IV

55 3 0
                                    

"Hai Andah."

"Haiii."

Lalu gadis itu berlalu begitu saja setelah membalas sapaan Fla, berjalan dengan cepat menuju kelasnya di IPA 4. Cita dan Wia, dua sahabat Fla, menatap Fla dengan heran. Enam bulan yang lalu, Fla memang ikut upacara adat bersama Andah untuk acara perpisahan anak kelas 3, dan saat itu pula mereka dekat satu sama lain. Tetapi semenjak mereka kembali ke habitat masing-masing, mereka pun jarang sekali bicara, bahkan menyapa pun jarang. Jadi adalah aneh kalau Fla tiba-tiba menyapa Andah hari ini.

"Tumben nyapa?" tanya Wia sambil memicingkan matanya curiga.

"Is nyapa crime?" Fla membalas.

"Engga juga sih. Cuma asa udah lama aja gitu kalian udah gak saling sapa," Wia mengangkat bahunya dengan cuek.

"Tahu, nih! Kamu merasa bersalah kan kemarin boncengan sama Haikal?" Cita menusuk pinggang Fla dengan telunjuknya.

"Ih? Tau dari mana aku balik bareng Haikal?" Fla mendengus.

"Maneh ngilang, sih! Jadi aku panik nyariin kan, mana si Fla. Si Yus cerita, kamu pulang sama anak IPA 1 yang tinggi banget, pake kacamata." Cita memanyunkan bibirnya.

"Uuuuu... siapa lagi kalau bukan Haikal!" Wia menimpali Cita. "Ati-ati, siah! Nanti kamu disangka perebut pacar orang!"

"Heh! Sumiati! Pertama, aku cuma diajakin pulang bareng sama dia karena dia mau curhat. Kedua, dia udah putus sama Andah. Ketiga, aku gak suka gitu ya, sama Haikal. Keempat, kemarin aku ketemu sama temennya Rey."

"Pertama," Cita membalas gaya bicara Fla, "poin keempat akan kita abaikan karena; gak relevan dengan yang akan dibahas. Kedua, yakin gak suka Haikal? Dia kan, tipe kamu banget! Kulitnya bersih, tinggi kurus, kacamata, pinter." Cita mengacungkan jarinya satu persatu setiap poin.

"Ganteng!" Wia menaikan jari jempol Cita sambil mengikik jail.

"Ganteng relatif!" Fla menurunkan lagi jempol Cita.

"Oke, ganteng relatif. Tapi gak ganteng itu absolut. Jadi poin lima Haikal itu engga gak ganteng!" Wia menaikan kembali jempol Cita.

"Jari urang sekalian aja jadiin sempoa."

"Heran, deh! Katanya jangan jadi perebut pacar orang, kok kalian malah manas-manasin sih?" Fla menurunkan tangan Cita sambil meminum air minumnya dan disimpannya di sebelahnya. Matanya menatap jauh ke arah anak-anak laki-laki sekelas mereka yang sedang main futsal. Karena guru olah raga perempuan hari ini tidak masuk, mereka jadi digabung dengan anak-anak laki-laki. Sementara para pria main futsal, anak-anak perempuan diperbolehkan main basket atau apa pun selama itu tidak makan di kantin dan keluyuran tidak jelas.

Anak-anak perempuan di IPS 4 memang sinting semua. Dari pada main basket, mereka lebih memilih untuk main petak umpet. Yang penting olah raga, kan? Petak umpet itu olah raga lari, dan Tita yang giliran jaga sedang mencari yang lain menuju kantin, sehingga beberapa yang sudah tertangkap duduk-duduk di selokan rendah depan kelas (iya, selokan!) di bawah pohon kersen sambil minum dan berteriak-teriak mendukung pemain futsal.

"Pertama, kita cuma memastikan kamu berada di jalan yang lurus dan kedua, katanya dia udah putuuuss?" sahut Wia sambil terus cekikikan.

"Hei Fla!"

Sebuah suara menghentikan obrolan mereka dan semua anak perempuan yang sedang duduk di sana menoleh ke arah suara. Haikal berjalan dari kelasnya sambil tersenyum lebar. Dia menghampiri dan tiba-tiba meraih botol minum di sebelah Fla dan meneguknya.

"Punya kamu kan?"

"Bukan. Punya Mang Ano," jawab Fla sambil tertawa. Mana ada minum dulu baru nanya itu botol punya siapa?

"Buset! Aku ciuman gak langsung ama Mang Ano dong!" Haikal tertawa lepas. Ia menggosok-gosok bibirnya sambil menaruh kembali minuman di samping Fla, tanpa dia sadari kalau gadis itu wajahnya mulai memerah. "Toilet dulu. Dah!"

Fla masih membeku di tempat ketika Haikal berlalu tanpa merasa salah ucap atau apa. Semua anak-anak perempuan sekelas Fla juga ikut terpana menyaksikan obrolan singkat yang membuat semua telinga dan pipi memerah.

"Jadi kalau dia ciuman gak langsung sama kamu gapapa gitu kali ya, Fla?" Cita nyeletuk di tengah keterpanaan dan langsung dicubitnya Cita dengan gemas.

"Kamu pedekate sama Haikal?" tiba-tiba Hanna yang duduk tak jauh di sebelahnya mendekat dan menatapnya dengan heran.

"Enggaklah! Dia kan pacaran sama Andah. Andah temen aku." Fla menggeleng keras, menyangkal dengan sepenuh hati karena dia tidak ingin disangka menjadi penyebab putusnya mereka dan anehnya dadanya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya.

"Mereka kan udah putus lumayan lama," sahut Hanna lagi.

"Hanna tau banget!" samber Cita.

Hanna tertawa sinis sambil mendekat, membuat beberapa teman mereka yang lain pun ikut mendekat. Gadis mungil itu melirik ke toilet di sebelah kelas mereka dan setelah dirasa aman, Hanna pun mulai ceritanya.

"Gosip ya!"

Suara Haikal kembali menyapa ketika Fla dan teman-temannya sudah merapat mendengarkan setengah jalan cerita Hanna. Fla mendongak ke atas dan Haikal tersenyum sambil mengacak-acak rambutnya sambil berlalu. Pemuda itu berjalan terus ke kelasnya tanpa menoleh lagi. Dan jantung Fla tiba-tiba berdentum-dentum seakan-akan ratusan kupu-kupu sedang berdisko.

Dih! Apaan, sih? He's my friend's boyfriend!

Well... ex-boyfriend.

Way Back to YouWhere stories live. Discover now