25

87 14 0
                                    

Ada begitu banyak hal yang tak bisa aku lihat.
Engkau yang berada di malam paling gelap.

~*~


Rasa kehilangan tidak pernah terasa sesakit ini sebelumnya. Semua alasan untuk bertahan selama ini seakan hilang dalam sekejap mata. Seorang pria dengan tangis yang menyedihkan kini terlihat terpuruk di samping gundukan tanah yang bahkan belum mengering karena diguyur hujan. Badannya kini bergetar memperlihatkan kelemahannya.

"Jisu-ya"

Hanya kata itu yang sedari tadi terlontar di tengah tangisnya. Rasa penyesalan tentu pria itu rasakan saat ini, melihat wanitanya yang kini berada di dalam gundukan tanah itu.

"Apa yang harus aku lakukan tanpamu?" gumam pria itu.

Sraaak..

Pedangnya terulur keluar dari sarung pedang miliknya. "Aku tidak bisa bertahan lagi, jisu-ya" tangisnya semakin kencang mengingat semua yang telah terjadi pada wanitanya.

Diarahkannya pedang itu di depan dadanya, "jika kita tidak bisa hidup bersama dalam kehidupan saat ini, aku bersumpah jika kita akan bersatu di kehidupan kita selanjutnya. Tidak akan ada sesuatu yang bisa memisahkan kita lagi seperti sekarang" sebuah senyum tipis terukir di wajah pria itu.

"Jisu-ya. Aku akan mempercepat semuanya, kita akan segera bertemu. Aku tidak akan pernah membiarkan kau sendirian" ucap pria itu memejamkan matanya.

Dalam gelap muncul wajah wanitanya yang tersenyum membuat pria itu juga tersenyum. "Jisu-ya, aku mencintaimu"

Sraaak...

"Hah.... "

Renjun terjaga dari mimpi buruknya. Nafasnya memburu menyaksikan seorang pria yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri di dalam mimpi. Tapi pria itu adalah dirinya sendiri? Atau itu pangeran yang lia bilang sangat mirip dengannya? Apa maksud dari mimpi tadi sebenarnya?

"Jisu?" gumam renjun saat dia kembali teringat sebuah nama yang pria itu ucapkan.

"Apa karena lia menceritakan tentang rahasianya padaku sehingga itu semua terbawa ke dalam mimpi?" renjun mencoba menenangkan dirinya yang tidak bisa kembali tertidur.

Pukul dua malam. Renjun kembali teringat pada lia karena mimpi yang baru saja dia alami. "Tapi lia tidak menceritakan tentang pangeran yang bunuh diri padaku, lantas kenapa tiba-tiba aku bisa bermimpi saat pangeran menghabisi nyawanya sendiri?" gumam renjun.

Sungguh, renjun sebenarnya tidak ingin pusing memikirkan pria itu sekarang, renjun hanya merasa tidak adil saat lia berada bersamanya tapi perasaannya masih tertuju pada pangeran itu.

Renjun melangkahkan kakinya menuju balkon di kamarnya. Dia buka pintu kaca yang menjadi pembatas, merasakan usapan angin malam  menyapu wajahnya.

"Saat perasaanku mulai muncul terhadapmu, tapi kini malah hatiku terasa sakit mendengar jika tanpa sadar kau menganggapku hanya sebagai pelampiasanmu" renjun memegangi dadanya yang terasa sesak.

Suasana malam hari kota Seoul terasa lebih sepi dari biasanya. Meski beberapa suara kendaraan terdengar memecah kesunyian. Tapi bagi renjun, dia merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya sejak pertemuan terakhirnya dengan lia.

Ponselnya berbunyi saat renjun tengah larut dalam pikirannya memandang langit malam yang dihiasi dintang. Entah siapa orang yang menghubunginya larut malam begini, renjun tidak berniat untuk menjawabnya.

WHO ARE YOU? [END]Where stories live. Discover now