XIV

24 0 0
                                    

"Hey!" Reyhan menghampiri Fla dan mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman.

Dengan kaku Fla menyambut tangan Reyhan dan mereka bersalaman cukup lama sampai Haikal berdeham dan keduanya segera melepaskan tangan.

"Kamu bimbel di sini?" Reyhan mengusap belakang kepalanya yang rambutnya sangat pendek. Fla tahu gerakan itu, itu adalah gerakan salah tingkah Reyhan kalau menemukan situasi yang di luar perkiraannya. Ah. Fla masih ingat kebiasaan Reyhan.

"Iya. Aku mah dari pertama juga bimbel di sini. Kamu baru masuk?"

"Iya, aku ikutan kelas intensif."

"ITB juga?"

"Semoga. Arsitek." Reyhan tersenyum lagi. Selama sepersekian detik pemuda itu melirik Haikal yang masih duduk di motornya sambil masih memeluk helmnya.

"Oh, iya kenalin... ini... Haikal..." Fla seakan baru ingat menunjuk Haikal di sebelahnya. Tidak usah kan, menyebutkan status Haikal? Teman atau pacara apa urusan Reyhan?

Keduanya bersalaman dan akhirnya Reyhan pamit masuk duluan. Fla berputar menghadapi Haikal dengan hati yang tidak karuan.

"Jadi itu dia... si mantan." Haikal menunduk dan berusaha melihat mata Fla.

"Yap. Reyhan. Atau Rere aku manggilnya..."

"Dan dia manggil kamu Flaris...?"

"Kadang Lala." Fla mengangkat bahu.

"Why?"

"You know... Rere, Lala... panggilan sayang."

"Ih norak, ya!" Haikal tertawa. "Lala... Lala..." 

"Ah! Kayak gak pernah manggil panggilan sayang aja!" Fla menusuk dada Haikal dengan sebal.

"Enggak ada!"

"Oppaaaa!"

"Ooohhh, jadi bete gara-gara itu yaaa?" Haikal menarik tangan Fla dan Fla tersentak. Kelepasan.

"Idih! Ngapain?" Fla menepis tangan Haikal.

"Itu becandaan hari itu aja, kok! Sekarang mana ada manggil-manggil gitu. Cuma gara-gara dia main idol-idolan." Haikal menangkap kembali tangan Fla. "Namanya juga aku ganti lagi jadi Fani aja seperti biasa."

"Iya percaya aja." Fla mendengus.

"Iiih, sini, deh! Sini liat!" Haikal mengeluarkan ponselnya dari saku dengan tangannya yang bebas. Fla mau tidak mau melihat layar ponsel yang ditunjukkan Haikal. Terakhir mereka bicara memang hari itu saja. Namanya juga sudah kembali menjadi Fani. "Udaaah, jangan ngambek."

"Enggak ngambek, Haikaaal!" Fla memalingkan wajahnya.

"Pulangnya aku jemput, ya!" Haikal memegang kepala Fla dan menatapnya dengan lembut.

"Enggak usah."

"Ih, udah clear masalahnya, ya! Kenapa masih nolak?" Haikal cemberut dibuat-buat.

"Aku pulang sore banget, Kal. Jam 6. Kamu mau ngapain selama itu?"

"Gampang. Gak usah dipikirin. Aku jemput kamu. Dadah!" Haikal melambaikan tangannya menyuruh Fla masuk.

Fla melambai sambil melangkah masuk dan menyapa Front Office yang sudah sangat akrab dengannya dan duduk di sana sebelum masuk kelas biasanya.

"Cie. Pacar?" Teh Nina salah satu FO menyapa sambil menggoda.

"Bukan, meureun." Fla tertawa. "Teh, Teh, kelas instensif dipisah kan kelasnya sama yang reguler?" Fla memelankan suaranya.

"Iya, kenapa?" Teh Nina mengunyah keripik pedas sambil terus mengetik di komputernya.

"Gak apa-apa. Baguslah! Hahah. Daaaah!"

Fla berdiri dari duduknya dan segera melangkah masuk ke ruang kelasnya yang biasa. Seharian dia tidak lagi memikirkan Reyhan yang ada di gedung yang saman dengannya. Dia hanya menikmati kelas seperti biasa, berkumpul dengan teman-temannya saat jam istirahat di kantin sambil makan mie instan dengan cabe rawit dan telor ceplok, kembali masuk kelas, menertawakan bahasan pengajar di kelas, lalu membereskan barang-barangnya.

Fla melangkah ke luar dan melihat Haikal sudah ada di teras rumah bimbelnya. Dia segera berdiri dan nyengir menyambutnya keluar.

"Kangen gak?" Haikal tersenyum sambil berjalan menuju motornya dan Fla mengikuti.

"Iya." Fla tertawa.

"Hari ini ada yang manggil Lala, gak?" Haikal nyengir jail.

"Gak sekelas! YAY!"

"Kalo aku yang manggil Lala?"

"Ogah!" Fla menaiki motor Haikal. "Jalan udaaah, jangan bawel, deh!"

Mereka tertawa-tawa sambil meluncur pergi, tak menyadari ada sepasang mata yang memerhatikan mereka pergi. Fla bahkan sudah melupakan sepasang mata itu sampai tiba-tiba ketika dia sudah sampai rumah dia mengecek ponselnya dan mendapati sebuah kejutan.

La. Nomorku masih disimpen?


Way Back to YouWhere stories live. Discover now