untuk menuruti keinginan sang bunda.

Tapi bagaimana kalau Jaeyun yang akan jatuh cinta padanya?

💐💐💐

H-5 fitting pakaian pernikahan. Sunghoon sudah mengabari Mark bahwa ia dan Jaeyun akan terlambat datang ke kantor. Saat ini dirinya sedang menyetir dengan Jaeyun di sampingnya dan sang bunda duduk di belakang.

Bunda lah yang meminta Jaeyun untuk duduk di sebelah Sunghoon, padahal anaknya sendiri yang meminta beliau duduk di sampingnya. Bunda beralasan kalau sebentar lagi mereka akan menikah sehingga sebagai pasangan sudah sepantasnya Jaeyun duduk di samping Sunghoon.

He is my wifeWhere stories live. Discover now