21. Kepala Basarnas, Menteri ESDM, Menkes dan Youtuber

4.3K 959 105
                                    

"Hai," sapa Cantika.

Pemilik Panti Asuhan Sayang Bunda ini menemukan sebuah garasi besar yang muat untuk 4 mobil di rumah Bapak Menteri. Ada sebuah Mercy hitam yang semalam Cantika naiki, terparkir paralel di belakang Fortuner hitam. Sedangkan di halaman, sebuah Yaris warna grey metallic terparkir dalam kondisi sedang dipanaskan mesinnya oleh seorang berseragam sopir. 

Sedangkan di dalam sisi garasi yang masih lapang, digunakan untuk membongkar motor. Berikut lemari setinggi 3 meter sedang terbuka. Tempat menyimpan perkakas yang isinya telah kosong.

"Kalian bisa otak-atik motor?" imbuhnya pada dua anak kecil berlumur oli hitam dimana-mana.

"Bisaa!!!" jawab mereka serempak. Tidak ingin disepelekan oleh seorang wanita cantik sepertinya.

"Iya. Bisa banget ngacak-acaknya!" ketus Pahlevi dalam tawa mengejek.

Dua saudara terkecil memberengut. Tidak rela mendapat sindiran dari kakak tertua. Mengganggap kalimat Pahlevi bagai angin lalu, mereka tetap saja tidak beralih dari medan perbengkelan dadakan.

Cantika bangkit kembali dari bangku kecil yang berada di tepi garasi.

"Bentar, Kakak ambilin tisu dulu! Cemang-cemong kalian."

Bukan untuk membersihkan noda kehitaman di wajah Pahlevi. Cantika menemukan tisu di meja makan dan membawanya keluar, hanya untuk digunakan pada dua adik di bawah umur yang belum bisa memperhatikan penampilan sendiri. Ia tidak mungkin memangsakan diri pada penyamun raksasa di sebelah. Penuh lembut, Cantika membersihkan wajah Syam, si anak SD dan Daffa, anak SMP yang tengah sibuk mengamati entah mesin macam apa. Memulas rangka besi tersebut dari kotoran mesin yang menempel, menggunakan kuas.

Pahlevi terhanyut.

Sebelum setan semakin gerilya menggoda, susah payah ia menundukkan kepala. Memandang bongkaran motor rasanya lebih aman bagi kesehatan hatinya dibandingkan adegan seorang wanita dewasa yang tampak tulus menyayangi adik-adik kecil di hadapan.

"Kak Cantik, nanti kalau Syam besar, mau punya pacar seperti Kak Cantik."

"Huss!!" Pahlevi reflek menutup mulut Syam. Pipi yang tadi bersih, kini ternoda kembali.

Cantika tersenyum manis. Syam yang masih kelas 2 SD saja, turut terpesona pada kebaikan tamu tak diundang. Pahlevi geleng-geleng. Dapat darimana kata pacaran di mulut anak ini. Pahlevi baru menggaruk pelipis, begitu sadar. Merasa bersalah. Dirinya dan Sarah dulu berpacaran. Rasanya, mereka telah memberi contoh salah besar pada adik-adik polos di rumahnya. Beruntung, Andra dan Anneke menjalani sesi ta'aruf. Setidaknya, memperbaiki pola didik dari kakak ke adik yang telah Pahlevi coreng lebih dulu.

"Boleh."

"Kata Mas Levi, Kak Cantik reporter ya? Pernah liputan berita di tempat banjir atau tanah longsor nggak?"

Daffa memotong. Anak nomor 6 ini sangat penasaran pada profesi kakak tamu yang tiba-tiba saja sudah memanggil Cantika menggunakan sapaan kekeluargaan. Padahal, tadi malam Cantika mengenalkan diri sebagai Tika. Jelas, pasti gara-gara si Bocah Sulung Bebal. Pahlevi sendiri yang ingin keluarganya memanggil sang tamu dengan sebutan Cantik.

"Dulu, sering. Kalau ada bencana, kami dikirim ke sana."

"Erupsi gunung berapi juga ya? Tsunami?"

"Yang tsunami Banten dulu Kak Cantik ke sana. Eh, kamu udah lahir belum ya?"

"Belum," potong Pahlevi.

"Erupsi gunung Merapi di Jogja tahu?"

"Wow!!! Tahu dong!! Yang Banten, Daffa lihat videonya."

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now