Bab 1 || Gramedia

59 23 18
                                    

Sinar mentari mulai menari melukis warna langit, menyibak gelaapnya malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sinar mentari mulai menari melukis warna langit, menyibak gelaapnya malam. Udara sejuk menyertai embun di atas  rumput dan daun di pagi hari. 

Sejak lima menit yang lalu, seorang perempuan tengah mematut diri di depan cermin. Merapikan kerudung pasmina, lalu menempelkan sebuah bros pita kecil di bagian pundak kanan. Tak ada polesan make up di wajah ayunya, hanya polesan bedak bayi tipis andalannya.

Hari ini ia sudah memiliki janji dengan Kanaya, temannya untuk menemaninya ke sebuah Mall untuk mencari buku. Kanaya atau lebih akrab disapa Naya itu akan menjemput ke rumah. Mungkin sekitar pukul sepuluh akan sampai.

Suara pintu diketuk terdengar, dengan segera perempuan bernama Afiqa itu melangkah mendekati pintu kayu cokelat, lantas memutar gagangnya dan tampillah seorang wanita cantik yang dipanggilnya Ibu.

"Ada Nak Naya di ruang tamu, cepat temui, ya?" ucapnya yang dibalas anggukan dari Afiqa.

"Baik, Bu. Aku ambil tas dulu." Setelah melihat sang ibu menuruni anak tangga, ia bergegas mengambil tas selempang serta ponsel di atas meja belajar. Kaki yang beralas sandal rumahan terayun menuruni anak tangga sampai ruang tamu di lantai dasar.

Di sudut sofa, seorang perempuan berkerudung pasmina merah muda tengah asyik memakan kue kering dalam toples. Di atas meja tepat di depan Naya, terdapat dua toples kue kering, satu piring bolu pandan, dan satu gelas jus jeruk.

Sepertinya Naya belum menyadari kehadirannya, karena hingga sepuluh detik berlalu, Naya masih sibuk mengunyah kue sembari menatap layar ponsel.

Afiqa berdehem untuk menarik perhatian temannya dan ya, hal tersebut mampu membuat kepala Naya mendongak.

"Eh? Fiqa ...." Nampak riak terkejut dari wajah Naya, perempuan itu lantas beranjak dari duduknya.

"Lanjutin aja dulu makannya," titah Afiqa sambil mendudukan diri di sofa. Naya kembali duduk dan melanjutkan acara makan kue bolu yang tersisa satu potong lagi.

Meneguk jus jeruk yang hanya tersisa setengah hingga tandas, Naya menoleh sejenak pada Afiqa sambil mengatakan jika ia sudah selesai. Naya bangkit terlebih dahulu seraya mengambil gelas bekas minum disusul Afiqa yang membawa piring bekas kue bolu menuju dapur.

Setelah mencuci dua benda tersebut, keduanya berpamitan pada ibu Afiqa yang sedang membereskan barang untuk dibawa ke toko.

Afiqa meraih sepasang sepatu snakers putih. Melangkah menghampiri Naya yang sedang mengikat tali sepatu sebelas kanan sambil bernyanyi.

"Selama ini ribuan hari kudekat dengamu. Lewati berbagai hal ku ada di sisimu. Tanpa kau tau perasaanku padamu." Sepatu sebelah kiri sudah masuk dan sedang diikat talinya. "Sendiri kuberharap memberi kasih ...."

Unjuk Rasa ✔️Where stories live. Discover now