9

110 21 1
                                    

Kamar yang beberapa hari terakhir ini lia tempati kini sudah terasa begitu nyaman. Banyak sekali pertanyaan yang berputar dalam kepalanya sekarang, terlebih setelah hari ini dia bertemu dengan Raja di istana jinhan.

Kejam. Satu kata yang tertanam di benak lia saat ini untuk menggambarkan sikap Raja tadi siang. Dia tidak habis pikir, bagaimana sikap Raja yang tidak segan-segan melakukan segala cara agar tujuannya berhasil. Hanya untuk melihat kakaknya sendiri menderita?

Lia menghembuskan nafas beratnya, dia memijat pelan kepalanya yang sejak tadi terasa semakin berat. Lia meletakan kuas yang sedari tadi digunakannya untuk menulis. Entah apa yang sekarang lia tulis, setidaknya dia harus meninggalkan sesuatu bila sewaktu-waktu lia terbangun dan kembali ke tubuhnya. Meski terdengar mustahil, lia masih berharap itu bisa terjadi. Hidup di kerajaan seperti ini membuatnya merasa takut.

Lilin yang sejak tadi meneranginya mulai memendek, tapi sesuatu yang ditunggu wanita itu belum juga muncul. Lia membereskan beberapa lembar kertas yang berserakan di atas meja. Kamar jisu terlihat sangat rapi, lia jadi merasa jika jisu seperti sosok dirinya yang hidup di tempat berbeda.

Tok..Tok..Tok..

Suara ketukan lirih terdengar dari arah jendela menghentikan aktivitas lia yang sedang bergelut dengan beberapa lembar kertas. Lia mendekat kearah jendela dan membukanya perlahan.

Bruk..

"Pangeran, apa tidak ada yang melihat anda kemari? Saya bisa keluar untuk menemui anda, kenapa anda membayakan diri datang kemari dengan diam-diam seperti ini?" ucap lia pada pria yang baru masuk menyelinap.

"Tidak perlu khawatir" renjun tersenyum. "Kau baik-baik saja? Apa yang kali ini Raja lakukan padamu?" renjun memegang bahu lia memeriksa keadaan wanita itu, raut wajahnya kini terlihat khawatir.

"Saya baik-baik saja pangeran. Seharusnya kita menghawatirkan anda yang menyelinap masuk ke rumah seperti ini, jika ada penjaga yang melihat anda masuk kemari bagaimana?" jawab lia.

"Kau mengkhawatirkanku sekarang? Jangan salahkan aku karena terakhir kali kau bertemu dengan Raja aku hampir saja kehilanganmu" tangan renjun terulur menangkup pipi lia.

Lia mengerti, rasa khawatir renjun sekarang sangat beralasan. Tapi keadaan mereka sekarang, kenapa lia merasa senang karena renjun mengkhawatirkannya? "Ingat lia, renjun sekarang sedang menghawatirkan keadaan jisu, bukan kau" batin lia

"Saya sudah berjanji tidak akan melakukan hal yang berbahaya lagi, anda bisa memegang ucapan saya pangeran" ucap lia meyakinkan pria itu.

Renjun meraih tubuh lia ke dalam pelukannya. Mereka terdiam, keduanya memilih sibuk dengan pikiran dan perasaan masing-masing.

"Aku rasa aku tidak pernah mengatakan ini padamu sebelumnya, tapi kau harus tau jika aku sangat mencintaimu. Aku mencintaimu" ucap renjun masih memeluk lia.

Lia membeku, bukan pertama kali wanita itu mendengar kata-kata yang renjun katakan tadi, tapi kenapa dia saat ini merasa senang saat renjun mengatakan itu dan memeluknya? Kenapa dadanya berdebar seperti ini? Apa lia boleh merasa seperti ini pada renjun?

Tangan lia membalas pelukan renjun, ditepuknya punggung pria itu pelan. "Saya juga mencintai anda pangeran" Iya. Jisu pasti akan menjawabnya seperti itukan? Lia tidak melakukan sesuatu yang salah disini bukan? Lia adalah jisu, jisu adalah lia sekarang.

"Aku tau, kau menerima dwikkoji pemberianku. Kau milikku, tidak ada yang bisa memilikimu meski itu Raja sekalipun. Aku akan membawamu pergi dari sini, kita akan pergi bersama agar adikku tidak bisa menikah denganmu" ucap renjun melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap wanita di hadapannya itu.

WHO ARE YOU? [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz