56- Princess

158K 13.2K 1.5K
                                    

Tap 🌟

Oh iya, aku kan dulu pernah bilang mau revisi. Nah, aku kalo revisi gak dihapus semua terus dipost satu-satu gitu ya. Revisi aku nanti satu chapter kalo udah direvisi bakal aku tulisi 'Revisi' bukan yang dihapus semua ya. Gitu aja sih.

Jadi, menurut kalian apa mau direvisi sekarang, soalnya tulisan aku dulu berantakannya bangetttttt. Soalnya 50 persen yang baca Wattpad itu gak suka tulisan yang berantakan.

----

Lagi, tangis gadis itu semakin tinggi berhenti ketika mendengar penjelasan orang dihadapannya ini.

"Oliv-Olivia gak kuat, lain kali Olivia datang lagi. Permisi, Assalamualaikum.." gadis itu bangkit dengan tergesa-gesa meninggalkan sosok yang baru saja menceritakan banyak hal padanya. Sama, wajah sosok yang menceritakan banyak hal padanya itu juga berlinang air mata persis dengannya.

Mata gadis itu memandang jalanan didepannya dengan kosong, kepalanya tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini.

Rintikan hujan berjatuhan di tubuhnya. Hujan tiba, ya, ia sangat suka hujan. Hujan itu setia, ia merasa jika saat ia sedih pasti hujan selalu datang diwaktu yang tepat. Seperti ikut bersedih sama dengan apa yang ia rasakan.

Kini ia telah tiba didepan gerbang bangunan besar dihadapannya ini. Matanya terpejam menikmati guyuran air yang semakin deras di kulitnya.

Wajahnya menunduk menahan tangisannya agar tidak diketahui orang yang berlalu lalang.

"Hiks," satu isakkan pilu lolos dari mulutnya.

Wajahnya terangkat memandang kosong bangunan didepannya yang sangat luas dan besar. Hatinya tersenyum miris kontras dengan wajahnya yang tersenyum lebar.

"Bodoh, gue bodoh banget," gumamnya memukuli kepalanya berkali-kali.

Pandangan tiba-tiba memburam. Bersamaan dengan tertutupnya mata indah itu, Olivia menggugamkan sesuatu--

"Balik lagi sama Olivia lagi ya, Olivia mohon..."

•••

Matanya gadis itu terpejam menikmati rasa sakit pada kepalanya. Perlahan-lahan matanya terbuka sedikit demi sedikit.

"Shh," ringisnya memegangi kepalanya yang terasa berat.

"Minum dulu," suara bariton yang sangat ia kenal itu membuat menoleh pada sangat pemilik suara.

"Edgar?"

"Kok kenapa lo? Gue kok disini?"

"Tenang, lo aman sama gue. Gue gak macem-macem kok."

"Udah minum dulu!" Olivia mengangguk lalu meneguk air itu hingga tandas.

"Jadi?" tanya gadis itu penasaran.

"Tadi gue ditelpon sama anak Avigator katanya Ibu Negara pingsan di Bandung. Waktu itu yang ngabarin gue lagi ke rumah sepupunya."

"Ibu Negara?" monolog gadis itu.

"Jadi, Ibu Ne--"

"Iya, yang selalu anak-anak maksud Ibu Negara itu lo, Olivia." bibir gadis itu terbuka sempurna dengan mata yang melotot kaget.

ALAVIA (TERBIT)Where stories live. Discover now