35. Dua Lelaki Pilihan

4.1K 868 40
                                    

"Gue tahu tentang foto-foto itu."

Sarah memberi tempat khusus keduanya berbicara di balkon kamar mantan istri Pahlevi tersebut. Ini satu usaha, yang siapa tahu, bisa membayar hutang budi Sarah selama ini pada Pahlevi.

Pria sangar yang nyatanya berhati Hello Kitty. Semarah-marah Pahlevi, ia pendam sendiri. Tidak pernah melampiaskannya setitikpun pada si pembuat onar. Sampai-sampai Sarah kebingungan sendiri. Ia samar merasakan cinta Pahlevi. Apakah pria itu benar mencintainya atau hanya sekadar kasihan. Sayang sebagai teman serumah atau jatuh hati sebagai pasangan suami istri, Sarah tak pernah bisa membedakan rasa itu dari Pahlevi. Separah, perempuan itu mengaku telah mencintai pria lain pun, Pahlevi hanya memendamnya sendirian.

"Untuk apa melanjutkan perjalanan sama-sama, kalau tujuan dan rutenya berbeda."

Pahlevi mendiamkan keputusan Sarah kala itu. Pria yang baru mulai memanjangkan rambutnya sejak biduk rumah tangga mulai hancur itu, baru angkat bicara setelah bertahun-tahun menahan amarah tak tersampaikan.

-------

"Lantas?! Bukan urusan lo, kan?!"

Cantika menggertak Pahlevi. Untuk apa lelaki ini ikut campur lagi.

"Urusan gue, kalau ternyata foto-foto itu yang bikin lo nggak berkutik dan harus terima sama pernikahan ini."

"Terlanjur! Lo bahkan nggak bisa putar ulang lagi kalau ternyata kebenaran terungkap."

Wajah Cantika merah padam. Ia menahan genangan kesakitan agar tak perlu meluncur dan menampakkan kelemahan di depan Pahlevi. Cantika memalingkan wajahnya menatap taman kecil dengan beberapa bambu cina tertanam di ujung.

"Tik, lihat!"

Pahlevi memindah posisi ke hadapan Cantika. Cantika masih berusaha melengos, namun pria itu menahan tas yang Cantika sedang genggam. Mendengar pria ini mulai berulah, Cantika melempar tas yang ia pegang untuk dipukulkan pada Pahlevi. Bagai menangkap bulu terbang di udara, semudah itu Pahlevi menahan serangan Cantika.

"Bisa nggak, lo sopan sedikit sama istri orang?!"

"Bisa. Kalau lo mau kerjasama sama gue. Kalau lo ngangguk mau gue bantu. Gue harap pikiran lo bisa sejernih waktu kita awal ketemu."

"Maksud lo gue udah nggak waras?!"

"Lo cuek. Lo pasrah. Lo menyerah! Itu yang gue tangkap."

Cantika ketahuan. Ia memang telah berpasrah pada Allah semata. Kebimbangan hanya akan membuatnya makin gila. Ia takut menjadi perempuan depresi yang bahkan tidak berhasil menyelamatkan diri. Ia hanya ingin hidup tenang di tengah ombak tajam yang menyerbu setiap sisi bahtera.

Cantika berhasil meloloskan wajahnya. Ia melengos membelakangi Pahlevi. Air mata akhirnya lolos. Cantika juga mau terlepas dari semua ini. Tapi, bagaimana? Apa ini sebuah kebenaran jika dia dekat-dekat dan lebih percaya pria lain ketimbang suami sendiri?

"Terserah! Lakukan sesuka lo. Gue pulang!"

Perempuan itu pergi sembari meletakkan banyak harapan di pundak orang lain, yang barusan mengikrarkan diri akan menjadi penyelamatnya.

Semoga, Pahlevi mampu.

-------

Keluarga Maharaja Rais tersisa dari pihak ibu sambung yang tercatat sebagai ibu kandung di Kartu Keluarga adalah Om Rafael bersama Tante Tiurma, diikuti Tante Sasa dan suaminya, Om Pandu sebagai pasangan kedua, juga Om Redi sebagai adik terkecil nomor 4. Satya Maharaja sendiri adalah anak tunggal. Menurun pada Rais yang tidak memiliki saudara kandung satupun.

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang