=67= Her Last Wish

1.5K 330 98
                                    

Sebelum berlanjut ke chapter baru, Alva ingin mengatakan sesuatu.

Flow 2 akan segera tamat.

Awalnya ingin sampai ke chapter Tokyo Revenger terbaru, ngikutin. Tapi sepertinya cerita ini butuh end.

Lagipula ini udah terlalu panjang. Sedikit-banyak mungkin ada reader yang bosan, jujur Alva sendiri sempet bosan di tengah-tengah wkwkwk//slap

Lalu, gimana dengan kelanjutannya?

Entah.

Hehe//buagh

Mungkin Alva akan ngeliat respon reader dulu. Kalau banyak dan memang mengharapkan kelanjutan kisah (Nama) ini, mungkin akan Alva lanjutkan.

Sekian announcement -nya

Ciao~

Happy reading ♥

****

"Aku keberatan dengan rencana ini, Izana!" Kakucho dengan langkah beratnya mendekati sosok Izana yang duduk di atas atap markas Tenjiku.

"Aku tidak membenarkan pembunuhan!"

Kakucho dengan penuh amarah meneriakkan pendapatnya. "Ini terlalu keji. Kau tidak boleh melakukannya, Izana!"

Sementara itu Izana hanya melirik Kakucho tanpa minat menjawab. Ia bersandar dengan tangan kirinya. "Lalu, jika kita tidak melakukannya, apa kau bisa melancarkan rencana ini dengan kekuatanmu sendiri?"

Kakucho terdiam.

Tentu saja tidak bisa. Izana terkekeh sinis. "Kau sudah tahu jawabannya," sarkas Izana.

Kakucho mengepalkan tangannya. "Kau tetap tidak boleh melakukannya! Apa benar-benar tidak ada cara lain untuk menjatuhkan Mikey?!"

"Sayangnya tidak ada," jawab Izana. "Kisaki dan aku sudah mengatur rencana ini sedemikian rupa. Kau jangan merusaknya hanya karena emosi sesaatmu," desis Izana menatap tajam bawahannya tersebut.

"Asal kau tahu, Kakucho," ucap pemuda itu sambil turun dari pembatas dan berdiri di samping Kakucho. "Apapun itu harus kulakukan untuk mencapai tujuanku."

Izana menepuk bahu Kakucho. "Agar bisa membentuk Mikey menjadi seperti yang kuinginkan dan menjadikan Tenjiku sebagai geng terkuat se-Jepang, mengotori tanganku pun akan kulakukan dengan senang hati."

***

"Malam ini bulannya sangat indah."

Izana tersenyum pada sosok yang baru saja keluar dari rumahnya.

"Izana ...," ucap (Nama) pelan. Gadis itu memejamkan mata sekejap. Kobaran emosi kembali menyala di dalam dadanya. Ia teringat tentang penyerangan dari Tenjiku ke Geng Touman sebelumnya.

Ditambah emosi karena ayahnya yang meninggal, (Nama) sedikit kesulitan mengaturnya.

Untunglah ia sudah bisa lebih tenang.

"Mau apa kau kesini?" (Nama) bertanya dengan dingin. Ditatapnya kedua mata Izana yang seolah tanpa dosa, seperti tidak ada beban bahkan setelah pemuda itu menghianatinya.

"Hanya mengunjungimu." pemuda itu lalu berdiri dan menghampiri (Nama) yang masih ada di depan pintu. "Aku merindukanmu, (Nama)."

(Nama) memasang wajah jijik. "Setelah semua yang kau lakukan pada teman-temanku?"

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now