=66= A Knife

1.3K 297 50
                                    

"Apa dosa besar yang sudah kuperbuat, hingga aku pantas menerima penderitaan ini?"

Semua yang ada di sana terdiam. Bahkan (Nama) sendiri tak mampu untuk bersuara kembali.

"(Nama) ..." Mitsuya mengembuskan napasnya pelan. Kedua tangannya menggenggam lembut lengan (Nama) di kerahnya. "Kau tidak berdosa apapun. Kau tidak berhak merasakan sakitnya penderitaan ini."

Mitsuya mulai berbicara dengan lembut.

"Tatap mataku baik-baik, (Nama)." sepasang netra keunguan itu berkilat basah. "Ini semua adalah takdir dari Tuhan yang sudah ditentukan oleh-Nya."

Tatapan tajam (Nama) perlahan sayu, cengkeramannya pun mengendur.

Gadis itu jatuh berlutut di tanah dan kembali menangis dengan keras. Suaranya sangat menyayat hati.

Langkah Takemichi mendekat. Ia menepuk pelan bahu (Nama) untuk menenangkannya. "Kami ada untukmu kapanpun, (Nama)-san.."

Tangisan (Nama) terhenti, tangan yang ia gunakan untuk menutupi wajah pun turun.

Brukk

"Takemicchi!"

(Nama) mendorong Takemichi dengan keras, hingga pemuda itu terjungkal ke belakang.

Gadis itu kembali berdiri. Sama seperti sebelumnya, dengan sepasang mata yang tajam. Kedua tangannya mengepal erat. "Ini semua salahmu, Hanagaki Takemichi."

Buagh

Chifuyu bahkan terlambat mencegah tendangan itu terjadi.

"Takemichi! (Nama)-san, berhenti!"

Chifuyu berlari dan menghadang (Nama), menghalangi gadis itu kembali memukuli Takemichi. "(Nama)-san! Hentikan ini."

(Nama) menatap Chifuyu yang menghalangi jalannya. Sebelah tangan gadis itu terangkat dan meninju keras wajah Chifuyu.

Buagh

"Akh!" Chifuyu mundur beberapa langkah.

Kini (Nama) kembali berhadapan dengan Takemichi. "Ini salahmu!"

Kaki (Nama) menendang Takemichi yang tengah susah-payah berdiri. "(Na-Nama)-san, d-dengarkan aku--"

Buagh

Takemichi kembali tersungkur, tetapi ia segera mencoba berdiri.

"(Nama)-san, dengarkan aku dulu!" seru Takemichi.

Tatapan (Nama) datar dan kosong. "Apa lagi? Bualan apa lagi yang harus kudengarkan hanya untuk menenangkan diriku! Semuanya terbunuh! Semua orang tersayangku! Dan ini semua karena kau, Hanagaki!" teriak (Nama) keras.

"Kau bilang ayahku akan bertahan hidup nanti. Lalu kami akan mempunyai sebuah toko bunga yang indah, tapi apa?!" (Nama) mengetatkan rahangnya. "Dia sudah mati, Hanagaki," desis gadis itu penuh penekanan.

"Dia mati terbakar hari ini. Detik ini. Saat ini. Ayahku tidak akan bisa kau kembalikan. Kau pembohong!"

Takemichi terdiam mendengarnya.

Merasa muak, (Nama) kembali mengangkat kakinya dan hendak menendang Takemichi kembali.

Namun, sebelum sempat (Nama) menyentuh Takemichi, ada kaki lain yang mencegah gerakannnya.

"Mikey .." urat emosi tercetak di pelipis (Nama). Lalu, tak lama gadis itu tersenyum kecut. "Ini juga salahmu, Mikey! Jika saja kau membiarkanku masuk ke sana, ayahku bisa selamat!"

Gadis itu menekan kekuatannya, lalu sekali lagi ia melancarkan tendangan ke samping, tetapi sekali lagi Mikey dapat mencegahnya.

"Ayahku mati karenamu, Mikey!" teriak (Nama).

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang