27

97 14 0
                                    

Sekali lagi aku ingin berada dalam dekapan pelukan hangatmu itu.
Aku mulai mencarimu.


~*~


Dinginnya malam terasa menusuk kulit, baju tebal dan penghangat ruangan yang menyala seakan tidak dapat menghalau udara dingin malam itu.

Layar monitor yang sejak tadi menyala menjadi pusat perhatian lia, di depannya ada banyak terdapat email laporan tentang pasien yang ditanganinya. Wanita itu berusaha fokus menyelesaikan pekerjaannya sekarang meski isi pikirannya depenuhi oleh satu orang. Renjun.

Lia menghembuskan nafasnya setelah mengecek laporan terakhirnya dan mengirimkan beberapa email kepada dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit. Terkadang beberapa pasiennya juga harus ditangani oleh dokter spesialis juga setelah lia melakukan operasi pada pasien tersebut.

Lia menghela nafas panjangnya dan menyandarkan punggung di kepala ranjang tempat tidurnya, pandangannya kosong menatap langit-langit kamarnya sibuk memikirkan sesuatu yang bergelut dikepalanya sejak tadi. Setelah kepulangannya dari rumah renjun, lia lebih banyak memilih diam, bahkan dia langsung memasuki kamarnya tanpa menyapa eomma dan appanya seperti biasa.

Suara ketukan pintu kamarnya membuat lia tersadar dari lamunannya. Irene yang muncul dari balik pintu itu tersenyum.

"Kau belum tidur sayang?" tanya Irene menghampiri putri semata wayangnya.

"Belum eomma" jawab lia singkat.

"Eomma belum melihatmu makan malam, apa kau sudah makan malam?" tanya Irene yang kini duduk di sisi ranjang berhadapan dengan lia.

Lia mengangguk menampilkan senyum tipisnya, "aku sudah makan malam di rumah bibi wendy tadi"

"Kau jadi pergi kerumah renjun rupanya" bukan pertanyaan, Irene sendiri tahu putrinya baru saja pergi ke rumah renjun karena lia sendiri yang meminta alamat rumah pria itu darinya. "Kau sudah bertemu dengannya?"

Lia menggeleng malas, "dia tidak ada dirumahnya, bibi wendy bilang jika renjun akhir-akhir ini mempunyai jadwal penerbangan yang padat dan jarang pulang ke rumah"

Irene tersenyum menatap putrinya yang memasang wajah kecewa. Tangan wanita itu terulur menggenggam tangan lia. "Apa kau menyukai renjun?"

Pertanyaan itu selalu muncul dalam pikiran lia sejak renjun menanyakan hal yang sama saat terakhir kali mereka bertemu, apa dia benar-benar mencintai renjun? Dia sendiri tidak yakin akan jawabannya. Tapi saat lia tidak bisa melihat pria itu seperti sekarang, dia merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Mimpinya tentang pangeran renjun yang biasa hadir setiap malam juga hilang sejak dia menceritakan rahasianya pada renjun, membuat lia benar-benar merasa kehilangan. Pangeran renjun atau renjun yang sebenarnya dia cari?

"Lia tidak tahu, tapi lia ingin sekali menemui renjun. Ada hal yang harus lia jelaskan padanya" ucap lia lirih.

Irene memeluk putrinya itu, mengusap punggung lia sesekali mencoba memberi semangat padanya. "Ikuti kata hatimu sayang, jangan mencoba melawannya. Temui dia dan katakan apa yang ingin kau katakan padanya. Hatimu akan merasa tenang setelah itu" ucap Irene.

"Terima kasih eomma" lia mengeratkan pelukannya dan menyandarkan kepalanya di bahu wanita itu. Sekarang lia malah merindukan pelukan renjun yang biasa pria itu berikan padanya.

Sejauh mata memandang hanya cahaya putih yang ada di sekitar renjun dan lia berada, tangan keduanya terpaut saling melempar tatapan penuh tanya.

Suara angin dan aliran angin terdengar oleh keduanya membuat tatapan mereka kembali menyapu menatap tempat mereka berada.

Kosong. Tidak ada siapapun di tempat ini selain mereka berdua.

WHO ARE YOU? [END]Where stories live. Discover now