XXIV

22 0 0
                                    

Fla tertegun sejenak. Ia tidak tahu harus merespon apa. Juga. JUGA? Maksudnya dia JUGA ada di sini selain Andah? Seakan-akan kehadirannya di sini hanya sebuah toping tambahan. Hanya kondimen tak berarti sementara Andah ada di sana sebagai yang utama.

Tapi dia tidak bisa memikirkan kemarahannya. Wajah Haikal yang pucat dan tersenyum lemah jelas membuatnya lupa akan rasa sebalnya pada Andah. Sejak awal, dia di sini memang untuk ada untuk Haikal. Dia hanya ingin melihat Haikal yang selamat, bangung, sehat...

"Kal." Fla melangkah maju dan tiba-tiba Andah langsung melingkarkan tangannya ke lengan Fla dengan ramah namun terasa asing.

"Haia, Fla juga udah khawatir sama kamu. Dia juga ikut jagain kamu selama kamu koma," Andah tersenyum menatap Fla dan mendadak ia tidak bisa bicara. Apa, sih? Juga? JUGA? Si Nona Sibuk ini kan selalu sibuk di sekolah yang entah ngapain, ngaku-ngaku OSIS pula. Mana ada cerita dia ikutan menjaga Haikal dari pulang sekolah? Tidak bisa begini!

"Tunggu. Kal..." Fla sudah buka mulut untuk bicara tapi lagi-lagi ia menghentikan kalimatnya. Karena Haikal tiba-tiba mengulurkan tangannya. Fla tertegun. Hatinya berdebar kencang. Tapi jelas saja uluran tangan itu disambut Andah yang ada di sebelahnya.

"Makasih, ya Fla, kamu bikin Andah balik sama aku." Haikal tersenyum lemah.

Fla menarik napas diam-diam, menahan agar tidak menangis. Ia membalas senyum Haikal setulus mungkin sambil melihat ke seluruh ruangan, di mana semua anggota keluarga Haikal menatapnya dengan senyum, seakan-akan ia telah menjalankan sebuah misi dengan sukses. Memangnya apa yang dilakukannya sehingga Haikal bisa kembali sama Andah? Memangnya apa yang dikatakan Andah sampai Haikal berasumsi begitu?

Tetapi tentu saja pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan bisa terjawab. Tidak bisa juga ia menanyakannya. Yang paling penting sekarang hanyalah Haikal yang sudah siuman. Fla senang. Tapi juga sedih. Ternyata selama ini dia benar-benar hanya berhalusinasi. Kenangannya beberapa bulan ke belakang jadi seperti buih ombak, yang menghilang bersama surutnya ombak.

"Aku gak tahu lho, kamu kenal sama Helqi." Haikal tersenyum menatap Fla dengan senyuman senang.

"Baru kenalan..."

"Kan mereka jadi kenal karena kamu juga, Ay!" Andah menyambar.

"Oooh. Kaget ya pasti liat Helqi?" Haikal kembali bertanya pada Fla.

"Iya, waktu itu...."

"Iya kaget banget kalian identik ternyata! Rambutnya aja sampe sama gitu potongannya!" Andah tertawa-tawa manis sambil menutup mulutnya.

"Kayaknya kakak nanyanya Fla, deh! Bukan elu." Helqi nyeletuk. Seluruh ruangan jadi sunyi dan menatap Helqi dengan tatapan kaget. "Udah kan? Yuk, Fla! Kamu harus balik ke bimbel, kan?"

"Eh?" Fla kaget ketika tangannya digenggam oleh Helqi.

"Eh? Iya jadwal kamu sekarang?" Haikal membelalakan matanya. "Ayo sana, balik les!" Lalu dia nyengir lebar.

"Yuk!" Helqi segera menarik Fla yang masih berdiri seperti boneka rusak di sana. Ia pun segera melambai pada semua orang di ruangan dan mengikuti langkah Helqi keluar ruangan.

Mereka berjalan menelusuri lorong rumah sakit menuju lift. Helqi tidak bicara apa-apa, begitu juga Fla. Bahkan pemuda itu tidak melepaskan tangan Fla sedetik pun. Fla juga tidak punya kekuatan untuk menarik kembali tangannya. Ia masih syok dengan kejadian yang baru saja terjadi. Ketika pintu lift terbuka di lobby rumah sakit, Helqi menggusurnya jalan terus. Tapi langkah pemuda itu berhenti.

"La? Kamu kenapa?"

Sebuah suara membuat Fla mendongak. Ia baru sadar, tadi dia ke sini diantar Reyhan. Ia tidak menyangka Reyhan menungguinya. Tangan Helqi melepaskan tangan Fla.

"Re..." Fla menunduk dan menangis.


Way Back to YouWhere stories live. Discover now