=62= A Plan

1.2K 285 23
                                    

"Nii-chan, tolong angkat jemuran dong. Kalau bisa sekalian siram tanaman ya," (Nama) bicara tanpa menoleh pada sosok tinggi yang baru saja bangun tidur dan membuka kulkas.

"Nanti bilang juga pada Rindou untuk belanja keperluan kamar mandi. Nenek bilang sabun mandinya habis. Kalau dia menolak nanti bilang saja aku akan membuang seperangkat alat dj-nya ke tempat sampah," tambah (Nama) mencicipi sayur yang ia buat.

Ran menatap cengo punggung (Nama), sebelum kemudian ia menutup kembali pintu kulkas dengan keras. "Ck. Ya, ya, ya," jawab Ran sambil berlalu.

(Nama) tertawa kecil. "Ran itu kalau aku panggil 'Nii-chan' pasti tidak bisa menolak perintahku ya," ucap (Nama) bangga karena berhasil menemukan kelemahan Ran.

"Nah, sekarang tinggal membereskan dapur dan membangunkan Nenek," senyum gadis itu meletakkan segala lauk-pauk ke atas meja makan.

Ketika (Nama) hendak mengambil gelas minumnya, tangan gadis itu terasa licin hingga gelas kaca tersebut terjatuh dari tangannya.

Prangg

Pecahan gelas berserakan di lantai. (Nama) meringis ketika tak sengaja menginjak pecahan beling saat hendak memungutnya.

"Jangan cari penyakit. Pakai ini."

Sebuah serok sampah dan sapu terulur padanya. Ketika (Nama) mendongak, sosok Rindou memicingkan matanya.

"Apa? Aku tampan ya? Aku tahu, jangan terpesona begitu." Rindou tersenyum miring.

"Dih. S*nting," balas (Nama) sinis, lalu merebut serok dan sapu di tangan Rindou. "Makasih," lanjutnya cuek.

Perempatan imajiner tercetak di pipi Rindou. "Kau ini, memang tidak tau terimakasih ya. Mana pakai mengancam mau membuang perangkat dj-ku lagi."

"Oh? Nii-chan sudah bilang padamu ya?" (Nama) menyapu pecahan ke serok dan membuangnya ke tempat sampah.

"Ck," Rindou memutar matanya jengah. "Iyalah. Sekarang dia sedang mengangkat jemuran di belakang."

Rindou merengut saat melihat (Nama) malah tertawa. "Oi!"

"Ahahahha. Maaf, maaf. Soalnya, mudah sekali menyuruh Ran jika memanggilnya dengan sebutan 'Nii-chan'." (Nama) memegangi perutnya yang terasa keram karena tertawa.

Pemuda itu terdiam sejenak. Setelah tawa (Nama) reda, Rindou melangkah keluar dari dapur. Namun, sebelum ia benar-benar pergi untuk membeli ke toserba, pemuda itu terhenti.

"Tentu saja, kau adalah adik Aniki sekarang," ucap Rindou pelan lalu melambaikan tangannya.

"Oh? Apa itu berarti aku juga adikmu, Rindou?" seru (Nama) menggoda.

"Ogah." Rindou mengacungkan jari tengahnya.

(Nama) kembali tertawa dengan keras.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now