XXIII

26 0 0
                                    

Helqi duduk menghadap pintu lift dengan gelisah. Ayah, Ibu dan Andah sedang menuju kamar baru di mana Haikal akan ditempatkan. Helqi menunggu Fla karena gadis itu pasti tidak akan tahu ke mana kakaknya dipindahkan. Ponsel Fla sepertinya mati, sesaat setelah Fla membalas pesannya ponselnya tidak bisa dihubungi. Gadis bodoh itu tahu tidak, sih, kalau ini bukan saatnya terlambat? Bisa-bisa Andah...

Ah! Kenapa juga dia masih peduli pada gadis itu? Sesaat setelah gadis itu bertemu Haikal, pasti mereka akan langsung pacaran. Padahal itu adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh Haikal saat ini. Tetapi senyum gadis itu adalah yang paling ingin dilihatnya. Kalau saja dia jujur pada kakaknya saat itu kalau Flarisia...

"Helqi!" sebuah suara membuatnya mendongak dan melihat gadis itu keluar dari lift sambil tergopoh-gopoh menghampirinya. "Hapeku mati!"

"Tau." Helqi bangkit dari duduknya. "Yuk! Kita ke kamar kakak."

"Tapi..." Fla menahan jaket Helqi membuat pemuda itu berhenti dan menoleh ke arahnya. "Ada Andah, ya?"

Helqi menatap mata bulat Fla yang menatapnya khawatir, poninya yang basah karena keringat, juga baju seragamnya yang berantakan mungkin karena dia berlari-lari di selasar rumah sakit. Ingin hati menyuruh gadis itu pergi saja, jangan temui Haikal, mungkin kakaknya akan kembali pada Andah, mungkin kakaknya hanya mempermainkan Fla. Tapi wajah di hadapannya terlihat sangat khawatir.

"Kamu mau kakak balik sama Andah?" Helqi bertanya datar.

"E-eh... gak ada urusannya..." Fla menghindari tatapan Helqi sambil menyelipkan seuntai rambut di wajahnya ke balik telinga.

"Udahlah! Ribet sih, ih! Mau mau, engga enggak!" Helqi melipat kedua tangannya di dada.

Fla mendongak dan menggigit bibirnya. Tampangnya kesal.

Helqi berbalik menuju kamar kakaknya dan ia bisa merasakan Fla mengikutinya berjalan di belakangnya. Mungkin terpaksa. Dari tatapannya tadi, sepertinya bisa saja Fla melemparnya dengan botol minum di tangannya.

Mereka berdua telah sampai di depan pintu kamar rawat jalan dan mereka sama-sama termanggu sesaat menatap pintu itu. Bersisian, Helqi ingin sekali meraih jemari gadis itu dan menggenggamnya. Entah kenapa ia bisa merasakan ketakutan Fla. Ia yakin, gadis itu memang takut menghadapi Haikal. Takut Haikal kembali pada Andah.

Fla tiba-tiba bergerak, membuat Helqi menoleh. Tangannya ditangkupkan di depan dada dan ia menarik napas panjang sambil menutup mata. Refleks, Helqi mengulurkan tangannya. Fla menatap telapak tangan Helqi yang terbuka dengan heran.

"Kalau grogi, bisa pegang." Helqi melarikan pandangannya ke pintu lurus-lurus. Terdengar dengus tawa pelan dari Fla.

"Makasih." Fla meraih tangan Helqi dan menurunkannya, tapi kemudian gadis itu melepaskannya menggantung di sisi tubuh Helqi. "Yuk. Masuk."

Helqi membuka pintu kamar dan segera saja kedatangan mereka menarik perhatian semua entitas yang ada di ruangan itu. Fla melangkah di sebelah Helqi dan tersenyum. Namun Helqi bisa merasakannya, senyuman itu hilang dalam sekejap. Bahkan Helqi pun kaget melihatnya. Andah sedang menggenggam tangan Haikal dengan erat sementara pemuda itu terbaring lemas di tempat tidur. Senyuman di wajah Haikal dan Andah cukup menjelaskan suasan saat itu.

"Fla. Kamu datang juga?" Haikal menyapa lemah.

Juga?


Way Back to YouWhere stories live. Discover now