Chapter 24. Aku tidak mengerti.

1.2K 94 10
                                    

Lautan darah, itulah sejauh mata memandang. Mayat-mayat berkumpul layaknya gunung yang menjulang tinggi, teriakan, tangisan, permohonan, penderitaan. Itu semua bisa di dengar dengan jelas.

Satu wanita yang kepalanya tertunduk dengan nafas terengah engah. Memiliki banyak luka dengan darah di setiap tubunya. Pedang yang di pegangnya dia jadikan sebagai tumpuan agar tubuhnya tetap seimbang.

"Hah ... Hah ... Hah ..."

'kaa-sama ... Sepertinya, aku akan segera menemui mu ...

Leston Nii-sama, semoga kau baik-baik saja.'

Dalam keheningan, sosok itu seperti menitikkan air mata dari ke dua pipinya.

"Seperti yang di harapkan dari seorang Chaos Creator. Kau memang menurunkan kekuatan langsung dari Ayahmu, Rimuru!"

Tidak memperdulikan apa yang musuhnya bicarakan, dan masih menangis dalam diam dengan beberapa penyesalan.

Giginya gemeletuk, matanya sudah berkaca-kaca, seluruh tubuhnya gemetar hebat.

'maafkan Nee-san, Veldanava ... Nee-san tidak bisa berjanji untuk kembali bersamamu. Aku berharap kau menjaga dan mendidik Velzard dengan benar.'

Dia sudah tidak memiliki kekuatan yang tersisa lagi di dalam tubuhnya. Entah sudah berapa lama Rimuru bertarung melawan para dewa pemberontak itu. 1 hari ? 1 Minggu ? 1 bulan ? 1 tahun ? Dia tidak bisa memastikan itu dengan jelas.

Satu-satunya penyesalan pada dirinya adalah, dia tidak bisa melihat adiknya sendiri yang akan menetas. Apakah mereka baik-baik saja tanpa dirinya? Apakah Veldanava bisa menjaga adiknya, dan berkelana di alam semesta yang entah berantah. Tapi tidak apa-apa bukan? –Pikirnya.

Veldanava memiliki sesuatu yang spesial dari lahir, Yaitu tubuh kaisar surgawi. Dia memiliki pertahanan fisik yang sangat sulit untuk di tembus, bahkan ayahnya juga menginginkan kekuatan itu dalam diam. Jika pemberontakan ini tidak terjadi dan hari masih damai. Mungkin tubuh kaisar yang di miliki Veldanava akan benar-benar di curi oleh ayahnya.

Itu lah penyesalan yang ada pada dirinya sekarang, dia ingin segera menyusul Veldanava dan menjaga nya kembali. Tapi kenyataan berkata sebaliknya. Dia tidak pernah mengharapkan bahwa pertarugan ini akan memakan sekali banyak waktu.

Kepalanya perlahan dia angkat, menatap kembali kepada semua musuh yang masih ada. Mata emas nya bercahaya dengan dingin, tidak ada sedikit pun emosi dalam kedalaman matanya. Hingga dia menemukan seseorang yang di kenalnya.

Wajahnya yang tadi dingin, kini menatap mereka dengan terkejut. Mata emasnya melebar dengan tangan gemetar, tubuhnya gemetar hebat.

Bagaimana dia tidak mengenal mereka? Mereka berdua adalah kakak ke 2 dan juga kakak ke 3 Rimuru.

Dengan jutaan pasukan di belakangnya, Kakak perempuan yang bernama Marinda tersenyum manis ke arah Rimuru.

"Adik, apa kau masih belum menyerah juga?"

Tidak bisa berkata-kata, Mata Rimuru kosong. Tubuhnya semakin gemetar hebat, nafasnya berat, keringat dingin mengalir dari kepalanya dengan deras. Dengan gemetar, mulutnya perlahan terbuka.

"Ka-kalian ..."

Sirius atau bisa di sebut kakak ketiganya, melemparkan sesuatu kepada Rimuru. Ada bercak darah di arah kain itu.

Tensura : Rimuru Is a Girl |Rimuru Tempest|Where stories live. Discover now