❤️Satu Ranjang

204 20 8
                                    

Assalamualaikum teman teman..
.
.
.
💮Happy Reading💮

💙Jangan lupa vote dan komentar yaa💙
Semoga kalian tertarik😍
Aamiin

"Kita di undang makan malam sama Mama. Sepulang dinas nanti, saya akan jemput kamu."

Annisa yang sudah rapih sedari tadi. Gadis itu masih menunggu kedatangan Hanan. Kerap kali ia memandang dirinya pada cermin. Memperhatikan penampilan nya, takut jika ia salah dalam berpenampilan.

Merasa bosan, ia berjalan keluar menemui mba Tuti yang sedang merapikan peralatan di dapur.

"Mba.." panggil Annisa menghentikan aktivitas Tuti.

"Iya, Non. Ada apa?"

Annisa duduk di kursi bersebrangan dengan Tuti,

"Keluarga mas Hanan tuh, gimana sih?"

Tuti sempat terkekeh mendengar pertanyaan dari majikan nya itu.

"Gimana apa nya, Non?"

"Yaa, maksudnya, mereka sama aku gimana? Aku kan belum bertemu mereka lagi setelah keluar dari Rumah Sakit."

Tuti terdiam sebentar, kepalanya sedikit terangkat seolah sedang berfikir.

"Baik kok, Non." Jawab nya singkat.

Annisa semakin geram, bukan itu yang ia maksud.

"Mba Tuti gak asik, ah." Rajuk Annisa.

Tuti tergelak tawa, kemudian menghampiri Annisa dan ikut duduk disana.

"Keluarga Aden itu baik-baik, Non. Sangat baik malah. Ramah-ramah juga. Waktu Non menikah sama Aden, mereka terlihat sangat bahagia."

Ada perasaan lega dalam hati Annisa. Setidaknya tidak ada gangguan antara dirinya dan keluarga Hanan. Meskipun Hanan selalu bersikap dingin padanya, namun keluarga Hanan tetap menerima dirinya dengan setulus hati.

Terdengar suara klakson mobil dari luar, Annisa langsung bergegas setelah sebelum nya berpamitan dengan pelayan rumah nya itu.

"Mas, nggak ganti baju dulu?"

"Gampang," balas Hanan.

Sesampainya disana, mereka disambut oleh keluarga Hanan. Annisa di persilahkan duduk di ruang tamu, sedang Hanan langsung berlenggang pergi menuju kamar nya. Mungkin lelaki itu ingin bebersih.

"Annisa, gimana keadaan kamu sekarang?"

Annisa tersenyum canggung, ia belum terlalu mengenal wanita paruh baya di hadapan nya ini. Atau lebih tepatnya, belum mengingat penuh tentang keluarga Hanan. Yang ia tahu bahwa wanita di hadapannya ini adalah orang tua Hanan.

"Alhamdulillah, Ma. Annis sehat," jawab Annisa.

"Kamu masih ingat sama Mama kan?" Tanya wanita itu lagi.

Gadis itu hanya menyengir kuda, lalu menggeleng pelan.

"Belum, Ma."

Rani tersenyum hangat pada Annisa, kemudian memeluk menantu kesayangan nya ini penuh kasih sayang.

"Nggak apa-apa, gak usah di paksa ya, nanti juga kamu ingat." Ucap Rani sembari mengusap lembut punggung Annisa.

"Kamu mau bantu Mama masak?"

Annisa mengangguk antusias, ia beranjak dari sana mengikuti langkah Rani menuju dapur.

Disisi lain, Hanan yang baru saja selesai mandi langsung mengganti pakaian nya. Baru saja ia keluar kamar tiba-tiba langkah nya terhenti. Ia melirik pada pintu kamar yang masih tertutup, detik selanjutnya Hanan membuka pintu itu dan masuk kedalam sana.

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now