Hanma Shuuji

790 91 10
                                    

Linimasa pertama ;

"Silakan berkunjung kembali," sahut perempuan berambut (h/c) panjang itu penuh senyuman pada pelanggan toko bunganya.

Sosok cantik tersebut kembali menyibukkan diri menyirami tanaman di tokonya lalu merangkai pesanan bunga. Tangannya dengan lihai menata berbagai macam jenis bunga, seolah memang telah terlatih untuknya.

"Sayang."

Sebuah panggilan dari belakang serta sepasang tangan yang memeluk tubuh (Nama), tak ayal membuat perempuan itu tersentak kaget dan menatap kesal pada sosok pemeluknya. "Berhenti mengagetkanku saat aku sedang fokus bekerja, Shuu-chan!"

Hanma menyembunyikan wajahnya di tengkuk sang puan, menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang bercampur wanginya bunga-bunga yang dirawat oleh (Nama). Pria tinggi itu terkekeh. "Soalnya wajahmu saat sedang fokus dan kaget sangat menarik bagiku."

"Dasar aneh," sahut (Nama) memutar matanya malas, lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa terganggu akan kehadiran Hanma yang masih tak mau melepas pelukannya. "Kapan kau datang?"

Pertanyaan (Nama) diajukannya tanpa menoleh. Hanma masih mengenakan setelan jas lengkap dengan sepatu pantofelnya, hanya dasinya sedikit kendor dan rambut berantakan.

Hanma memejamkan mata. "Baru saja. Aku masuk ke rumah, tapi tidak ada orang, jadi aku yakin kau sedang di toko."

Satu dari lima pesanan karangan bunga sudah selesai, tetapi (Nama) memutuskan untuk menghentikannya sejenak. Ia berbalik dan menatap sosok tinggi yang kini menatapnya dengan mata setengah tertutup. "Kau kelelahan," bisik perempuan itu mengusap kantung mata kehitaman di bawah mata Hanma.

Hanma menangkup tangan (Nama) dan memejamkan matanya. "Hm," balas pria itu mengerang lembut kala sang puan memberikan kecupan singkat pada dahinya.

Kedua tangan Hanma menarik bahu (Nama) dan membawanya ke pelukan. "Tadaima, (Nama). Aku sangat merindukanmu."

(Nama) balas memeluk pria itu tak kalah erat. Ia terkekeh. "Okaeri. Ahaha, padahal kau sendiri yang jarang pulang loh."

"Yah, bos-ku terkadang agak kejam dalam memberikan pekerjaan." Hanma melepas pelukannya, lalu menatap wajah orang terkasihnya itu lamat. "Bagaimana kabarmu selama ini? Apa kau tidak merindukanku, hm?"

Perempatan imajiner tercetak di dahi Hanma saat (Nama) menggeleng. "Kau ini ya," kesal sang pria ingin sekali mencubit pipi kekasihnya itu.

"Ahahah." (Nama) tertawa ketika melihat wajah kesal tak terbendung dari Hanma. Pada akhirnya ia yang mencubit kedua pipi Hanma dengan gemas. "Astaga, bayi besarku. Iya iya, aku merindukanmu."

Tawa mengisi toko bunga itu kala (Nama) kembali tertawa.

Keduanya kini duduk berhadapan di meja makan. Jam menunjukkan pukul lima sore. Setelah (Nama) menyelesaikan pesanan, mengantar, lalu menutup toko lebih cepat, ia dan Hanma makan malam di rumahnya.

"Shuu-chan." panggilan (Nama) membuat Hanma yang tengah menyantap katsu menatapnya.

Di bawah tatapan mata keemasan milik sang pria, (Nama) tersenyum kecil. Ia memangku dagunya. "Ne, Shuu-chan, kapan kau akan menikahiku?"

"Uhukk." Hanma tersedak makanan tepat disaat ia akan menelannya. Sang puan ikut kaget, lalu ia mengisi gelas Hanma dan menepuk punggung pria tersebut. "Kau bicara tiba-tiba sekali, (Nama)," ucap Hanma begitu batuknya telah reda.

(Nama) memutar matanya malas. "Yah, mau bagaimana lagi," jawabnya sambil mendengkus. "Memangnya, kau ingin bayi ini ketika lahir marganya (Surname) atau Hanma, hm?"

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now