15

115 19 6
                                    

Baca sambil dengerin mulmed biar lebih berasa feelnya :'

Langit menggelap, gumpalan awan hitam menggantung dilangit dihiasi kilat guntur sesekali. Tidak, malam belum mengambil alih, hanya awan hitam yang sedang menutupi sinar matahari yang biasanya masih bersinar terik.

Rombongan beberapa prajurit memasuki istana dengan tiga orang dengan tangannya yang terikat. Jeno sudah memerintahkan semua orang yang tinggal di istana untuk berkumpul di lapangan istana.

"Urusanku hanya dengan kakakku, bawa kedua orang itu untuk menyingkir" ucap jeno dari tempatnya duduk.

Yeji melihat pria yang duduk disampingnya penuh tanya, apa yang akan dilakukan sang suami pada kakak iparnya sekarang?

Jaemin dan ryujin menjauh dari tengah lapangan, kini tinggal renjun yang berdiri mematung dengan tangan terikat. Dia ingin meluapkan amarahnya pada adiknya itu, tapi dia masih memikirkan keadaan jisu sekarang, bisa saja adiknya tersulut amarah dan berakhir dengan melukai jisu.

"Dimana jisu?"

Hening.

"DIMANA JISU!!?" teriak renjun, raut wajahnya memerah menahan amarahnya.

Jeno tersenyum tipis melihat kakaknya yang berteriak padanya.

"Yang mulia" ucap yeji lirih. Dia tidak tega melihat keadaan renjun sekarang. Sebenarnya apa yang akan dilakukan suaminya itu?

"Diamlah, kau hanya perlu menyaksikan apa yang akan terjadi di depan matamu" ucap jeno lembut tanpa memandang wajah yeji.

Tangan jeno menggenggam erat tangan yeji yang duduk di sampingnya. Yeji semakin tidak mengerti dengan perubahan sikap jeno padanya. Matanya semakin lekat memperhatikan wajah pria itu dari samping.

"Lepaskan jisu!!" teriak renjun lagi, berhasil mengalihkan tatapan yeji pada pria itu sekarang. Yeji tentu saja ingin menolong kakak iparnya itu, tapi bagaimana caranya?

"Jangan terburu-buru, kau tidak ingin berbincang dengan adik tercintamu ini?" ucap jeno dengan nada jailnya.

Rahang renjun mengeras, dia mencoba membuka ikatan tali di tangannya dan ingin memukul wajah adiknya itu, tapi ikatannya sangat kencang, dia tidak bisa membukanya.

"Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" ucap renjun.

"Tidak ada. Aku hanya ingin melihatmu menderita hyung" jawab jeno santai.

"Jika ini tentang mendiang Raja. Bukan salahku jika beliau lebih menyayangiku dibanding dirimu. Jika aku bisa memilih aku akan lahir menjadi rakyat biasa dibanding harus menjadi putra Raja" ucap renjun mengeluarkan isi hatinya. Matanya memerah menahan tangisnya.

Genggaman tangan jeno pada tangan yeji semakin erat, renjun malah mengingatkannya pada luka dihatinya yang coba dia sembunyikan dari tadi.

"Benar. Kau tidak pantas menjadi putra Raja. Buktinya sekarang aku yang memimpin kerajaan ini" ucap jeno lantang. Matanya bertemu tatap dengan renjun, tatapan tajamnya tidak pernah berubah.

"Kebahagiaanmu yang menjadi masalahku sekarang, aku benci melihatmu bisa tersenyum di hadapanku" lanjut jeno.

"Semua orang bisa merasa bahagia dengan caranya sendiri, kau bisa mendapatkan kebahagiaanmu sekarang dengan kedudukanmu sebagai Raja dan didampingi oleh ratu yang selalu mencintaimu. Kau hanya perlu membuka mata lebih lebar"

"Diam!!" bentak jeno. "Jangan mengguruiku" jeno berbisik pada pengawal yang berdiri di sampingnya. "Kita lihat apa kau masih bisa bicara banyak hal setelah ini" ucap jeno.

Tak lama dua pengawal membawa seorang wanita muncul ditengah amarah renjun.

"Jisu-ya"

"Nona"

WHO ARE YOU? [END]Where stories live. Discover now