26

77 14 0
                                    

Meski aku belum bisa menemukanmu untuk beberapa waktu,
Meski kita saling berselingan jalan, aku berdiri termangu di tempat ini.
Lalu aku kembali mengambil arahku sambil memanggil namamu.


~*~


Hembusan angin membelai wajah pria yang kini termenung menatap wanita yang sedang berdiri memunggunginya. Seekor kuda yang menemani disampingnya tampak tenang memakan rumput hijau yang tumbuh didekatnya.

Sang pria masih memandang lekat kearah wanita yang memunggunginya, melilih tak bergeming dari tempatnya. "Sosok yang aku dirindukan sudah datang" batin pria itu.

Bagai adegan film yang di perlambat wanita itu membalikan badannya, angin yang sejak tadi berhembus menerpa rambut wanita itu membuatnya beterbangan.

Senyum mengembang muncul dari wajah pria itu melihat wanitanya mendekat.

"Lia"

Wanita itu kini sudah berdiri dihadapan sang pria menampilkan senyum yang dirindukan pria itu akhir-akhir ini.

Pria itu sadar, jika ini hanya mimpinya. Tapi rasa bahagia yang muncul dihatinya mampu mengobati rasa rindunya pada wanita itu.

"Renjun" wanita itu menoleh pada satu sudut hamparan bunga yang membentang di hadapannya. "Lia disana!!" ucap wanita itu mengarahkan tangannya menunjuk jauh hamparan bunga.

Renjun mengikuti arah tempat yang ditunjukan lia. Pria itu termenung sesaat, apa maksudnya jika lia disana?  Lalu siapa wanita yang berdiri dihadapannya sekarang?

Dari arah itu muncul sepasang pria dan wanita yang sangat renjun kenali. Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali memastikan jika penglihatannya kini tidak salah. Tatapannya berganti pada wanita didepannya yang sudah tersenyum menatapnya.

Renjun tidak tahu apa yang terjadi. Sepasang pria dan wanita itu semakin mendekat, wajah sang wanita yang baru saja tiba tak kalah terkejut sepertinya.

"Lia"

"Renjun"

Wajah keduanya semakin bingung melihat dua orang yang tadi berdiri bersama mereka kini sudah menghilang tiba-tiba entah kemana.

Di dalam taksi yang mengantarnya kini lia merasa gelisah, keputusannya untuk datang ke kediaman renjun membawanya berakhir ke tempat ini.

"Apa nyonya ingin saya menunggu anda?" tanya sang sopir taksi.

"Tidak. Terima kasih" mau tidak mau lia turun dari taksi itu dan melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah yang tampak sepi dari luar.

Lia mendapatkan alamat rumah ini dari eommanya, dia harus datang kemari untuk memastikan sesuatu. Sebuah kotak berisi kue yang sengaja dibelinya dari salah satu toko terkenal berpindah ke tangan kirinya. Dia menghembuskan nafas dalam, mencoba menghilangkan perasaan gugupnya sebelum mengetuk pintu rumah itu.

Tok... Tok.. Tok..

Cukup lama lia menunggu sampai pintu itu akhirnya terbuka. Lia menampilkan senyum diwajahnya saat seorang wanita muda membuka pintu.

"Selamat malam eonnie" ucap lia.

"Lia. Ya ampun masuklah" ucap sejeong dengan wajah terkejutnya, wanita itu memeluk Lia sesaat sebelum akhirnya merangkul bahu lia untuk masuk kedalam rumah. "Kau datang sendiri malam-malam begini?" lia mengangguk sebagai jawaban.

"Siapa yang datang sayang?" itu suara wendy. "Lia?" wanita itu memeluk lia dengan erat, terlihat sangat senang dengan kehadiran lia saat ini.

"Bibi tidak menyangka kau datang kemari, bibi merasa sangat senang sekarang. Kau sudah makan? Kita semua sedang makan malam bersama, bibi senang kau bisa bergabung bersama kami. Ayo" ucap wendy menggiring lia menuju meja makan.

"Bibi, ini Lia bawakan kue untuk semuanya" lia baru ingat dengan kue yang sengaja dibelinya saat pulang dari rumah sakit tadi.

"Terima kasih sayang, duduklah. Appa renjun sedang di luar kota mengurus kasus yang ditanganinya, renjun juga sepertinya sangat sibuk akhir-akhir ini sehingga jarang pulang" wendy melangkah menyiapkan piring untuknya.

"Apa kabar lia, kita bertemu lagi" ucap doyoung yang duduk dihadapannya, lia menmbungkuk tersenyum ramah pada lelaki itu.

"Dohyun ayo beri salam pada lia imo" ucap sejeong yang bergabung duduk di samping pria kecil itu.

"Selamat malam lia imo" ucap dohyun.

"Hallo dohyunie. Wah dohyun suka makan sayur juga, Bagus sekali" ucap lis dibalas senyuman lebar pria kecil itu. Lia baru sadar jika pria kecil ini sangat lucu. Pertemuan pertamanya dengan keluarga renjun memang membuatnya sangat terkejut sehingga lia tidak terlalu memperhatikan hal lain selain keberadaan renjun.

Lia mencuri pandangnya melihat seisi rumah itu, memang tidak ada tanda-tanda keberadaan renjun disini. Pria itu benar-benar tidak menampakkan wajahnya meski sekarang lia sudah berada di rumah pria itu.

"Makanlah sayang, eommamu tidak bilang jika kau akan datang. Jika tahu, bibi akan buatkan makanan yang banyak untukmu" wendy duduk disamping lia.

"Terima kasih bibi, makanan ini juga sudah banyak. Maaf karena lia tidak mengatakan terlebih dahulu pada bibi sebelum datang kemari" ucap lia yang kini menatap piring berisi berbagai macam lauk yang dihidangkan wendy.

"Kau bisa datang kapanpun sayang, bibi senang karena rumah akan semakin ramai"

Makan malam berlalu diiringi suara candaan dan ocehan khas dohyun. Membuat suasana makan malam di rumah itu semakin meriah. Lia juga tak lagi merasa canggung berbincang dengan dua wanita yang tinggal di rumah itu. Meski sesekali dia akan menatap pintu masuk rumah itu, berharap renjun muncul dari sana.

Waktu tanpa terasa semakin cepat berlalu, sampai sekarang yang ditunggunya tidak juga muncul. Lia rasa dia tidak akan bisa bertemu renjun hari ini. Meski dia bisa saja menanyakan keberadaan pria itu pada wendy kapan pria itu pulang, tapi masih ada rasa sungkan untuk membawa orang lain dalam masalahnya dengan renjun.

"Bibi, lia pamit pulang dulu" ucap lia pada wendy dan sejeong yang mengantarnya sampai depan pintu.

"Bibi senang kau datang ke rumah sayang, lain kali jangan sungkan untuk berkunjung" ucap wendy.

"Dohyun juga menyukaimu, anak itu senang sekali karena ada teman bermain selama samchonnya tidak pernah pulang akhir-akhir ini" sambung sejeong.

Lia terdiam mendengar ucapan kakak ipar renjun itu, sebenarnya kemana perginya pria itu sekarang?

"Oh doyoung sudah siap" wendy tersenyum melihat putranya yang berada di dalam mobil bersiap mengantar lia pulang. Lia sudah berusaha sangat keras menolaknya, tapi wendy terus memaksanya agar diantar pulang oleh doyoung. Wanita itu tidak memperbolehkan lia pulang jika tidak mau diantar putra sulungnya itu.

Lia memeluk kedua wanita itu bergantian lalu berjalan masuk kedalam mobil yang dikendarai doyoung. Perlahan deru mesin terdengar saat kendaraan mulai meninggalkan tempat itu.

"Adikku memang terlalu banyak berfikir" ucap doyoung menarik perhatian Lia yang memilih diam dari tadi.

"Hah?"

"Entah apa yang terjadi pada kalian berdua. Tapi renjun sepertinya pergi dari rumah untuk menghindari masalahnya" ucap dayoung menampilkan senyum tipisnya. "Aku melihatnya terbangun di malam hari baru-baru ini, dia termenung di dapur cukup lama. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat itu, tapi aku bisa melihat dari raut wajahnya jika dirinya sedang merasa kacau" jelas doyoung.

Lia terdiam mendengarkan semua ucapan doyoung padanya, apa keputusannya menceritakan rahasianya pada renjun yang membuat pria itu terlihat kacau? Pertanyaan renjun terakhir kali benar-benar membuat lia berfikir tentang perasaannya pada pria itu selama ini.

"Tidak selalu saat akhir pekan dia akan libur. Tapi aku beri tahu sesuatu, sabtu pagi mungkin dia sudah selesai dari semua jadwal penerbangannya" doyoung mengatakan itu sambil mencoba memarkirkan mobilnya di depan rumah lia.

Lia tersentak menyadari dirinya sudah tiba di rumahnya. "Doyoung-ssi terima kasih" ucap lia tersenyum.

"Kau bisa memanggilku oppa, adik ipar" sahut doyoung membuat senyum lia semakin mengembang.

🎎

Enjoy...

🌵🌵🌵

WHO ARE YOU? [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora