LIV

2 0 0
                                    

Fla sebal karena tiba-tiba ia teringat lagi kenangan-kenangan bersama Reyhan ketika mereka masih pacaran. Hanya karena satu kalimat itu; Kamu tinggal telepon, aku pasti datang. Pft! Kalimat yang selalu diucapkan Reyhan dan lama kelamaan ketika cintanya menipis kalimat itu menjadi beban terbesar di hidup Reyhan. 

Memangnya Fla akan lupa?

Hari itu di mana Reyhan sudah entah ke berapa kalinya menghindarinya. Jarang balas chat. Bahkan yang biasanya Reyhan selalu mengucapkan selamat pagi atau selamat tidur pun sudah sangat jarang. Entah kenapa Fla sangat khawatir. Entah kenapa ia merasa Reyhan mulai menjauh perlahan. Kencan-kencan itu kini memiliki alasan.

"Kamu khawatir sama Reyhan?" Cita terkekeh mendengar curhatan Fla. "Dia itu cinta mati sama kamu, Fla. Mana ada cowok yang rela belajar mati-matian demi dikasih mobil. Demi kamu!"

Wia juga ikutan terkekeh. Tetapi Fla tahu, ada yang berubah. Sepertinya sudah lama tangannya tidak bertepuk. Fla tahu, Reyhan itu cukup populer di sekolahnya. Apakah ada adik kelas yang menarik perhatiannya? Kemarin dulu Reyhan pernah ikutan Ilham menonton kompetisi basket antar sekolah, lengkap dengan tim cheerleader sekolahnya, tanpa Fla karena sedang sakit. Apakah saat itu Reyhan bertemu adik kelas cantik anggota cheerleader?

"Jangan dipikirin terlalu berlebihan, deh!" Wia menyadarkan Fla. "Dia sama kamu udah lima tahunan pacaran. Kamu pacar pertamanya, cinta pertamanya juga. Kenapa kamu masih khawatir, sih?"

Fla menghela nafas. Tidak ada yang bisa mengetahui apa rasanya ketika Reyhan berubah, karena hanya dirinya yang merasakannya. Dan pikiran itu terus merundung di atas kepalanya. Fla tidak tahan lagi. Akhirnya ia menelepon Reyhan, padahal jelas-jelas pagi itu Reyhan mengatakan ia akan sangat sibuk siang ini.

"Halo."

Fla berjengit. Nadanya dingin. Mana 'Halo Princess'nya? Atau 'Iya Laaa...' dengan nada yang manis dan meneduhkan hati itu?

"Kamu sibuk?" Fla menggigit bibirnya.

"Ya...."

"Aku mau ngomong." Fla memotong sebelum Reyhan memberikan alasan lain.

"Oke." Reyhan terdiam sejenak. "Aku jemput."

***

Fla tidak sanggup mengingatnya lagi. Sore itu Reyhan menghentikan mobilnya di komplek sepi sekitaran rumah Fla. Mereka terdiam sejenak sebelum semua kekesalan selama lima tahun itu tiba-tiba keluar dan pecah. Air mata mengucur deras sampai-sampai Fla takut pulang karena matanya yang bengkak. Melupakan harga dirinya, ia memohon pada Reyhan untuk tetap berada di sisinya, untuk tetap bertahan. Karena Fla bisa berubah kalau memang Reyhan menginginkannya. Tapi pemuda itu tetap teguh pada pendiriannya, ia ingin bebas. Fla hanya bisa melepaskan Reyhan yang terbang sendirian, bahagia bersama langit. Sementara dirinya terpuruk di atas tanah penuh lumpur, hampir tenggelam.

Dan ketika Reyhan duduk di sampingnya, menjatuhkan kepalanya di dekatnya, ia tidak bisa tahan lagi. Luka itu tiba-tiba terbuka dan Fla berusaha menghindari Reyhan. Mana bisa lukanya sembuh total kalau senjatanya selalu ada di dekatnya?

Way Back to Youحيث تعيش القصص. اكتشف الآن