10. Konser Bujangga

5.6K 1.1K 45
                                    

Berkenalan. 
Memberi kesan mendalam dari kelakuan yang tidak bisa diatur saat acara live.
Minum kopi dan boba bersama sesorean.
Menyelamatkan Cantika dari Rais.
Mengantar pulang ke BSD.
Bertemu Papa.
Mengantar pulang dari rumah sakit, tahu lokasi hotel tempat tinggal, menggenggam rahasia Cantika dirawat, lantas ...

"Nggak nggak nggak!"

Cantika tak bisa membayangkan urutan fase klasik pendekatan lelaki pada wanita, yang sedang terjadi dalam hidupnya belakangan ini. Sungguh ini alur versi cepat yang tak terduga. 

Pengalaman mengajarinya banyak hal. 

Setelah ini, Athar Pahlevi pasti akan rajin mengapel, jalan-jalan keliling Jogja, lalu mengajaknya menjalin hubungan lebih dekat. Apalagi, pria itu telah berpisah dari istri. Sarah sudah memiliki Jodi. 

Cantika menggeleng-gelengkan kepala.

Otak cerdasnya menyusun skenario baru, melawan yang telah ditetapkan. Ia tak ingin lagi terlibat dalam lingkaran merah jambu yang menjerat. Terombang-ambing di dalam. Susah keluar dari pusaran. Namun tak pernah berujung layaknya indah impian. 

Dalam dua menit berjalan sebelum Pahlevi keluar dari kamar rawat, perempuan itu bangkit dan menggeret kopernya ke lift. 

Ia harus melarikan diri sekarang.

----------

"Sakit lo, Kak? Kenapa dirahasiain?"

Cantika mengumpat dalam hati di sore ia duduk di bangku besi trotoar Malioboro.

Menikmati boba matcha green tea. Mengamati ekspresi sukacita orang lalu-lalang, sembari menenteng kantong plastik di lengan kanan-kiri. Menghirup aroma tanah basah Jogjakarta dalam-dalam. 

Kesukaannya.

Suatu saat, mantan Ratu Sejagat itu pernah membayangkan punya kekuatan mengheningkan bising dan detak waktu dalam sekali menjentikkan jari. Hingga semua berhenti. Atau, tiba-tiba ia diberi mukjizat bisa membaca pikiran orang. Penasaran, bagaimana manusia lain menjalani hidup mereka. 

Wajah tenang itu menghilang.

Suasana yang paling ia nikmati 1 jam terakhir, berubah menyebalkan. 

Seharusnya, ini jadi perpisahan indahnya pada Jogja. Target mengumpulkan 10 tema berita dalam seminggu, tumpah menjadi 13 judul. Besok terakhir, lalu ia bisa pulang ke Jakarta.

Kesal. Sekarang, pemberitaan tentang dirinya yang masuk rumah sakit justru telah sampai ke benua kulit hitam, alih-alih keluarga di BSD.  

"Hebat ya, temen lo. Selain ngeselin, ternyata ember juga."

"Juga Kang Ikut Campur. Nggak bisa diem doi, kalo lihat orang butuh. Nggak direpotin kan lo, Kak?" Calon adik ipar di seberang sambungan terbahak. "Sakit apa sih? Nggak parah kan?" candanya.

"Seenaknya kalau ngomong!" balas Cantika berpura-pura marah. "I am totally fine, Bar. Tumben telepon?"

"Bantuin gue cari gedung, Kak."

Lesung simetris Cantika kembali. Punggung yang tadi sempat lunglai kembali tegak. Ia paling bahagia mengurus pernikahan kerabat. Dan kali ini, sungguh kehormatan besar, segala urusan pernikahan adiknya, berada dalam genggaman. Cantika boleh memberi saran apapun untuk acara ini. Privilege karena telah sukarela dilangkahi menikah oleh sang adik. 

Sukarela?

Suka sih iya. Rela? Cantika ingin menikah juga, tapi terlewat tak mungkin. Namun, apapun untuk kebahagiaan keluarga, Cantika akan mengerahkan segala daya. Termasuk, mengurus pelaminan yang melangkahinya. 

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now