8. Anak Menteri

5.8K 1.1K 51
                                    

Absen vote like dulu yuks. Biar Mak semangat update dimari...

-------------🌸🌸🌸

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

-------------
🌸🌸🌸

"Bude udah telepon Bulik kamu, kalau kamu lusa mau nginap di sana."

"Iya. Mami juga lebih tenang kamu nginap sana aja."

Si Kaki Besar makin lunglai di tempat. Segagah-gagahnya cowok yang menurut dirinya sendiri, segarang Jason Momoa, tetaplah takluk bagai anak kucing di hadapan perempuan yang melahirkannya 33 tahun silam.

Belum termasuk, jika bala kurawa Mami-Bude Retno- ikut melemparkan gas elpijinya.

Keluarga Pakde Setyo dan Muchtar Diningrat adalah dua gerombol keturunan almarhum Eyang Diningrat asal Jogja, yang terdampar di Bandung sejak sebelum menikah. Terdapat satu lagi keluarga yang masih awet menetap di Jogja. Om Erwin Diningrat.

Dari 3 anak Eyang, hanya Bapak Muchtar yang berhasil mencetak rekor penerus terbanyak. Lainnya, sekadar mengikuti program dua anak cukup.

Hanya Bapak Menteri juga, yang mengurung anak-anak lelakinya untuk tetap bersekolah di Indonesia, selagi para sepupu telah melanglang buana mencari ilmu hingga ke belahan dunia lain. Menyakini bahwa pendidikan di Indonesia nggak kalah bagus. Pikirnya, sekelas lulusan Universitas Padjajaran saja bisa menjadi menteri.

Satu tambahan pertimbangan Bapak Menteri. Kasihan kalau Mama Didi nanti kesepian. Mantan mojang Bandung yang telah tersinkronisasi dengan kebiasaan dan budaya Jawa tulen Bapak Menteri, tak bisa ditinggal sendirian. Seramai-ramainya hidup di tengah hiruk-pikuk Paris Van Java. Padahal lagi, sebagai Ibu Pejabat berlanjut Menteri, rasanya agenda juga tidak ada habis-habisnya. Jadilah, ujung-ujungnya Bude Retno lagi yang harus berubah menjadi ibu bayangan 7 anak lelaki, yang tak ada bedanya dengan Mama Didi. Sama galak dan tak bisa dilawan.

"Nggak perlu. Levi nggak mau merepotkan. Levi bisa cari hotel aja, Bude."

Sudah tahu tidak bisa dilawan, Levi masih mengharap secercah harapan dari tatapan memelasnya.

Kening Mami Didi mengkerut. Ancaman tersirat yang langsung Pahlevi pahami. Terbukti, dari melengkungnya kurva bibir Pahlevi ke bawah.

"Nurut sama Budemu. Mami pusing mikirin pesta Andra. Adik mau nikah kok malah masnya cerai. Kamu, apa sih yang bisa ditiru?"

Pria yang sembari mengunyah apel kupas di meja makan jati berlapis kaca tebal, menampilkan deretan gigi putihnya. Kalau sedang tertawa begini, Pahlevi bukan mirip Jason Momoa lagi. Bisa jadi hanya badannya saja karena senyum itu sebelas dua belas sama punyanya Daniel Henney.

"Banyak, Mi. Pintarnya, baiknya, penyayangnya, gantengnya?"

Hampir saja apel di mulut menyembur.

Bude Retno menepuk punggung Pahlevi seolah sedang melakukan penyelamatan pasien tersedak. Sakit. Panas. Pasti nanti merah. Tangan Bude kan jempol semua. Memang, Bude satu ini sepertinya tidak punya pekerjaan jika Pakde sudah berangkat kantor. Menghabiskan sesiangan main di Dago alih-alih mengurus rumahnya sendiri. Mengasuh anak orang lantaran stok anak sendiri tidak ada. Yang satu terbang ke London, satu lagi ke Turki. Beruntung, anak asuhan di Dago juga sedang masuk waktu sekolah, sehingga Bude dan Mami bisa merelaksasikan urat sementara. Pun Pahlevi dapat menikmati apelnya tanpa teriakan bocah-bocah urutan nomor 5 sampai 7.

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik SajaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ