𒆜 1. 𒆜 Her

472 70 30
                                    

*:・゚✧*:・゚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*:・゚✧*:・゚

"(Nama) itu orang yang gampang  bersemangat ya." pria dengan rokok yang jarang terlihat lepas dari apitan bibirnya itu bersuara. Kedua tangannya masih sibuk membenahi body motor. Sementara itu, sepasang manik hitam yang awalnya tertuju pada pekerjaannya, kini melirik pada sosok berambut pirang berantakan dengan bekas luka bakar pada area mata sebelah kirinya.

"Hah?" sahut sang lawan bicara bingung. Mulutnya masih penuh dengan onigiri rasa entah apalah itu. Inui memiringkan kepalanya. "Kenapa tiba-tiba membicarakan dia, Shiniciro-kun?"

Sejak insiden sakit perut akibat makanan antah-berantah buatan si pemilik nama yang tadi disebut Shiniciro, Inui mulai terbiasa menyantap menu-menu tersebut. Mungkin lebih tepatnya, lambungnya menjadi kebal sejak Shiniciro juga selalu mencekokinya masakan (Nama) setiap kali dirinya mengunjungi pria itu.

"Soalnya, aku merasa dia mudah sekali bersemangat." Shiniciro nyengir. "Seperti kemarin, aku bilang padanya bahwa masakannya enak, hari ini dia mengirimiku dua kali lipat. Kudengar dari Takashi bahwa (Nama) sedang gencar belajar memasak demi bisa mengirimiku makan siang," sambungannya. Wajah pria 24 tahun itu tampak bersinar seolah bangga akan perkembangan (Nama), di sisi lain Inui hanya sweatdrop.

Sedetik kemudian ekspresi Shiniciro berubah masam. Bibirnya maju sepersekian senti dan menggerutu, "Walau begitu, aku terkadang curiga kalau Takashi sesekali membantu dia memasak. Karena rasa masakan (Nama) kadang tidak konsisten, terkadang enak, terkadang... yah... kau tau sendiri kan, Seishu?" kekeh Shiniciro. Pemuda itu kembali menyibukkan diri dengan motor di hadapannya.

Inui menyadari perubahan ekspresi pria di depannya. Sebenarnya bocah itu tak paham, ia mengira bahwa Shiniciro hanya mencoba menghargai usaha (Nama) yang katanya sangat menyukainya itu. Tapi, terkadang Inui merasa bahwa tatapan Shiniciro terlihat tulus.

Ma ii ka, Inui berakhir mengedikkan bahunya, menyingkirkan pemikiran konyol jika Shiniciro menganggap serius pernyataan cinta bocah perempuan sepantaran Inui tersebut.

Terik matahari siang ini nampaknya tak menyurutkan semangat Shiniciro. S.S Motorcycle, bangunan yang menjadi sumber mata pencaharian serta penyaluran hobi kini begitu tenang dan damai.

Inui mendengarkan dengan seksama kalimat pendiri Black Dragon tersebut. Shiniciro pernah bilang padanya jika dia tersentuh dengan perhatian spesial dari (Nama) ini, tapi entah berapa kali sosok Inui Seishu memikirkannya, hal-hal semacam ini justru membuatnya ngeri.

Bayangkan, setiap hari harus menghabiskan makanan dengan rasa yang tak bisa ditebak. Siapapun pasti akan angkat tangan, entah terbuat dari apa hati dan lambung seorang Sano Shiniciro.

"Dakara, aku mengharapkan kebahagiaannya lebih dari siapapun, Seishu," bisik Shiniciro, menyadarkan Inui bahwa mereka masih mengobrolkan tentang (Nama). Inui terdiam, membiarkan pria itu menyelesaikan kalimatnya. Walau Shiniciro tengah memunggunginya, Inui tahu bahwa kilat yang terpancar pada sepasang mata itu begitu hangat.

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now