XI

27 0 0
                                    

Fla turun dari motor Haikal di pelataran parkir mall. Haikal mengulurkan tangannya untuk membuka kunci tali helm Fla sambil tersenyum. Fla mengeluh karena ketika Haikal menarik helm lepas dari kepalanya rambutnya jadi kusut. Haikal tertawa sambil menyimpan semua helm di atas motor.

"Duuuh, lain kali aku harus pake mobil apa, ya?" Haikal mengusap-usap kepala Fla sambil berjalan menuju pintu masuk. Yang diusap-usap berusaha tenang padahal perutnya langsung mulas. Harusnya dia ikut saja sama Cita dan Wia naik angkot.

"Duuh, sok-sokan banget mau bawa mobil ke sekolah." Fla mengejek.

"Nanti kamu rambutnya kusut, nanti keujanan, kepanasan, kalau sakit gimana?" Haikal balas mengejek.

"Ya ke dokter, ke rumah sakit, tidur, istirahat, makan enak..."

"Trus aku gimana?"

"Apa? Kamu ikutan sakit? Gak akan! Kamu kan udah kebal sama angin!" Fla cekikikan sambil melangkah masuk ke dalam lift yang pintunya terbuka. Mereka memasuki kotak baja itu yang isinya hanya ada mereka dan dua wanita spg.

"Bukaan! Kalau kamu sakit ya gimana dong aku kalau kangen, gak bisa ketemu." Haikal tertawa ringan, mengatakannya seakan itu kalimat biasa yang lazim dikatakan dua orang teman.

Fla melirik dua wanita spg yang tiba-tiba menutup mulut mereka dengan dompet yang tadi mereka tenteng di sisi tubuh sambil memutar wajah mereka ke sudut di mana Fla dan Haikal tidak bisa lihat.

"Yaaa... bawain aku makanan enak, lah! Jenguk." Fla memalingkan wajahnya dari wanita-wanita spg itu dan mengabaikan mereka. Dia tertawa menatap ke wajah Haikal langsung. Lalu tiba-tiba Haikal menyentuh pipinya dan mengusapnya dengan lembut.

"Pasti, dong..."

TING!

Pintu lift tebuka pada saat yang tepat. Kedua wanita spg itu segera kabur dari lift sementara di luar pintu teman-teman Fla terpaku melihat pemandangan di dalam lift. Haikal segera menarik tangannya dan mereka berdua melangkah ke luar. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa, Fla menyapa teman-temannya.

Mereka berkerumun menghitung, mengumpulkan uang dan memesan tiket. Haikal berbaur dengan anak-anak laki-laki teman sekelas Fla termasuk Adhan. Mereka suka main futsal bareng. Sementara Wia, Cita dan Fla berbaur dengan anak-anak lain. Ketika mereka sedang berpencar sebentar sambil menunggu ketua koordinator nobar selesai membeli tiket, Fla dan teman-temannya hanya duduk-duduk di bangku kosong depan pintu studio. Mereka bertiga sudah tidak sabar untuk bergosip karena pemandangan di dalam lift.

"Jadi? Tadi abis atau baru mau cipokan, Fla?" Tanya Cita tanpa tedeng aling-aling.

"Ngaco!" Fla mengibaskan tangannya di depan wajah Cita.

"Eeeeh, beneran! Keliatannya kaya abis ada momen-momen intim!" Wia ikutan ngaco.

"Serius, deh! Gak ada apa-apa!" Fla tertawa salah tingkah.

"Trus kenapa mukanya kaya kepiting rebus begitu?" Cita mengangkat-ngangkat alisnya dengan menyebalkan dan Wia pun menutup mulutnya dengan dramatis, pura-pura kaget setengah mati.

"Ih engga!" Fla menyentuh wajahnya yang memang terasa hangat. Sontak saja Cita dan Wia menggoda Fla semakin menjadi-jadi membuat Fla tidak tahan lagi dan menceritakan apa yang terjadi. Mata Cita dan Wia membelalak semangat mendengar kata perkata yang diucap Fla sambil menutup mulut mereka.

"Fla, serius, deh! Haikal kayanya emang suka sama kamu, deh! Curhat-curhat itu cuma alesan aja biar bisa deket sama kamu." Ujar Cita dengan semangat yang disambut anggukan Wia yang tidak kalah semangatnya.

"Enggak mungkin! Udah jelas-jelas dia masih suka sama Andah. Mungkin aku emang Nuri kedua ya?" Fla menunduk sedih.

"Coba, kapan terakhir kali Haikal curhat tentang Andah?" Tanya Wia.

Fla memajukan bibirnya dan mengerutkan keningnya, sementara matanya berlari ke kiri dan ke kanan berusaha mengingat-ngingat kapan pemuda itu curhat. Dan saat itulah Fla baru sadar kalau sudah lama sekali Haikal tidak bicara tentang Andah. Bahkan sewaktu mereka nonton pun dia baru sadar kalau mereka tidak pernah lagi membicarakan Andah. Sementara Fla memikirkan kapan Haikal curhat, Cita dan Wia tersenyum-senyum puas. Sudah jelas perkiraan mereka tepat sekali. Haikal juga menyukai Fla.

"Hei, pada di sini ternyata."

Ketiga gadis itu tersentak kaget dan segera mendongak. Haikal tersenyum sambil melambai-lambaikan tiket di hadapan mereka dan duduk di samping Fla dengan nyaman. "Kita berhasil duduk sederet, nih!"

Cita dan Wia berseru senang sementara Fla hanya bisa tesenyum tipis. Dadanya masih berdegup kencang karena pembicaraan mereka tadi, ditambah Haikal duduk sangat menempel dengannya karena bangku yang mereka duduki tidak terlalu besar. Ketika itu pengumuman bioskop berkumandang memanggil pemilik tiket untuk segera masuk dan mereka berempat segera bangkit dan masuk ke studio.

"Aku dulu!" Cita dan Wia menyalip Fla ketika mereka menemukan tempat duduk mereka. Mereka berdua duduk ke dalam menyisakan dua tempat duduk tepat di sebelah tangga bioskop. Haikal mendorong pelan punggung Fla untuk duduk dan mereka pun siap.

Setelah puas dengan minuman dan camilan, mereka menonton dengan tenang... atau tidak tenang? Sepanjang film Cita dan Wia berteriak-teriak heboh bersama teman-teman yang lain di setiap adegan yang mengagetkan. Fla yang berusaha menahan jeritannya tiba-tiba tidak bisa lagi tahan dan menjerit keras dan otomatis memalingkan wajahnya ke arah Haikal. Tepat pada saat itu Haikal juga memalingkan wajahnya pada Fla. Tangan mereka tanpa sengaja bersentuhan dan Haikal pun menggenggam tangan Fla dan menaikkan tangan mereka ke depan mata Fla.

Jantung Fla berdebar sangat kencang, dia takut hampir mati. Untung pada saat itu suasana sangat kacau, semua orang di dalam ruangan bioskop semua menjerit-jerit, Fla yakin tidak akan ada yang bisa mendengar detak jantungnya. Haikal masih tetap menempatkan tangan mereka di depan mata Fla sementara Haikal sendiri menonton dengan santai sambil tertawa-tawa.

Ketika suasana sudah tenang kembali Fla menurunkan tangan mereka dan melepaskan jemari Haikal. Dia mengurut dadanya sambil mengembuskan napas.

"Kamu takut banget ya?" Bisik Haikal.

"Memang kamu enggak?" Fla balas berbisik.

"Takut, sih! Tapi ekspresi kamu lebih lucu, jadi takutnya ilang." Haikal tertawa jail disusul cubitan di pinggang dari Fla. "Aw aw! Aduh, iya enggak, enggak lucu kok!"

Fla mencibir dan tangannya yang dipakai mencubit diambil oleh Haikal dan pemuda itu tidak melepaskanya. Mereka berpandangan sejenak. Tapi tiba-tiba layar menjadi terang dan wajah pemeran utama wanita muncul di layar. Fla dan Haikal langsung memalingkan wajah, kembali ke layar.

"Liat, deh!" Bisik Haikal lagi sambil menarik sedikit tangan Fla minta diperhatikan. Fla mendekatkan kepalanya ke kepala Haikal untuk bisa mendengar jelas apa yang dibisikkan pemuda itu. "Aku suka banget sama Rivalina Trina," Haikal menunjuk sang aktris di layar, "soalnya dia mirip sama Andah."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now