6. Cekalan di Basement

5.8K 1.2K 98
                                    

"Cantik!"

Tak perlu memalingkan wajah untuk tahu pemilik suara yang makin lama makin terdengar mendekat. Parkir basement mulai sepi. Sebagian besar pencari nafkah di gedung tengah ibukota ini telah kembali ke rumah masing-masing. Hanya beberapa yang tertinggal untuk jadwal tayangan malam dan dini hari. 

"Cantik!!!" seru pria berbusana kasual serba hitam dari belakang.

Tangan berkulit cerah itu langsung mencekal kasar lengan perempuan yang masih tak bisa membuatnya move on.

Berpacaran hampir 6 bulan dengan news anchor tercantik se-gedung ATV, Rais yang dilanda pergolakan batin antara harus memilih kisah cinta atau karir, masih saja mengintai Cantika. Hatinya tak bisa lepas dari Cantika. Sayang seribu sayang, keberuntungan seperti tak mau berpihak di sisi Rais. Cantika mengabarkan satu berita yang membuat keduanya memeluk sendu malam itu. Permasalahan keturunan yang diharapkan meneruskan kekuasaan Satya Maharaja, tak bisa diharapkan jika Cantika mengisi posisi menantu kesayangan. Kenekatan berlanjut pada pembuktian asal-asalan yang nyatanya justru menyakiti hati si perempuan itu sendiri.

Penuh kekuatan, Cantika mengibaskan lengan demi melepaskan diri. Baru kali ini, tak ada lagi senyum berlesung tampak dari wajah ayu si perempuan. Ia sedang menjadi dirinya sendiri. 

"Apa sih, berisik banget?!!"

Rais masa bodoh. Meski ditolak, jemarinya masih terus menggandeng Cantika berjalan menuju mobil Rais.

Cantika melawan sekali hentak. Kedua lengannya bersidekap.

"Ayo pulang! Kita harus ngomong sesuatu!"

"Pulang? Kemana? Masalah kita udah selesai kali, Is. Lo nggak takut diikutin mata-mata bokap lo?"

"Persetan!!"

Rais meremas rambutnya kasar. Raut pewaris satu-satunya Maharaja Hotel tampak kacau sejak pertemuan dimana Cantika melemparinya sepatu. Otak pria ini carut-marut. Tuntutan menyerangnya dari sana-sini. Ia diharapkan mampu membereskan segala hal yang dibebankan padanya.

"Gue nggak mau! Gue bawa mobil!"

"Ayo!!!"

Belum sempat Cantika mengelak untuk ketiga kalinya, lengan besar nan kasar seseorang mencekal erat tangan Rais. Membebaskan Cantika yang tertawan.

"Maaf, Mas. Ada perlu apa, ya, sama Cantik?"

"Siapa lo?!!"

"Saya saudara laki-lakinya. Ada masalah? Saya kenal baik adiknya, orang tuanya, saudara kembarnya, Anda mau titip salam?"

Cantika terdiam di balik punggung lebar pria yang hampir sepenuhnya menutupi tubuh langsing si perempuan di depan Rais. Rais mendesah kecewa. Lengannya tertahan oleh pria berambut gondrong yang tak membiarkannya maju seinchi pun. Ada geram tertahan di sorot mata itu. Remangnya basement tak sanggup menyembunyikan aura dingin di antara kedua pria yang sama-sama tak mau menggeser posisinya.

"Awas lo! Urusan kita belum selesai!!"

"Maka, selesaikan urusan Anda sama saya."

---------

"Kayaknya lo nggak aman sih ya kalau harus nyetir sendirian? Gue anterin sampai rumah mau?"

Cantika terbahak canggung.

Sulit sekali menghilangkan perasaan aneh yang tiba-tiba mampir di hatinya. Melihat seorang pria tinggi tegap sedang membelanya, emosi primitif Cantika kembali menyentil. Harusnya, ia tak perlu bersikap seperti ini. Athar Pahlevi bukan tipe pria idaman Cantika. Rambut gondrong yang kini awut-awutan tak terikat. Baju kasual tidak rapi. Sepatu kuning yang kini telah berubah sandal jepit lagi? Astaga. Cantika ingin menoyor kepalanya sendiri. 

Menjadi ahli kamuflase, Cantika mengibaskan tangan mengusir, demi menyembunyikan reaksi aneh yang saling berebut tempat di kepala. 

"Klasik banget lo, Thar. Nggak perlu!"

Si pria justru mengernyit tak mengerti. Baginya, Kak Cantik sekarang aneh sekali. Wajahnya tak menunjukkan kenyamanan.

"Apanya yang klasik?"

Mantan perawan yang memiliki track record pacaran 10 kali menepuk dahinya sendiri. Ia sadar jika isi pikiran mulai membayangkan terlalu jauh. 

"Astaga! Nggak papa. Gue bawa mobil kok."

"Gue ikutin dari belakang sampai BSD. Nggak usah lewat tol berarti ya? Karena gue bawa motor."

Hujan, macet, dan jalur non tol.

Meski perjalanan akan memakan waktu lebih lama, Cantika menyetujui kesepakatan di basement gedung 15 lantai itu. Menerima tawaran perlindungan dari seorang teman adik yang mengaku sebagai saudara baru saja. 

-------------

Segini dulu 🤣🤣🤣
Jangan lupa absen VOTE sama komen bunga2nya. 🌷🌷🌷

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik Sajaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن