10

103 18 1
                                    

Matahari mulai naik dari persembunyiannya, tapi embun sisa semalam belum juga mengering. Beberapa warga berkumpul sepanjang jalan menyaksikan beberapa prajurit kerajaan yang berjalan mengarak pria paruh baya yang terlihat pasrah.

"Ada apa ini?"

"Apa tuan choi melakukan kejahatan?"

"Tidak, bagaimana prajurit kerajaan memperlakukan tuan choi seperti penjahat seperti ini"

"Putrinya pasti sangat sedih"

"Sayangnya sang putri tidak terlihat sejak tadi, entah ada dimana dia sekarang"

Sayup-sayup bisikan setiap orang yang berdiri di disi jalan masuk ke telinga tuan choi. Matanya terpejam, berharap semuanya berjalan sesuai rencana.

Sepanjang jalan menuju istana tuan choi terdiam, bahkan dia langsung bersedia dibawa ke istana saat prajurit kerajaan datang menjemputnya. Tidak seperti biasanya, kini dia berjalan bagai tawanan kerajaan.

"Ayo cepat" teriak prajurit yang berdiri di sampingnya menarik lengan tuan choi.

Langkah mereka membawanya sampai di istana jinhan. Sang Raja kini sudah duduk di singgasananya didampingi sang Ratu di sampingnya, Raja menatap kedatangan beberapa prajuritnya yang dia tugaskan membawa tuan choi dari kediaman pria paruh baya itu.

"Hormat saya pada yang mulia Raja dan yang mulia Ratu" tuan choi tetap bersikap hormat pada penguasa jinhan itu.

Hening. Tidak ada yang berani bersuara melihat tatapan tajam Raja yang bisa membunuh siapapun itu.

"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, anda sendiri tahu itu mentri choi. Aku bilang untuk menjaga putrimu dengan baik" ucap Raja menaikkan suaranya, memecah keheningan yang sejak tadi tercipta.

Tuan choi tertunduk, dia sudah tahu jika Raja akan murka dengan kepergian putrinya.

"Maafkan kelalaian saya, karena saya tidak bisa menjalankan perintah yang mulia dengan baik" ucap tuan choi lemah.

"Kau pasti masih ingat apa yang pernah aku katakan padamu bukan, mentri choi?" Raja meradang, tangannya terkepal menahan amarahnya.

"Saya mohon ampun yang mulia" tuan choi bersimpuh di hadapan yang mulia Raja berharap dia tidak melakukan apa yang pernah dia ucapkan padanya.

"Penghianatan terhadap Raja sudah seharusnya mendapat hukuman yang berat. Hukuman penggal akan dilakukan hari ini juga di lapangan kerajaan dengan di saksikan seluruh warga. Biarkan ini jadi pelajaran untuk mereka agar tidak pernah melanggar perintah Raja" putus Raja dengan muka marahnya.

"Yang mulia, ini sangat berlebihan" sahut Ratu yang sejak tadi terdiam menyimak suaminya itu, dia merasa iba pada pria paruh baya yang kini bersimpuh ditengah tatapan banyak pasang mata.

"Diam!!" teriak Raja. "Jika kau tidak ingin mendapat hukuman yang sama maka diamlah ratu" ucap Raja menatap Ratu dengan tajam.

Raja meninggalkan ruang pertemuan meninggalkan isak tangis tuan choi.

"Maafkan saya, karena tidak bisa membantu anda mentri choi" Ratu berlalu dengan perasaan sedihnya. Dia tidak menyangka keputusan Raja akan berakhir dengan membunuh tuan choi. Bagaimana bisa Raja juga mengetahui keterlibatannya atas menghilangnya jisu?

Malam sebelumnya..

"Pergilah, ryujin dampingi putriku. Aku percaya padamu. Pangeran apapun yang terjadi pergilah dan jangan kembali, semoga perjalanan kalian terhindar dari bahaya" ucap tuan choi melepas kepergian putrinya.

Lia memeluk erat pria paruh baya itu, "abeoji" lia terisak karena harus meninggalkan pria itu sendiri. Abeoji yang selama ini menjaganya, satu-satunya keluarga yang jisu miliki. Dia bahkan bersedia membantu mereka keluar agar tidak ada penjaga yang curiga.

WHO ARE YOU? [END]Where stories live. Discover now