=69= Her Shadow

2K 316 33
                                    

Langkah pelan itu membawanya ke sebuah area pemakaman. Sebuah buket bunga besar tergenggam di tangannya.

Embusan angin meniup pelan helaian perak keabuan sosok tan tersebut. "Aku datang lagi."

Ucapan pelan Izana terdengar begitu ia sampai di sebuah pusara dengan tulisan makam keluarga (Surname) di nisannya.

(Surname) (Name).

"(Nama)..," panggil Izana pelan. Pemuda itu menaruh buket bunga kesukaan (Nama) di atas pusaranya, lalu menangkupkan tangannya untuk berdo'a.

Beberapa menit berlalu dalam hening. Sepasang mata dengan iris ungu yang awalnya terpejam kini terbuka. "Dua belas tahun sudah berlalu. Sekarang Touman sudah menjadi sangat besar."

Izana memasukkan tangan ke saku celananya. "Mikey telah mati. Begitu juga semua anggota Touman terdahulu. Kini Touman bangkit menjadi kerajaan yang baru."

Senyum terukir di bibir pemuda itu. Bersamaan dengan sebuah kilau keunguan dari tangannya yang berasal dari gelang. "Dulu aku berharap bisa mempersembahkan kerajaan ini padamu dan kau berdiri sebagai ratuku." Izana terdiam sejenak dengan tatapan sendu. "Sekarang, hal itu sangat mustahil. Walaupun telah menjadi raja, keinginanku untuk kembali melihatmu barang sebentar tidak pernah terwujud."

Embusan angin kali ini agak kencang. Bebungaan yang ada di buket di altar do'a pusara (Nama) menari, seolah menjawab keinginan Izana.

Izana tersenyum kecut.

"Aku merindukanmu, (Nama)."

***

Takemichi kembali ke masa lalu. Naoto dan dirinya tertembak oleh Kisaki serta Kakucho.

Di saat-saat terakhir mereka berdua kembali bersalaman agar Takemichi bisa kembali ke masa lalu.

"Uhuk." Takemichi terbangun dari posisinya yang terlentang di atas tanah yang basah. Hujan turun dengan derasnya. Takemichi merasa wajahnya sangat sakit seolah habis dipukuli.

Air mata  Takemichi belum kering atas kematian Naoto, bahkan ketika matanya menangkap sosok tubuh yang tergeletak bersimbah darah di atas tanah. Kepala gadis yang tak sadarkan diri itu dipangku oleh Inui.

"(Nama) ...-san...?" gagap pemuda itu. Takemichi mual melihat banyaknya darah yang menggenang di tanah.

"Bangun kau, b*jingan!"

Tubuh Takemichi melemas, tetapi ia tersentak mendengar seruan itu. Kerah baju Takemichi terangkat dan ia menoleh kepada sosok yang menariknya.

"Koko-kun!" seru Takemichi.

Kokonoi mengetatkan rahangnya. "Apa yang sudah kau lakukan pada (Nama), bangsat!" sebelah tangannya terangkat dan meninju keras kepala Takemichi.

Buagh

Takemichi kembali ambruk ke tanah. "Tu-tunggu, Koko-kun..-"

Takemichi teringat bagaimana dinginnya tatapan Kokonoi dan Inui terhadap dirinya saat masih ada di restoran Taiju. Ia juga mengingat ucapan Naoto. Akhirnya Takemichi paham apa yang terjadi. "Koko-kun, aku tidak--uhukk-"

Buagh

Kembali Kokonoi memukuli Takemichi menbabi-buta. "Apa yang kau lakukan, sialan!" seru Kokonoi serak.

"Koko!" teriak Inui dari kejauhan. Ia sedari tadi mencoba menghentikan pendarahan (Nama) dengan tangannya sambil menunggu ambulans yang sudah ia panggil datang. "Koko, hentikan!"

Inui berdecak ketika Kokonoi tak mengindahkan perkataannya. Ini sangat jarang terjadi. Apalagi ketika melihat tatapan dingin pemuda berambut hitam itu. "Koko!" teriak Inui dua kali lebih keras.

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now