XXXVII

2 0 0
                                    

"A.....!"

"Anjirlah! Gak mungkin!"

"Gimana bisa jadi gini, sih? Naha siga sinetron pisan hirup maneh (Kok kayak sinetron banget hidup kamu)?"

Fla mengunyah nasi dan sop ayam yang dikirim oleh ibunya bersama dua sahabatnya yang tidak tahu malu ini ke kamarnya sore itu. Fla menatap piring Cita dan Wia yang sama penuhnya dengan sop ayam dan nasi putih hangat.

"Kalian ngambil sendiri makanannya?" tanya Fla.

"Gak penting! Itu si Helqi kok bisa tiba-tiba konpesss??!" Cita mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya dengan mata melotot dan mulut sibuk mengunyah kentang.

"Ayamnya masih banyak gak di panci?" Fla melirik Wia yang juga sibuk mencacah daging ayam di atas piringnya.

"Kamu kan bucin jijik gitu waktu di rumah sakit, saingan ama si Andah! HAHAHAH!" Cita kini mengayun-ayunkan sendoknya sambil menertawakan Fla. Wia yang masih sibuk memotong-motong kerupuk mping ikutan tertawa walau pun wajahnya tidak lepas dari piringnya.

"INI AING LAGI SAKIT LOOOOHHHH! MALAH MAKANANNYA KALIAN JARAAAAHHH!!!" Fla merebut tupperware berisi kerupuk mping yang sedari tadi dijajah Wia seorang diri.

"MASIH! MASIH BANYAK! IBU KAMU BIKIN SATU PANCI PRESTO!" Wia merebut kembali tupperware dari Fla dan kondisi pun menjadi lebih hangat dan bersahabat.

"Rasanya apa, Fla? Naksir kakaknya malah ditaksir adeknya." Cita cekikikan sampai hampir menyemburkan nasi dari mulutnya.

"Mukanya sama, lagi!" Wia menimpali dan kedua orang itu tertawa-tawa histeris.

"Muka mereka beda, tau!" Fla menyeruput sopnya dengan hati-hati. "Helqi bulu matanya panjang, ada tahi lalat coklat tipis deket matanya, hampir gak keliatan kalau dia gak tutup mata. Kalau senyum cuma sepersekian detik, itu juga bibir kirinya doang yang naik... Apa?"

Fla terhenti karena menyadari Cita dan Wia menatapnya sambil cengengesan. Fla menggerakkan dagunya sambil menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Kayaknya kok udah dekeeeeeeeet banget ya, sampai mukanya aja jelas banget pengamatannya..." Cita mengunyah kerupuk mping dengan ribut sambil melirik Wia.

"Ampe tahu kalau merem pula. Kyaaaaa... abis ngapain yaaa merem-merem terus deket-deket mukanyaaa..." Wia senggol-senggolan siku dengan Cita sambil bibir mereka monyong-monyong dan membuat suara-suara cium berisik.

Fla menatap kedua sahabatnya dengan penuh penyesalan. Mulutnya yang salah, otaknya yang salah, kenapa malah dibiarkan mulutnya melantur ke sana ke mari? Di depan dua kuntilanak di hadapannya pula.

"Oh, betewe, Haikal nyariin kamu hari ini." Cita menyimpan sendoknya di atas piring yang kini sudah kosong bersih tanpa sisa. "Aku bingungnya, dia gak tau apa kemarin adiknya nyamperin ke sekolah?"

"Lha? Iya ya, ya!" Wia menutup mulutnya, seakan baru sadar. "Mereka gak deket atau gimana?"

"Jangankan elu, guweee juga kaget dengernya." Fla menyelesaikan makannya dengan kening berkerut. "Terus kalian bilang apa?"

"Kubilang kamu balikan sama Reyhan."

"NGACO SIAH!"

Lalu suasana kamar Fla pun segera riuh. Orang tidak akan mengira kalau di kamar itu terbaring seseorang yang sakit dan lemas karena demam. Cita yang paling kena tampol boneka-boneka Fla, sementara Wia segera mengamankan piring dan tupperware isi mping kesukaannya ke atas meja belajar Fla.

"Lho? Kirain sakit."

Suara seorang pemuda menghentikan pertengkaran tiga gadis liar tersebut.


Way Back to YouWhere stories live. Discover now