=33= After Incident

2.9K 621 176
                                    

From : Takacchi

Aku akan menjengukmu lagi nanti setelah menjemput Luna dan Mana. Berhati-hatilah, jangan terlalu dekat dengan mereka

(Nama) menghela napas membaca deretan kalimat yang dikirim Mitsuya lewat pesan email. Gadis itu tahu 'mereka' yang disinggung Mitsuya tidak lain dan tidak bukan adalah Haitani bersaudara.

Tapi, emm, bagaimana (Nama) membalas pesan tersebut?

Gadis itu menggulirkan bolamatanya, sosok Ran tengah duduk sambil membaca majalah di sofa sementara Rindou mengupas jeruk di tangannya.

Ia bingung bagaimana menjelaskan situasi ini.

"Sepertinya Tuan Putri Tidur kita malah asik dengan ponselnya ketimbang dengan kakak-kakaknya di sini," interupsi Ran yang kini tengah menatapnya sambil memangku dagu. Senyum malas setia bertengger di bibirnya.

Perempatan imajiner tercetak di dahi (Nama) ketika mendengarnya. "Kakak-kakak apaan. Kalian merawatku saja tidak, hanya setor muka, paling sebentar lagi pulang kan? Aku sudah hafal tindak-tanduk kalian," ucap gadis itu melambaikan tangannya ke depan muka.

Rindou terdiam. Dengan sepiring jeruk yang sudah dikupas di tangannya, ia mendekat ke (Nama) dan mengulurkan sebelah tangan untuk mengecek suhu pada dahinya.

"Kau sudah tidak demam lagi tuh," ucap Rindou, lalu bergantian menempelkan tangan ke dahinya sendiri.

(Nama) makin kesal.

"Aku ini masuk rumah sakit karena tertembak, bukan sakit demam," geram (Nama) sebal dengan perempat imajiner pada kepalanya.

"Oh ya?" Rindou menaikkan sebelah alisnya. "Saat kau koma hari ke dua, kulihat kau sedang demam tinggi tuh."

(Nama) mendengus. Ia juga mendengar dari Bibi kalau setelah sempat kritis, ia koma selama 3 hari dan sekarang sudah hari ke tujuh ia tinggal di rumah sakit.

"Jangan sok tahu," gerutu (Nama) mengalihkan pandangannya. Kini tatapan gadis itu terfokus pada puring di tangan Rindou.

Hatinya agak melembut saat melihat tumpukan jeruk yang sudah dikupas.

Memang, tidak semua orang akan selalu bersikap menyebalkan. Seperti Ran kemarin yang mengambilkannya minuman, Rindou pasti sudah bekerja keras mengupaskan buah untuknya.

(Nama) tersenyum, ia mengarahkan tangannya ke arah piring. "Terimakasih, Rindou-- eh."

Ucapannya terhenti begitu tangan Rindou terangkat ke atas. "Ha? Mau apa kau?" tanyanya dengan sepasang netra ungu yang menatap tajam.

Gadis itu bingung. "Makan? Bukankah kau mengupaskan jeruk untukku?"

Rindou memasang ekspresi enak saja pada wajahnya. Ia langsung berbalik sambil membawa piring itu lalu duduk di samping Ran. "Kupas sendiri sana. Ini untukku."

Perempatan imajiner kini muncul beberapa kali di kepala sang gadis. "K-konoyaro.." ucapnya gemas sambil mengepalkan tangan.

"Yang luka itu pinggangmu, bukan tangan. Jangan manja," ucap pemuda dengan surai pirang dan cyan itu pada (Nama).

Dengan emosi (Nama) melempar bantal ke arah Rindou. "Ah brengsek, kau! Padahal buah yang kau ambil berasal dari kulkasku, kan?!"

"Tapi nenekku yang beli tuh."

Jawaban cepat dan tepat dari Rindou membuat (Nama) terdiam tanpa bisa menjawab. Ya benar sih, tapi seperti ada sesuatu yang salah dan itu sangat mengganggu (Nama).

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now