Bab 7 || Tertunda

34 17 7
                                    

Seperti rencananya kemarin, Akmal akan memulai acara PDKT pada si Bidadari hati dengan cara mendatangi kelasnya sebelum bel tanda pelajaran dimulai berbunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti rencananya kemarin, Akmal akan memulai acara PDKT pada si Bidadari hati dengan cara mendatangi kelasnya sebelum bel tanda pelajaran dimulai berbunyi.

"Dimakan." Sang mama meletakkan piring berisi nasi dan ayam kecap di hadapan putranya.

Akmal tersenyum manis menatap sang mama yang berdiri di sampingnya, lalu beralih menatap piring di depannya dan langsung menyantap makanan favoritnya dengan semangat.

Seperti yang ia katakan kemarin, tepatnya saat dihukum oleh Bu Wiwi sebab telat masuk kelas, pemuda itu benar-benar sarapan di rumah terlebih dahulu guna mengantisipasi kejadian kemarin. Terlebih hari ini ia memiliki niat untuk mengunjungi Afiqa sebelum memulai kegiatan belajar agar lebih bersemangat.

"Ma, do'ain aku, ya." Pemuda yang baru saja menyelesaikan kegiatan makannya itu berjalan menghampiri mamanya yang masih duduk menikmati sarapan. Akmal memeluk singkat sang mama dari samping.

"Mau ujian?" tanya Mama karena tak biasanya Akmal meminta seperti itu dan tanpa putranya minta pun, ia selalu mendo'akan yang terbaik untuk putranya.

"Iya." Jawaban pemuda itu mengundang raut tanya dari mamanya. "Ujian mau PDKT sama Bidadari hati, Ma," lanjutnya memperjelas maksud. Dari penjelasan itu Akmal mendapat pukulan di lengan kanannya.

Pemuda yang sudah melepas pelukannya pun tertawa, kemudian berpamitan karena waktu sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh, jika tak segera berangkat, bisa batal agenda mengunjungi kelas Bidadari hati.

Di perjalanan yang sudah ramai bahkan sesak oleh lalu lalang kendaraan dengan berbagai tujuan, Akmal menghentikan laju motornya saat lampu lalu lintas menyala merah.

Saat berbelok menuju kawasan sekitar sekolah, pemuda itu mengendurkan tarikan pada tuas gas motor sport-nya. Turun dari motor tanpa membuka helm, Akmal menuntun langkah menuju seekor kucing di tengah jalan yang berjalan dengan kaki pincang.

Pemuda berhelm full face itu meraih tubuh kucing kurus dan membawanya ke pinggir jalan, lalu berjalan menuju warung nasi bungkus yang tak jauh dari tempat si kucing. Ia kembali dengan satu bungkus nasi kucing. Berjongkok di depan kucing berbulu Kuning yang mengendus kakinya yang terbalut celana sekolah. Setelah satu bungkus nasi terbuka, kucing jalanan itu mulai memakannya membuat Akmal tersenyum, tangannya terulur mengusap kepala kucing malang tersebut.

"Habisin, ya. Gue mau berangkat, nih." Setelah menepuk pelan kepala kucing tersebut, Akmal lantas beranjak dan kembali membelah jalanan dengan motornya.

Memasuki gerbang sekolah dan langsung menuju parkiran, mencari tempat kosong untuknya ternyata lumayan sulit, sebab kini sudah banyak kendaraan yang terparkir rapi.

Unjuk Rasa ✔️Where stories live. Discover now