🌼🌼⁴

5.2K 506 27
                                    

Disinilah mereka, area pemancingan. Sunghoon bahkan mempertanyakan kembali keputusannya untuk memancing bersama Jaeyun. Kata siapa dekat, ternyata masih membutuhkan waktu 30 menit perjalanan, untungnya mereka bisa memakai supir bayaran, Sunghoon sedang malas menyetir karena tangannya masih sakit.

Matanya menyipit, memandang hamparan air yang tidak mungkin dia dapati saat di kantor. Dia pikir area pemancingan yang dimaksud Jaeyun seperti kolam ikan yang besar, rupanya adalah sebuah waduk. Tak hanya dipakai memancing, banyak juga yang menyewa perahu kecil untuk menjelajahi waduk yang tidak dia tau dimana ujungnya ini.

"Ini."

Sunghoon menoleh saat Jaeyun menyerahkan satu alat pancing padanya. Kelihatan sekali dia kebingungan dengan cara pakainya. Okelah dia adalah CEO yang bisa segala pekerjaan kantor, tapi memancing? Seumur hidupnya selama 25 tahun ini dia tidak pernah pergi memancing. Kawan tidak punya, anak tunggal, orangtua sibuk, siapa yang akan mengajaknya memancing? Oh ya, suaminya yang cantik, Park Jaeyun.

"Begini caranya. Hyung pasang dulu umpannya di kail, baru setelah itu lempar ke air."

Jaeyun mempraktekkan cara memasang umpan cacing hidup di kail pancingannya sendiri. Sunghoon di sampingnya tampak memperhatikan dengan seksama meski menahan geli melihat cacing yang masih bergerak-gerak itu. Matanya terus mengikuti gerakan Jaeyun hingga kail pancing dilempar ke air, dan Jaeyun dengan santai menaruh joran pancing ke atas penyangga sebelum menghampirinya.

"Hanya begitu?"

"Ne. Kita hanya perlu menunggu sampai ikan menyambar umpannya."

Sunghoon menatap Jaeyun seperti merasa paling dikhianati. "Menunggu ikan datang bagimu menyenangkan?"

Jaeyun balik menatap dengan mata lebarnya. "Iya, itu menyenangkan."

"Hah!" Sunghoon memijat dahinya sendiri, merasa bodoh kenapa harus menuruti keinginan suaminya ini.

Jaeyun mengulum bibir atasnya saat melihat reaksi Sunghoon. "Hyung tidak suka ya? Arasseo, kita bisa kembali ke hotel saja kalau begitu."

Sunghoon mendengus. Lagi-lagi dia dibuat merasa bersalah setelah mendengar nada suara Jaeyun.

"Aku tidak bilang tidak suka, aku hanya merasa ini terlalu membuang waktu. Tapi karena kita sudah terlanjur di sini, setidaknya kita harus dapat satu ikan sebelum pulang."

Jaeyun tersenyum saat melihat Sunghoon dengan bersungut-sungut memasang umpan di kail pancingnya sendiri. Lalu melempar umpan ke danau, dan menaruh joran pancing ke penyangga sebelum duduk di kursi yang sudah Jaeyun siapkan.

Jaeyun juga duduk di kursi sebelahnya. Membuka makanan yang mereka beli di minimarket dalam perjalanan ke area pemancingan, menatanya di atas meja yang terletak di antara mereka.

"Hyungnim."

Sunghoon menoleh, menerima sekaleng bir yang diulurkan Jaeyun. Ia menyesapnya sedikit untuk memuaskan dahaganya.

"Hyung mau kimbab?"

"Nanti saja," katanya tanpa sekalipun menoleh, karena matanya sedang fokus pada joran pancingnya, menunggu benda itu bergerak.

Bukannya dia excited memancing, tapi dia ingin segera dapat ikan supaya mereka cepat pulang.

Lain dengan Jaeyun yang terlihat santai memakan sepotong kimbab dalam sekali hap. Baru mengunyah beberapa detik, dan mulutnya masih penuh, tiba-tiba joran pancingnya bergerak-gerak. Dengan refleks cepat dia bangkit, meraih joran lalu memutar reel pancingnya.

Sunghoon juga ikut-ikutan bangkit, berdiri di sebelah Jaeyun menunggu ikan apa yang didapat 'istri'-nya itu.

Melihat ujung joran pancing yang melengkung tajam, bahkan Jaeyun tampak kesulitan memutar reel-nya, Sunghoon dengan tanggap membantunya dari belakang. Jaeyun sempat kaget dengan tangan besar Sunghoon yang memegang kedua tangannya. Namun karena ini bukan saatnya blushing, Jaeyun mau tak mau harus mengesampingkan perasaannya dulu demi menarik ikan tangkapan mereka ke daratan.

He is my wifeWhere stories live. Discover now