XXXIX

1 0 0
                                    

Haikal memasuki rumah diikuti adiknya di belakangnya. Kepalanya mumet. Melihat Helqi ada di rumah Fla membuatnya semakin bingung. Ia berhenti berjalan, berbalik dan menatap adiknya yang ikutan berhenti dan menatapnya dengan tenang. Memang ia dan adiknya sangat berbeda, adiknya selalu lebih kalem, lebih cool, irit bicara. Tapi selama ini mereka bukannya tidak pernah mengobrol sama sekali. Mereka sering bercerita tentang sekolah masing-masing saat main PS. Kali ini Haikal betul-betul merasa asing dengan adiknya sendiri.

Helqi masih menatapnya kali ini dengan alis yang mengangkat.

"Sejak kapan kamu kenal Fla?" Haikal tidak tahan akhirnya keluar juga pertanyaan itu.

"Lha, kan ketemu di rumah sakit." Helqi mengangkat bahunya sambil berjalan melewati Haikal ke dapur. Haikal mengikuti adiknya ke arah dapur.

"Sesering itu kamu ketemu dia di RS sampai jenguk dia sakit?" tanya Haikal lagi.

Helqi mengambil minum dalam gelas dan tidak langsung menjawab pertanyaan kakaknya. Ia meneguk air dingin itu banyak-banyak sebelum bersandar di meja dapur. "Kamu pingsan berapa hari coba, Kak?"

"Jadi bener?" bahu Haikal turun.

"Apa?"

"Yang jagain aku waktu aku belum siuman itu sebenernya Fla?" Haikal mendekati adiknya dengan rasa penasaran yang memuncak. Baru tadi pagi ia memergoki tulisan Andah tentang sesuatu yang berhubungan dengan dirinya yang kecelakaan saat itu.

Helqi mengangkat bahunya dengan bibir yang dilengkungkan ke bawah lalu melanjutkan minumnya sampai habis.

"Kok Mama bilangnya...?"

"Si cewek kamu aja itu, manipulatif." Helqi terkekeh.

"Kok kamu gak ngomong?" Haikal mendengus kesal.

"Ngomong apaan?"

"Bukan si Andah yang selalu jagain aku."

"Lhaaa. Kan kamu kegirangan si Andah balik. Emang kalau aku ngomong bakal didengerin? Bakal dipercaya?" Helqi kembali terkekeh dan menyimpan gelasnya di atas meja. Ia melangkah melewati kakaknya dan berjalan menuju sofa di ruang tengah. Setelah menaruh tasnya di kaki sofa ia duduk dan menyalakan TV.

"Bentar-bentar," Haikal menyusul adiknya. "Si Andah ngapain aja di rumah sakit kalau bukan jagain aku?"

"Datang sore dan ikutan pengen pulang pas aku mau anter Fla pulang." Helqi menjawab datar.

"Gila! Berarti bener!" Haikal meninju lengan sofa dengan kesal. "Tau gak? Aku liat curhatan dia sama temennya di chat tentang kejadian di rumah sakit. Dia ngaku-ngaku jadi OSIS juga bener?"

Helqi mengangguk pelan dengan wajah santai dan bibir melengkung ke bawah.

"Untung aku sadar sekarang. SINTING!" Haikal kembali meninju sofa. "Besok kuputusin aja dia."

"Cuma gara-gara gitu doang?"

"Dia juga bilang sama temennya kalau kamu lebih ganteng dari aku. Kalau bisa dia mau diem-diem godain kamu."

"Becandanya gak lucu ya cewek kamu, Kak." Helqi mendengus.

"Serius, Qi. Dia ada maksa pingin dianter tapi kamu malah anterin Fla pulang?" Haikal bertanya menyelidik dan Helqi pun mengangguk ragu. "Nah! Kan! Dia mau balik sama aku biar bisa godain kamu katanya."

Helqi mendengus sambil tertawa.

"Emang cuma Fla buat aku tuh," gumam Haikal sambil menggeleng-geleng kepala. "Aku sekarang mau serius deketin dia. Gak kaya dulu."

"Gak bisa, lah!" Helqi memencet-mencet tombol remot dengan ragu.

"Lha, kenapa? Dia balikan sama mantannya apa?"

"Gak. Aku lagi deketin dia sekarang."

Haikal melongo. Helqi mematikan TV di hadapannya dan memutar tubuhnya menghadap kakaknya.

"Secepet itu?" tanya Haikal. "Kamu kan cuma kenal di rumah sakit!"

"Aku suka dia udah lama." Helqi menatap Haikal yang masih terlihat syok mendengar pengakuan adiknya yang blak-blakan. "Dari dua taun yang lalu."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now