🌸🌸🌸🌸

5.8K 496 27
                                    

🔞 frontal 🔞

November, genap 5 bulan kandungan Jaeyun, sekaligus 5 bulan sejak mereka menikah.

Morning sickness Jaeyun sudah mulai berkurang. Tubuhnya juga mulai terbiasa dengan kehadiran makhluk hidup baru di dalam perutnya. Sehingga ia mulai bisa mengatur staminanya sendiri untuk bekerja.

Tapi sisi lainnya, berat badannya jadi bertambah karena nafsu makannya meningkat. Jaeyun yang biasanya cenderung pilih-pilih makanan dan hanya makan saat jam makan, kini mulai menyetok camilan bahkan memesan banyak jajanan ke kantor saat jam kerja.

Sunghoon bertopang dagu sambil mengamati Jaeyun yang asyik mengunyah roti panggang isi daging di sampingnya. Mereka sedang istirahat makan siang di kantornya. Sudah sama-sama menghabiskan bekal dari rumah. Bedanya Jaeyun sampai sekarang belum berhenti mengunyah. Sedangkan dirinya sudah merasa kekenyangan dengan bekal yang dibuatkan Jaeyun itu.

"Enak?"

Jaeyun pun menoleh. Mengangguk-angguk semangat sambil tersenyum di sela kunyahannya. "Sunghoon mau?"

Pria itu dengan cepat menggeleng. "Habiskan saja. Aku kenyang."

Jaeyun kembali menekuni makanannya dan Sunghoon lagi-lagi mengamatinya.

"Pipimu seperti bakpau," kata Sunghoon sambil menoel pipi Jaeyun yang menggembung karena sedang mengunyah roti.

"Bakpau? Tiba-tiba aku ingin itu," kata Jaeyun sambil menatap lurus ke depan, seolah sedang membayangkan bakpau yang disebutkan Sunghoon barusan.

Sunghoon sendiri menggeleng heran. "Masih belum kenyang juga?"

Ting!

Suara ponsel Jaeyun tiba-tiba berbunyi. Jaeyun segera meraih ponselnya untuk membaca pesan terbaru. Senyumnya tampak mengembang, membuat Sunghoon mengernyit penasaran dan langsung mendekat untuk mengintip isi pesan itu.

"Sunghoon, nanti sore aku boleh keluar?"

Jaeyun yang menoleh mendadak padanya membuat Sunghoon jadi tidak bisa mengintip isi pesan itu. Jarak wajah mereka begitu dekat, Sunghoon yang agak kaget pun menarik dirinya ke posisi semula.

"Kemana?"

"Riki mengajakku pergi makan ichiran. Boleh ya?"

Sunghoon hampir saja bilang tidak, tapi kemudian dia ingat dengan ucapannya sendiri. Kalau dia melarang Jaeyun, itu artinya dia sedang menjilat ludah sendiri. Dia sendiri yang bilang akan membebaskan Jaeyun melakukan apapun sebagai ganti dari dirinya yang tidak mencintai Jaeyun. Sejauh ini Jaeyun tidak pernah melakukan apapun tanpa Sunghoon. Mereka selalu bersama selama 24/7, dan ini pertama kalinya Jaeyun ingin melakukan sesuatu tanpanya.

Tapi kenapa harus bersama bocah Jepang ingusan itu sih?

"Tidak boleh ya?" Jaeyun memanyunkan bibirnya. "Baiklah, aku tidak akan pergi."

"Pergi saja," sahut Sunghoon cepat. Sampai membuat Jaeyun membelalak saking tidak percayanya.

"Aku boleh pergi?"

Sunghoon mengangguk. "Asalkan jangan pulang terlalu malam, kau sedang hamil."

Senyum Jaeyun mengembang lagi. Matanya yang berbinar mengingatkan Sunghoon pada puppy.

"Ne, aku akan usahakan pulang sebelum jam 10."

Sunghoon mengangguk saja. Lagi-lagi mengamati Jaeyun yang kini sibuk mengetik di ponselnya, mungkin mengabari Riki bahwa ia sudah mendapat izin.

"Nanti Riki katanya akan menjemputku. Ah aku tidak sabar ingin segera mencoba ichiran."

"Bahkan tanpa harus menunggu bocah itu aku bisa membelikanmu ichiran sekarang."

He is my wifeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum