❤️Keterpaksaan

146 49 68
                                    


Assalamualaikum teman teman
Apa kabar kalian semua??
.
.
.
💮Happy Reading 💮
💙Jangan lupa vote dan komen 💙

Semoga kalian semua tertarik 😍
Aamiin

"Annisa?"

Annisa menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya. Ia terkejut ketika melihat kehadiran dokter Hanan yang tiba tiba datang.

"Eh, Hanan. Sudah pulang?" Tanya Rani yang menyadari kehadiran Hanan.

Hanan tersenyum kemudian menyalami mama nya. Seketika ia melirik ke arah Annisa yang masih berdiri di dekat kompor.
Rani mengikuti arah pandang putra nya. Ia mengusap pundak Hanan sembari tersenyum.

"Mama ngajak Annisa ke rumah. Mama pengin nyobain masakan Annisa. Kamu juga harus cobain. Dia pinter masak loh."

Raut wajah Hanan terlihat datar. Tak lama ia tersenyum tipis.

"Ayo sekarang kamu duduk di sini." Ucap Rani menarik tangan Hanan menuju meja makan.

"Annisa, sudah. Ayo kita makan."

Annisa yang masih sibuk dengan kompor nya segera menyelesaikan dengan cepat. Ia menghampiri meja makan dengan membawa makanan yang baru matang.
Annisa mengambil tempat duduk di samping Rani, bersebrangan dengan Hanan.

Annisa merasa canggung. Ia tahu, pasti Hanan tak senang dengan kehadiran nya disini. Mau bagaimana lagi? Ia juga terpaksa datang ke tempat ini

Rani mengambil piring dan lauk pauk untuk Hanan. Hari ini mereka memang masak banyak, ntah apa alasan nya. Yang pasti menurut arah pandang Annisa. Rani terlihat bahagia hari ini.

Annisa menyendok kan nasi dan beberapa lauk pauk. Ia sedang tak selera makan, mungkin merasa sudah memasak banyak nya makanan. Membuat Annisa tak nafsu untuk makan.

"Gimana? Enak kan masakan Annisa?" Tanya Rani pada Hanan yang baru saja mendaratkan makanan pada mulut nya.

Hanan diam tak menjawab. Ia mengamati berbagai macam rasa di dalam mulut nya.
"Biasa aja" ucap nya spontan.
Membuat semua mata menatap nya horor. Kesal dengan jawaban yang ia lontarkan.

Annisa mencebik kesal. Ia tahu Hanan saat ini sedang berbohong. Karna hanya dia lah satu satu nya orang yang menyebut masakan Annisa biasa saja.

"Lidah kamu kayanya sedang bermasalah, Hanan. Masakan seenak ini kok kamu bilang biasa saja." Ucap Rani membela Annisa.

Annisa tersenyum mendapat pembelaan dari Rani.
Hanan hanya mengedikkan bahu tak peduli. Ia kembali menyantap makanan di atas piring nya.

Kalau tau jawaban nya gitu, mending tadi aku taruh racun saja di makanan nya. Biar tau rasa!

Umpat Annisa merasa kesal.

Astaghfirullah Annisa. Gak boleh gitu!

Selesai acara makan makan. Annisa membereskan piring piring kotor dan membawa nya kedapur. Sedangkan Hanan berjalan masuk ke dalam kamar nya.

"Annisa, sudah. Biarkan nanti bibi yang bereskan semuanya."

"Iya Tante." Annisa menghampiri rani. Ia ingin berpamitan dan segera pergi dari sini.

Rani meraih tangan Annisa, Menggenggam nya lembut.
"Terimakasih ya. Makasih sudah temenin Tante hari ini. Maafin Tante juga udah ngerepotin kamu disini."

Annisa tertawa pelan. Membalas lembut genggaman wanita paruh baya ini.
"Gapapa Tante. Annisa senang kok bisa sedekat ini dengan Tante."

Rani tersenyum. Terharu dengan jawaban calon menantu nya.
"Kalau gitu, Annisa pulang dulu ya Tante."

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now