13

100 16 6
                                    

Pagi kembali menyapa. Banyak hal yang telah berubah hanya dalam sehari. Lia tersenyum kecut mengingat keadaannya sekarang. Dia melihat renjun dan jaemin berjalan kearahnya yang duduk di depan gua sembari menghangatkan tubuh, ryujin sendiri belum kembali setelah pamit pergi ke sungai di dekat gua yang mereka tempati sekarang.

Lia sedikit demi sedikit sudah mulai menerima keadaannya sekarang yang terjebak di sebuah kerajaan yang dia sendiri tidak tau. Dia berusaha memposisikan dirinya sebagai jisu, gadis yang kini hidup sebatang kara setelah kehilangan abeojinya kemarin. Sebagai seorang anak dengan keluarga yang lengkap, lia tidak tahu bagaimana jika orang tua yang kita sayangi pergi, tapi rasanya pasti sangat menyakitkan bukan. Lia jadi merasa bersukur karena appa dan eommanya masih hidup meski mereka tidak berada di sisi lia sekarang.

Kedua pria itu kini berdiri di hadapan lia. "Dimana ryujin?" tanya renjun pada lia setelah melihat wanita itu duduk sendiri.

"Dia pergi ke sungai untuk membersihkan badannya. Sudah cukup lama dia pergi tapi sampai sekarang belum juga kembali" jawab lia.

"Biar saya yang pergi menjemputnya pangeran" ucap jaemin yang diangguki renjun.

Setelah jaemin pergi, renjun memutuskan bergabung dengan lia, duduk di samping wanita itu. "Kita akan pergi dari tempat ini, jika terlalu lama disini aku takut prajurit istana akan menemukan kita" ucap renjun memandangi pepohonan yang tumbuh berjejer di depan mereka. "Ada rumah kecil di tengah hutan yang biasa aku dan jaemin tempati saat pergi berburu. Semoga saja prajurit istana tidak bisa menemukan kita disana" lanjut renjun.

Lia menatap wajah pria itu dari samping. Wajahnya yang tegas menggambarkan jika dia tidak merasa takut akan apapun, tapi jika kau masuk melihat kedalam tatapan matanya, ada kesedihan yang terlihat sangat jelas yang coba pria itu sembunyikan jauh di dalam dirinya.

Tangan lia terulur menyentuh bahu renjun membuat pria itu menoleh padanya. Lia tersenyum, "saya akan ikut kemanapun pangeran pergi, bukankan anda berjanji akan selalu menjaga saya?" ucap lia pada renjun.

Renjun tersenyum mendengar ucapan wanita di depannya, tangannya terulur mengusap lembut tangan wanita yang masih setia berada di bahunya. "Itu pasti, kita berdua akan tetap bersama"

Lia menyandarkan kepalanya pada bahu renjun, hanya hening yang tercipta setelah itu. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Meski kata-kata yang terucap terdengar sangat membahagiakan, 'berjanji untuk tetap bersama'. Tapi keduanya yakin jika itu tidak akan terjadi begitu saja dengan mudah. Entah rintangan apa yang akan mereka hadapi kedepannya, yang mereka tahu keduanya akan selalu ada untuk satu sama lain.

🎎

Gemericik air sungai mengalir melewati sela bebatuan, suaranya terdengar seakan bisa mengahanyutkan apapun yang memasuki air tersebut.

Wanita yang duduk di pinggir sungai itu setia memandangi air itu, seakan-akan ada sebuah benda yang hanyut dan dia harus bisa menemukan benda itu sekarang.

Langkah kaki terdengar dari belakang wanita itu, namun semua suara seperti tidak terdengar bagi wanita itu. Dia masih terdiam tidak menyadari kedatangan pria yang kini berdiri tepat disampingnya.

"Ryujin" ucap jaemin--orang yang baru tiba di sungai itu, tidak ada sahutan dari orang yang di panggil namanya tadi.

Jaemin duduk di samping ryujin membuat wanita itu tersentak, sepertinya dia melamun.

"Tuan anda mengagetkan saja" ucap ryujin mengusap pipinya yang basah, dia menangis? "Kenapa anda kemari tuan? Apa anda ingin mandi juga? Saya akan kembali ke gua kalau begitu" ucap ryujin cepat sambil mencoba berdiri.

Tangan jaemin menahan wanita itu, "duduklah" ucap jaemin tersenyum tipis, sangat tipis sampai hampir tidak terlihat.

Ryujin menuruti perkataan pria itu, dia tertunduk dan melihat tangannya yang terpaut dengan tangan pria itu, Jaemin sadar dengan perbuatannya yang membuat wanita itu merasa kurang nyaman dan segera melepaskan tangannya.

Suara aliran air sungai kembali terdengar, seperti alunan musik yang mengiringi keheningan keduanya, tidak ada dari keduanya yang membuka percakapan. Seakan keduanya telah hanyut kedalam sungai yang deras di depan mereka.

"Manusia di cap baik oleh orang yang dibantunya. Dia juga di cap jahat oleh orang yang disakitinya. Sebenarnya kita punya dua label itu" ucap jaemin yang kini tersenyum lebar.

"Tuan choi di cap sebagai penghianat oleh Raja, tapi dia sangat baik dan tulus karena berkorban untuk kebahagian putrinya" lanjut jaemin.

"Saya masih belum percaya jika tuan choi sudah tiada" ryujin menunduk menutupi wajahnya, mencoba menyembunyikan tangisnya yang sebentar lagi pecah. "Sampai sekarang saya tidak mengenal siapa orang tua saya, sejak kecil saya tinggal di kediaman tuan choi sebagai pelayan. Meski seorang pelayan, tuan choi berbaik hati membiarkan saya tetap bermain dengan nona jisu karena usia kami yang tidak jauh berbeda, sampai sekarang saya tidak mengerti mengapa tuan choi begitu baik pada saya hingga mempercayai saya untuk menjaga putrinya. Sebagai ungkapan rasa terimakasih, saya melakukan semua perintahnya dengan tulus"

"Saya merasakan kasih sayang dari keluarga itu, nona jisu juga mengganggap saya seperti saudarinya, yang mana membuat saya tidak pantas berada dalam keluarga itu. Kami saling menjaga satu sama lain dan membagi setiap kebahagiaan. Tapi setelah nyonya choi meninggal, nona terlihat begitu terpuruk. Dan kemarin saya melihat kesedihan itu muncul lagi di wajah nona jisu" ucap ryujin tidak bisa menahan tangisnya.

Tubuh jaemin mendekat merengkuh wanita itu, melihatnya menangis seperti ini membuat hatinya ikut merasa sakit. Ryujin tanpa sadar memeluk pria itu erat, tangisnya yang coba ditahannya seketika pecah didalam dekapan pria itu.

🎎

Keadaan kerajaan sangat tenang, semuanya seperti orang yang bisu setelah melihat hukuman yang di berikan Raja dihadapan semua warga jinhan. Semua terasa begitu tenang. Tenang yang tercipta sebelum badai besar menerpa dan memporak-porandakan semuanya.

"Kau belum menemukan keberadaan mereka!!" ucap jeno dengan nada tingginya setelah mendengar kabar dari prajuritnya jika mereka masih belum menemukan renjun dan jisu.

Yeji yang duduk disampingnya sampai merasa kaget dengan ucapan pria ity yang terdengar penuh dengan amarah. Semoga saja jeno tidak berhasil menemukan mereka, mungkin mereka sudah menaiki kapal seperti yang di rencanakan kan? Berbeda dengan jeno, yeji tersenyum mendengar kabar yang di bawa prajurit istana.

"Belum yang mulia" ucap salah satu prajurit yang sedang menghadap Raja.

"Cari sampai kalian menemukannya. Jaga seluruh perbatasan, jangan sampai mereka keluar dari kerajaan jinhan. Telusuri semua hutan di wilayah jinhan, siapa yang tahu jika mereka bersembunyi di sana" ucap jeno sambil melirik yeji. Tatapannya tidak berubah, sangat tajam sampai rasanya bisa mengoyak apapun yang di tatap.

"Baik yang mulia" prajurit itu pergi melaksanakan perintah raja.

"Jangan merasa puas terlebih dahulu, aku yakin bisa membawa mereka kembali kesini. Setelah itu, lihat apa yang akan aku lakukan padamu" ucap jeno lirih pada yeji ysng masih Setia duduk disampingnya.

Yeji hanya tertunduk, bagaimana bisa jeno mengancamnya seperti ini? Ucapan pria itu sangat menakutkan dan tidak terdengar msin-main, entah apa yang akan jeno lakukan padanya nanti setelah mengetahui keterlibatannya atas kepergian renjun dan jisu dengan mengirim beberapa orang kepercayaannya untuk melancarkan rencana renjun.

🎎

Jangan lupa besok hari senin 😄😄

Semangat!!

🌵🌵🌵

WHO ARE YOU? [END]Where stories live. Discover now