❤️ Berharap

90 13 5
                                    

Assalamualaikum teman teman
Apa kabar kalian semua??
.
.
.
💮Happy Reading 💮
💙Jangan lupa vote dan komen 💙

Semoga kalian semua tertarik 😍
Aamiin


Annisa mengambil langkah ringan. Kedua tangan nya membawa secangkir coffee latte kesukaan Hanan. Sebelum nya ia tengah mencari keberadaan suaminya itu, karena ketika dia melirik kamar nya, ruangan itu kosong, tak ada tanda-tanda keberadaan Hanan disana, dan sekarang gadis itu sedang menuju halaman belakang dekat kolam renang.

Lelaki yang berbalut kaus hitam polos di padukan dengan sarung berwarna cokelat pekat itu sedang duduk santai dengan laptop nya. Kedua kaki nya ia lipat keatas kursi dengan jemari kokoh yang masih berkutik di atas keyboard.

Annisa berdehem pelan, membuat pasang mata beralih menatap nya untuk kemudian kembali fokus pada layar laptop. Gadis itu menaruh coffee latte di atas meja. Ikut duduk di sana bersama Hanan.

"Eemm.. mas, lagi sibuk ya?"

Hanan masih diam, tak menggubris pertanyaan dari Annisa.

"Mas jangan terlalu nunduk gitu, nanti pegel leher nya. Aku pijitin mau ya?"

Annisa sempat beranjak sedikit ketika justru Hanan melotot ke arah nya.

"Diam disitu,"

Gadis itu mengatupkan kedua bibirnya. Kemudian kembali duduk seperti semula.

Mungkin Annisa merasa tidak nyaman dengan keheningan ini, ia mengayunkan kaki nya pelan untuk menghilangkan rasa bosan sedikit. Sesaat melirik Hanan, lelaki itu tampak biasa saja dengan keadaan seperti ini.

"Mas, perempuan yang kemarin nyamperin kamu siapa?" Tanya Annisa tanpa basa-basi. Merasa percuma karena hal itu akan di tanggapi diam oleh Hanan.

"Temen,"

"Bohong!" Annisa memposisikan tubuh nya miring menghadap Hanan. "Kok akrab banget sih, sampe di kasih bekal gitu?"

Hanan terdiam, masih tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Emang kurang banyak ya masakan yang aku bawa kemarin?"

Masih tak ada respon dari Hanan. Gadis itu tak ingin menyerah.

"Besok-besok aku bawain satu rantang dehh, biar kamu kenyang. Gak makan masakan orang lain," cerocos Annisa lagi.

Merasa tak di tanggapi, gadis itu menarik-narik ujung kaus Hanan.

"Mass, ih dengerin aku gak?"

Tentu saja Hanan menepis nya kasar sembari melirik Annisa tajam.

"Bisa diem gak?"

"Yaudah, tapi minum dulu ini kopi nya,"

"Saya gak haus," elak Hanan lagi.

Annisa kembali diam, membiarkan Hanan kembali dengan layar menyala itu. Sepersekian menit dari situ, Annisa meraih ponsel nya. Menjadikan benda pipih itu pelampiasan untuk menghilangkan gemetar di dada nya.

Sekali Seumur HidupWo Geschichten leben. Entdecke jetzt