34. Rumah Duka

4.5K 868 35
                                    

Cantika kehilangan arah. Ia sibuk menentukan pilihan antara ingin menyuarakan pendapatnya secara perlahan seperti sebelum-sebelumnya, atau justru berteriak agar setidaknya Rais memberi atensi pada keluh-kesahnya.

Bukan ingin melawan suami. 

Di lubuk hati terdalam, Cantika meraung-raung ingin enyah dari kepasrahan berbalut bakti pada suami.

Selama ini, ia diam. Menahan kemelut di dada yang siap dimuntahkan kapan saja.

Lagi, lagi, dan lagi.

Kepalanya hanya bisa ia tundukkan di atas lembutnya sajadah. Meletakkan ratusan permasalahan dalam rumah tangga barunya. Meredam gejolak yang berlomba-lomba di kepala. Arah mana yang seharusnya Cantika tempuh?

Baru?

Cantika tertawa miris dalam tetesan air mata yang menyertai doa di Subuhnya yang sendiri.

Rumah tangga mereka memang baru seumur jagung. Lelaki yang kini terlelap masih mengenakan pakaian mabuknya semalam, awet terlena dalam mimpi yang sempurna. Permasalahan jodoh, tahta, urusan pekerjaan, juga hati.

Tinggal balasan cinta, yang belum Rais dapat sepenuhnya, dari Cantika. Si belahan jiwa, yang merasa hanya menjalani pernikahan 'sendirian.'

Suara pesan masuk di ponsel Rais menginterupsi.

Wanita itu sekilas membaca pop up pesan pada benda pipih yang berpendar di atas nakas, sebelah tempatnya beribadah.

[Pak Drajat Ebrar meninggal dunia, Pak. Pemakaman pukul 1 siang. Jadwal bersama Pak Magnus saya geser untuk besok pagi 08.00].

Mata lentik Cantika membola. Orang tua Sarah? Ditambah dua pesan baru sebelumnya, yang kemudian mengintip. Menggelitik rasa penasaran Cantika.

[Ada dapat rekomendasi Obgyn baru di Kyoto, Pak. Mohon konfirmasinya untuk saya jadwalkan Bapak dan Ibu].

[Bapak Levi kemarin berkunjung ke BSD. Berlanjut pertemuan tertutup bersama Bapak Jatmiko di Geez Resto].

Pahlevi masih memiliki urusan apa bersama Papa sang mantan Ratu Sejagad? Jika selain membahas pasien yang nyatanya berbeda genre, tak ada lagi yang bisa Cantika tebak tentang niat pertemuan keduanya.

Perempuan itu pikir, dengan terputusnya komunikasi mereka, juga telah memutus hubungan Pahlevi bersama keluarganya.

Cantika tidak tahu. Ada satu ikatan bernama sejawat yang pernah hampir menjadi menantu, masih mengikat keduanya. Pun sahabat Pahlevi adalah menantu kesayangan Bapak Sudjatmiko.

------

"Foto-foto ini—"

Pahlevi menerima seamplop simpanan foto yang bahkan berhasil membuatnya tak melanjutkan kata-katanya. Ia masih saja kaget meski telah tahu sebelumnya fakta yang terjadi. Terpaku pada tempatnya menemui Om Sudjatmiko di Geez Resto, BSD. 

Ia bangun dari duduk untuk memanggil kesadaran. Menyugar rambut panjangnya sebentar. Meraup wajah frustasi.

"Orang suruhan Om kehabisan cara. Kata Baron, kamu bisa bantu menemukan dalang yang meneror anak Om seperti ini?"

Tak perlu ada campur tangan kaum hawa terlibat dalam perseturuan dalam diam keluarga Sudjatmiko. Mereka akan bertindak semulus dan sehening mungkin.

"Rais, Om?"

Bapak Sudjatmiko membuang wajah. Sejatinya, seorang menantu diperlakukan layaknya anak sendiri. Entah mengapa, hingga detik ini, dokter kenamaan di RSUP Samanhudi itu juga belum bisa menaruh percaya pada Maharaja Rais. Semudah Rais mengucap jika masalah ini telah tuntas tanpa sisa, namun tak ada kelegaan yang merasuk di hati orang tua Cantika.

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now