23

77 18 0
                                    

Desah nafas nan hangat
Senyuman yang mempesona
Aku merasakanmu saat menutup mataku.

Percayalah.

~*~


Tempat yang biasanya cerah dengan sinar matahari yang terik kini seakan hilang. Awan hitam yang menggantung dilangit serta suara guntur yang sesekali terdengar menambah suasana mencekam yang terjadi di tempat itu.

Diantara banyaknya orang di tempat itu terlihat wanita yang kini berdiri dengan badan gemetar, dia tahu dimana tempat ini. Lia masih ingat betul apa yang dia alami saat berada di tempat ini. Deru nafas lia semakin memburu menyaksikan apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Jeno baru saja mengangkat busur panah di tangannya dan mengarahkan anak panahnya. Lia harus melakukan sesuatu.

"Yang mulia!!" lia teriak semakin kencang dihadapan jeno. Dia berdiri tepat di depan pria itu sambil menangkupkan kedua tangannya berharap jeno meletakkan lagi busur panah yang berada di tangannya.

Di tengah lapangan ada sepasang manusia yang saling bertatap menunggu eksekusi. Sang wanita tentu saja tidak ingin sang pria berkorban untuknya, dia sudah menangis menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Yang mulia, tenangkan diri anda. Semua ini tidak benar" ucap yeji ikut berteriak dan terlihat panik memegangi lengan jeno dari samping.

"Yang mulia, tolong dengarkan saya. Jangan lakukan ini, tolong letakkan kembali busur panahnya" lia melambaikan kedua tangannya di hadapan jeno, mencoba menarik perhatian pria itu. "Apa mereka tidak bisa melihatku sekarang?" gumam lia.

Jeno masih bergeming, air matanya turun. Lia menatap mata pria itu dalam, merasa putus asa atas apa yang dia lakukan sekarang. Tangan jeno semakin bergetar memegang busur panah itu. "Yang mulia" ucap yeji membujuk pria itu lagi.

Sraaaak...

Tali busur panah itu mengendur melepaskan anak panahnya. Lia memejamkan matanya merasakan anak panah yang melewati tubuhnya begitu saja. Air matanya mengalir karena tidak bisa menghentikan kejadian buruk yang terjadi di hadapannya.

"Yang mulia!!" teriak yeji. Badan jeno tersungkur setelah melepaskan anak panah dari tangannya. Kedua kaki lia juga terasa sepeti tidak memiliki tenaga lagi untuk memijak, badannya luruh ikut terisak di depan jeno. Pria itu benar-benar tidak bisa melihatnya. Dia sudah gagal mencegah jeno.

"Aaaaarrrgh... " teriak jeno menangis. Lia melihat pria yang kini terlihat putus asa di dalam dekapan yeji yang ikut menangis.

"Jisu-yaaa!!" teriak renjun memeluk jisu. Teriakan renjun membuat lia tersadar, dia segera mengusap air matanya dan bangkit mendekati pasangan itu. Rasa bersalah tentu saja dia rasakan sekarang.

"Jisu-ya apa yang kau lakukan" tangan renjun menahan tubuh wanita yang terluka itu agar tidak terjatuh. Jisu memeluk renjun saat anak panah itu melesat dan mengengenai punggungnya. Lia semakin terisak melihat apa yang ada dihadapannya. Jisu terluka seperti yang pernah dirinya alami.

"Pangeran" tangan jisu terulur menyentuh wajah pria yang kini menangis dan menahan tubuhnya. Andai lia bisa mencegah semuanya, jisu tidak akan terluka seperti ini.

"Uhhuk uhukk.. Sa-ya sa-ngat senang bi-sa mengenal anda" ucap jisu tersegal. Punggung jisu pasti terasa sangat sakit, andai lia bisa membantu wanita itu.

"Bertahanlah" ucap renjun lirih. "Ayo kita pergi ke tabib" lanjut renjun. Lia mengangguki ucapan pria itu meski tidak ada yang menyadari kehadirannya di tempat ini.

WHO ARE YOU? [END]Where stories live. Discover now