5

136 22 2
                                    

Renjun memasuki istana dengan senyum mengembang diwajahnya. Jaemin sudah memisahkan diri dari tadi, dia pamit padanya akan bertemu dengan abeojinya yang berada di kamp prajurit perbatasan.

"Anda terlihat sangat senang hari ini pangeran"

"Yang mulia Ratu" renjun membungkuk hormat pada Ratu, eomma jeno.

"Sebentar lagi putra mahkota akan menikah, tapi sepertinya kau tidak peduli sedikitpun. Kau lebih memilih menghabiskan waktumu hanya untuk memetik rumput liar" ucap Ratu memperhatikan bunga yang berada di genggaman renjun.

Renjun terdiam tidak menjawab ucapan kasar sang Ratu padanya. Meski Ratu terlihat sangat membencinya selama ini, tapi dia masih tetap menghormatinya sebagai Ratu.

"Eommamu hanya bisa berbaring saja sekarang, kau sebagai putranya seharus lebih bisa memahami keadaan eommamu itu. Kasih sayang yang mulia Raja sepertinya sudah membuatmu besar kepala" ucap Ratu dan berlalu pergi diikuti dayangnya.

Renjun menghembuskan nafasnya kasar, dia mencoba membuang rasa kesal yang ada di hatinya. Salahkah jika dia merasa sedih sekarang? Apa yang bisa membuat Ratu menerima keberadaannya dan sang eomma? Semua yang renjun dan eommanya lakukan selalu saja salah di mata sang Ratu. Kebencian Ratu sepertinya tidak akan pernah hilang.

Langit sudah semakin gelap saja, renjun bergegas menuju kediaman sang eomma untuk memberikan bunga yang siang tadi dia petik. Tidak, lebih tepatnya jisu yang memetiknya. Dia berjalan sambil mencoba mengukir senyum di wajahnya, tidak mungkin dia menemui sang eomma dengan wajah kesalnya.

"Pangeran renjun tiba" pintu kamar terbuka menampakan wanita paruh baya yang terduduk dengan wajahnya yang pucat.

"Pangeran, kau datang" ucap wanita itu tersenyum, "apa yang kau bawa?"

"Eomma, renjun bawakan bunga untuk eomma" renjun duduk dihadapan eommanya dan memberikan bunga yang dia bawa.

"Cantik sekali, kau memetiknya sendiri?" tanya eomma.

"Aku memetiknya bersama temanku tadi, karena musim semi telah tiba banyak sekali bunga yang bermekaran sekarang. Renjun akan tunjukan pada eomma nanti" ucap renjun terlihat sangat bersemangat.

"Eomma tidak pernah dengar jika jaemin tahu berbagai jenis bunga, tapi eomma sangat suka ini" eommanya mencium wangi aroma bunga yang di genggamnya, senyumnya terukir jelas.

"Jaemin memang tidak tahu tentang bunga, aku memetiknya bersama jisu tadi" renjun menutup mulutnya seperti sudah mengatakan sesuatu yang salah.

Eommanya tersenyum semakin lebar dan meletakkan bunganya di vas kecil dekat jendela.

"Eomma tidak tahu jika jisu, temanmu sangat pintar memilih bunga" eommanya kembali duduk. "Sini, tidurlah"

Dengan senang hati renjun meletakan kepalanya di pangkuan sang eomma, "tidak terasa waktu berlalu sangat cepat. Pangeran kecil eomma sekarang sudah tumbuh besar. Dulu kau selalu tidur di pangkuan eomma seperti ini" sang eomma mengusap kepala renjun sayang, mencoba mengingat kenangannya bersama pangeran kecilnya dulu. Renjun mulai memejamkan mata tapi enggan tertidur. Perlakuan eommanya yang penuh dengan kasih sayang membuatnya merasa nyaman dan melupakan kekesalan di hatinya.

"Adikmu sebentar lagi menikah" renjun membuka matanya menatap sang eomma.

"Iya eomma, tadi yang mulia Ratu memintaku untuk membantu persiapan pernikahannya" jawab renjun tersenyum, dia tidak ingin eommanya mengetahui bagaimana kasarnya Ratu berbicara padanya tadi.

"Bantulah adikmu, eomma tidak bisa membantu banyak hal karena keadaan eomma yang seperti ini. Besok putri yeji akan datang ke istana, keadaan di istana akan sangat sibuk mulai besok" ucapan sang eomma sama saja perintah untuknya, renjun tidak akan bisa menolak.

WHO ARE YOU? [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt