❤️Luka

116 16 1
                                    


Assalamualaikum teman teman
Apa kabar kalian semua??
.
.
.
💮Happy Reading 💮
💙Jangan lupa vote dan komen 💙

Semoga kalian semua tertarik 😍
Aamiin



Sudah tiga puluh menit yang lalu gadis berpakaian serba merah itu menunggu kedatangan seseorang. Annisa masih tak mengerti mengapa Hanan mengajaknya bertemu di tempat ini. Yang pasti, menurutnya lelaki itu ingin menyampaikan sesuatu yang penting.

Annisa membuyarkan lamunannya ketika tiba-tiba saja seseorang sudah duduk di hadapannya.

"Mas, mau minum apa?" tanya Annisa basi-basi sembari mengulurkan tangan.

Namun, kemudian ia tarik lagi ketika tak ada respon dari lelaki itu. Hanan masih berkutik dengan ponselnya, sedikitpun ia tak melirik Annisa.

"Atau mau makan?" Tawar Annisa lagi sembari membuka beberapa menu makanan yang tergeletak diatas meja.

Baru saja Annisa membuka lembaran kedua tiba-tiba saja daftar menu makanan itu dirampas paksa oleh Hanan.

"Saya tidak haus, dan saya tidak lapar!" Sergah Hanan.

Annisa menghembuskan napasnya pelan, berusaha untuk tetap sabar dan mengalah saja.

"Terus, mau ngapain kita ketemu di sini? Makan nggak mau, minum juga nggak mau." Cibir Annisa.

Hanan tak langsung menjawab. Ia diam sejenak, mematikan ponsel dan memasukkannya ke dalam kantong. Kemudian kembali menatap Anisa.

"Mari kita percepat perceraian kita."

Seperti ada petir yang menyambar pendengarannya. Annisa merasakan hatinya tertusuk tombak yang amat tajam. Dadanya terasa sesak. Tembok pertahanan nya selama ini seolah runtuh bersamaan dengan petir yang menerjangnya.

Apa maksudnya ini?

Annisa masih tak paham dengan apa yang dikatakan Hanan barusan. Sekuat tenaga ia menghirup udara pelan-pelan, dalam hati ia masih terus melafadzkan istighfar.

"Maksudnya apa, mas?" kali ini ia berharap bahwa pendengarannya barusan salah.

"Saya akan pergi ke Singapura untuk mencari dan menjemput Aqila. Sedang kamu bisa kembali pada adik saya, Alzam." Jelas Hanan.

Annisa diam tak menjawab. Ia merasa hatinya tercabik-cabik. Matanya mulai memanas. Sekuat tenaga, ia menahan air matanya tumpah.

"Saya tahu kamu sangat mencintai Alzam, adik saya. Begitupun dengan saya, mengharapkan hadirnya seorang wanita yang sangat saya cinta. Untuk apa kita menjalani pernikahan jika hati kita masih mengharapkan yang lain?"

'Oh Allah.. inikah balasan untuk ku? Ketika aku sedang mencoba mencintainya, tapi kenapa berakhir seperti ini?'

Annisa meremas bajunya, bendungan air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata dan siap untuk tumpah.

"Kita mempertahankan pernikahan ini karena ingin menjaga perasaan Abah Yai yang menjodohkan kita. Dan sekarang beliau sudah tidak ada, jadi ada kesempatan besar untuk kita berpisah tanpa melukai siapapun."

Tanpa melukai siapapun? Bahkan Hanan sendiri tak sadar bahwa kali ini ia sedang melukai perasaan wanita dihadapannya teramat dalam.

"Bagaimana dengan saya?" Akhirnya Annisa membuka suara. menanyakan haknya atas perkataan Hanan barusan.

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now